Extra Part 2: Kata sakti: Sayang!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ga, tanamanku udah kamu siram, 'kan?" teriak Oranye dari bilik kamar mandi.

Soga yang sedang bersantai di atas kasur melirik sekilas ke arah kamar mandi. Ia menggeleng beberapa kali, kemudian membaca kembali majalah arsitektur dan interiornya.

"Ga!"

Telinga Soga hampir meledak rasanya mendengar keributan Oranye di pagi ini. Kerusuhannya dimulai dari bangun telat, hingga mandi.

"Iya!" balas Soga.

Sementara itu, Oranye di kamar mandi menghela napas lega. Pagi ini ia lupa bahwa ia memiliki pertemuan dengan kliennya. Terlalu terburu-buru hingga tidak sempat memanjakan tanamannya. Untungnya ia memiliki Soga. Lelaki itu tidak lagi anti tanaman, justru lama-kelamaan mulai menyukainya. Tak jarang lelaki itu membantunya menyiram tanaman-tanaman tersebut.

Setelah beberapa menit kemudian, Oranye akhirnya selesai membersihkan diri. Ia keluar dari kamar mandi dan mendapati Soga yang masih bersantai di atas kasur.

"Kamu beneran udah nyiram tanaman, 'kan?" tanya Oranye was-was. Bukannya mendapat jawaban, Oranye malah mendapat tatapan tajam.

Wanita itu berdeham lalu berjalan ke arah lemari. Melihat pakaian yang bergantung begitu banyak, Oranye mulai kebingungan. Namun, tiba-tiba sebuah tangan terjulur di sebelahnya, membuatnya kaget. Ditolehnya wajah dan menyadari bahwa wajahnya terlalu dekat dengan Soga. Ia hendak beringsut mundur, tetapi Soga memeluk pinggangnya sehingga mereka lebih dekat.

"Pipi kamu emang selalu gitu, ya?"

"Hah?"

Oranye langsung menangkup wajahnya sendiri dan merasakan hawa panas di sana. Apa ia blushing lagi? Matanya bergerak tidak beraturan dan segera memutuskan kontak dengan Soga. Walaupun sudah terbiasa dengan keadaan yang begitu intim, Oranye masih saja merasa malu.

"Makin merah," ujar Soga membuat Oranye semakin malu. Ia hendak mendorong Soga, tetapi lelaki itu malah mencuri ciuman di pipinya. Lelaki itu semakin tidak 'masuk akal'.

"Soga!" seru Oranye sedikit kesal.

"Kenapa? Gak boleh? Lagian akhirnya bibir cabe aku ketemu temennya. Pipi tomat kamu. Jadi mereka harus salaman dulu sebagai perkenalan."

"Absurd banget," celetuk Oranye. Soga tertawa kecil.

"Pake baju ini aja."

Soga mengambil salah satu baju dan menyodorkannya pada Oranye. Blus Lilac dengan detail lengan balon dan ruffle yang kekinian. Oranye sering bertanya-tanya, mengapa Soga sangat suka membelinya pakaian? Lalu alasannya selalu sama, "Sebenarnya aku bosan liat kamu terus, jadi kubeliin baju biar bisa liat kamu dengan versi beda tiap hari."

Untungnya, Oranye sudah terbiasa dengan sikap tsundere Soga. Ia tahu lelaki itu peduli padanya. Lagipula, selera fashion Soga lumayan bagus.

"Cantik?" Oranye memposisikan baju tersebut di depannya. Alis Soga menukik sebelah.

"Cantiklah, aku yang beli."

"Bukan, bukan. Maksudku kalau aku yang pake cantik, kan?"

Sebenarnya Oranye sengaja kali ini. Rasa-rasanya ia sangat jarang mendengar pujian Soga.

"Gimana?" Oranye masih menunggu jawaban dari sang suami.

"Sebenarnya, kamu mau pake baju apa pun, sama aja."

"Sama apa?"

"Gak ada apa-apa."

