13 - i want to write angst but its still not here fuc

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"sudah?" Tanya sang murid, sesaat setelah sang mentor keluar dari ruang pemeriksaan dengan lengan baju yang digulung dan perban bekas suntikan di kulitnya.

"Sudah dong! Makasih ya ibu dokter!" Ucap Taufan sambil tersenyum.

"Lalu kenapa kau disuntik? Memang kau sakit apa sampai disuntik?" Tanya dang adik dengan rasa penasaran yang besar.

"Itu.." Ying ragu untuk mengatakannya, namun sebelum ia sempat melanjutkan, Taufan tersenyum mendaratkan tangannya di atas kepala sang adik, "vitamin~ biar kuat sehat bergizi"

Ying menatap Taufan tanpa kata-kata, seakan ia ingin menyangkal namun tak sanggup untuk melakukannya.

Ia hanya dapat menghela nafas, membetulkan posisi kacamatanya dan melepas jas dokter nya.

"Ini resep obatnya, kau tebus saja di apotek bawah. Nanti gajimu dipotong ya"

Taufan menunjukkan ekspresi terkejut, dua orang berkacamata di ruangan ini sudah tahu betul bahwa dia hanya pura-pura terkejut.

"Astaga kan sudah aku bilang aku harus menafkahi muridku- ini eksploitasi pekerja namanya"

Ying menatap nya dengan tatapan menyerah, "terserah." Ucapnya kesal.

"Kau langsung buka jas dokter itu, ada apa?"

"Mau ada misi"

"Wah, memang agen rangkap dokter paling hebat" ucap Taufan sambil mengacungkan jempol. Ia tak sadar bahwa Solar sedari tadi menatap secarik kertas ditangannya itu.

"Resep obat penahan rasa sakit? Dosis nya pun cukup tinggi.. kenapa kau diberi obat seperti ini?" Tanya Solar datar.

Taufan tersentak, tangannya langsung bergerak cepat dan menyembunyikan kertas itu di saku jaketnya.

Solar mengerutkan alisnya, "kenapa kau sembunyikan?"

Taufan terdiam, "uhh... Ini soalnya kan tulang ku krek terus jadi ini--"

"Kau fikir aku bodoh? Kau merendahkan aku? Aku ini dulu junior terbaik di divisi research. Kau kira membaca resep seperti ini saja aku tak bisa?" Tanya Solar dengan nada yang mengintimidasi.

Jujur, Taufan panik. Bagaimana harus menjelaskan ini?

Ying yang sedari tadi diam kini membuka mulutnya, "wah! Hebat, kau sudah tau cara membaca resep seperti ini"

"Hey Taufan, adikmu yang satu ini pintar juga", ucap Ying sambil menyikut Taufan, Taufan terdiam sejenak, namun ia langsung mengerti bahwa Yings edang berusaha mengalihkan topik.

Taufan tersenyum, kini ekspresi bangga terlukis diwajahnya, "ya pasti dong, dia kan murid dari mentor terkeren, tertampan, termapan ini" ucap Taufan sambil mendengus bangga.

"Harusnya aku tak memuji." Ucap Ying, sudah lelah dengan tingkah Taufan.

"Ah,iya, aku baru ingat, hari ini aku ada misi, kebetulan tim kesehatan nya kurang, kau mau aku bawa dia? Sekalian untuk mengenalkan dia akan kondisi misi"

Mata safir Taufan berbinar, "benarkah??" Tanyanya senang.

"Hey, segitu tak mau nya kah kau mengurus muridmu?" Tanya Ying, heran dengan tingkah Taufan yang terlihat sangat senang.

Taufan tertawa, "tentu tidak, kau tahu? Aku paling bangga dengan muridku yang satu ini."

Solar terdiam, jujur ia mengagumi Ying. Agen S sekaligus dokter termuda di agensi ini, mungkin dengan ikut dengan Ying dia dapat mengikuti jejaknya?

Taufan tersenyum, menepuk punggung Solar, "pergilah. Hati-hati dan dengarkan instruksi kak Ying dengan baik ya."

Solar mengangguk.

Ying terdiam saat mendengarnya, "kau memang selalu menjadi kakak yang baik ya." Ucapnya sambil tertawa kecil.

Ying sudah berteman lama dengan Boboiboy, ia sudah berteman lama dengan para saudara elemental itu, terlebih generasi tertua, sang kembar triplets.

Dan dia tahu betul bahwa Taufan adalah kakak yang