Oranye mendengkus kesal. Didorongnya tubuh Soga menjauhinya. Ia mengambil celana kulot dan pashmina berwarna senada dengan baju lalu masuk kembali ke kamar mandi. Sebelum menutup pintu rapat, Oranye sedikit mengintip ke luar. Dilihatnya Soga yang berjalan memutar sembari menggaruk kepalanya dengan agak kasar. Wajahnya tampak sedikit menyesal.

"Aneh!" gumam Oranye kecil tersenyum tipis dan kali ini menutup rapat pintu kamar mandi.

***

"Ga, hari ini anterin aku ke toko, ya?" pinta Oranye ketika baru keluar dari kamar. Ia mengekor langkah Soga yang berjalan menuju dapur.

Oranye sempat tertegun sesaat melihat makanan yang sudah tersusun rapi di atas meja makan. Ia tersenyum simpul. Soga menyiapkan sarapan hari ini. Betapa perhatiannya ....

Setelah duduk, Oranye memandang suami di depannya dengan penuh harap.

"Ga?"

"Gak sempat. Aku harus jumpa klien."

"Tapi kamu sempat buatin sarapan. Lagian bukannya kamu baru aja leha-leha? Kenapa mendadak buru-buru juga?"

"Aku lupa," ucap Soga datar lalu memasukkan potongan sandwich ke dalam mulutnya. Oranye mengerutkan keningnya, memikirkan berbagai kemungkinan atas hal aneh yang terjadi pada suaminya. Seorang Soga bisa melupakan hal sepenting itu?

Sepertinya Soga baru menyadari bahwa ia memiliki pertemuan penting setelah membuat sarapan. Sebagai istri yang pengertian, Oranye tidak bertanya lagi. Ia tersentuh, tetapi juga kesal dengan sang suami secara bersamaan.

Menghela napas panjang, Oranye mulai menikmati makanannya. Lalu, fokusnya teralihkan pada benda pipih yang ia letakkan berdampingan dengan piringnya. Suara notifikasi pesan masuk membuatnya penasaran. Sepertinya ada hal yang seru.

Succu Succa Squad

Ines:
Ciee yang kemarin suap-suapan. Aa Okky, Eneng mau juga!

Gladiol:
Tolong ines, itu pacarnya orang

Ines:
Masih pacaran, bisa ditikung😃

Okky:
Pagi-pagi ribut. Kenapa?

Ines:
Wah, aa oki muncul
Neng @Chila mana?

Gladiol:
Heboh bener ini bocah @ines 😌

Ines:
Heheehe

Aan:
Mingkem nes. Nyamuk lewat

Ines:
Nyambung aja @aan 😑

Aan:
Kerja nes
Kerja ....
Aku aduin mbak @oranye ya
Mbak @oranye, si ines nih. Bukannya siap-siap ke toko malah gosip

Gladiol:
Bener

Okky:
Bener (2)

Chila:
Bener (3)

Hahaha ....

Ines:
Mbak @oranye datang langsung ketawa
Ngeri ih

Gladiol:
Mampus

Aan:
MAMPUS 2

Okky:
Mampus 3

Chila:
Mampus 4

Gladiol:
Btw, gak usah takut @ines. Itu oranye muncul langsung ketawa karena baru dapat jatah🤪😏

Ines:
Jatah apa mbak? 🤔

Aan:
Sok polos ines mah

Gladiol:
Padahal SUHU
Bau-bau dapat bonus akhir bulan nih
Doain @oranye dan suami tercintanya, soga, mendapat momongan bulan depan. Biar bonus akhir tahun dobel

Ines:
Amin

Aan:
Amin

Okky:
Amin

Chila:
Amin
Pengen liat anak mbak oranye dan pak soga. Pasti cantik kayak mbak oranye dan ganteng kayak pak soga.

Oranye sedang mengetik ...

"

Jangan makan sambil main hape."

Soga langsung menyita ponsel yang sedang dipegang Oranye. Padahal wanita itu sedang membalas pesan di grup. Beberapa karyawannya sedang bercanda yang berawal dari adegan romantis Okky dan Chila, hingga merambat ke Oranye yang hanya diam di tempat. Sekali membalas pesan di grup, ia malah menjadi sasaran. Oranye tersenyum di depan layar ponselnya. Yang tanpa ia tahu bahwa Soga terus memperhatikan gelagatnya. Lelaki itu merasa diabaikan.

"Ga!"

"Kenapa? Cepet, makan dulu sana. Jangan protes."

Soga tampak tidak ingin dibantah. Mau tidak mau, Oranye menurut dengan menghabiskan makanannya. Ia tidak ingin mendengar omelan Soga saat ini.

"Makan pelan-pelan, keselek baru tau," ujar Soga mengingatkan. Lelaki itu baru saja menyelesaikan sarapannya. Ia beranjak dari kursi untuk membereskan alat makannya.

Oranye hanya mendengkus dengan mulut yang dipenuhi sandwich. Ingin sekali ia memprotes Soga, tetapi hanya bisa memandanginya yang berjalan ke dapur.

Tadi suruh cepet, sekarang suruh pelan.

Soga kembali ke meja makan dan langsung membereskan piring Oranye. Wanita itu mendelik dan menahan tangan sang suami.

"Ga, aku belum selesai makan!"

"Udah telat. Lanjut di mobil aja."

Oranye hendak memarahi Soga, tetapi ketika ia melihat kotak makanan di tangan sang suami, niatnya sirna.

"Ayo, cepet!"

"Hah?"

Oranye terlihat linglung. Ia akhirnya sadar dari lamunan. Entah sejak kapan, Soga sudah berjarak beberapa meter darinya. Lelaki itu baru saja melewatinya. Jadi kotak makanan itu bukan untuknya? Oranye benar-benar kesal. Siapa bilang ia bahagia hari ini? Ia harus mengoreksi pendapat karyawannya di grup.

"Mau aku gendong?" tanya Soga tidak sabaran.

"Apaan, sih? Kalau mau pergi ya duluan aja. Lagian aku juga masih harus nunggu jemputan ojol," ucap Oranye ketus sembari bersedekap. Ia memalingkan wajahnya, diikuti tubuhnya.

Namun, tiba-tiba ia merasa tubuhnya menjadi ringan karena diangkat ke udara.

"Soga, turunin! Kenapa kamu gendong aku?"

"Aku gak punya waktu buat dengerin curhatan kamu nanti malam."

Alasan seperti apa itu? Lagipula, bukannya Soga sendiri yang tidak mau mengantarnya? Jika bukan karena mobilnya yang rusak, Oranye juga tidak akan minta diantar.

"Ngapain aku curhat ke kamu? Turunin gak?"

Oranye memukul punggung Soga. Saat ini mereka sudah keluar dari rumah dan Oranye dipanggul seperti karung beras. Bukankah akan memalukan jika dilihat tetangga.

Namun, jika dipikir-pikir, Soga memang selalu menjadi tempatnya mencurahkan hati ketika ia mengalami masalah di luar rumah. Soga pendengar yang baik, walaupun terkadang memberi komentar yang menyebalkan.

Oranye berhenti memberontak ketika tiba di dalam mobil. Soga menyodorkan kotak makanan yang dibawanya tadi.

"Lanjut sarapan."

Oranye tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Ia membuka kotak makanan tersebut dan matanya melebar. Diliriknya Soga yang mulai fokus menyetir, tetapi dehaman tak nyaman dari tenggorokannya menandakan bahwa ia menyadari bahwa Oranye sedang menatapnya intens.

Yang katanya tidak mau mengantar Oranye.

Yang katanya tidak punya waktu.

Nyatanya, Oranye berhasil bungkam karena kejutan pagi ini.

"Selamat ulang tahun," Soga menoleh padanya dan tersenyum, "Ehm ... Sayang."

###

Tbc

Oke. Nanggung. Kita lanjut besok ya wkwk

Yang mau baca extra part setelah mereka punya anak bisa di Karyakarsa ya. Btw, aku kayaknya mau tambahin extra part bareng anaknya di Karyakarsa aja deh, biar gak bingungin pembaca. Extra part di sini, khusus sebelum mereka punya anak.

Btw, ada yang masih stay dengan pasangan yang satu ini?





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro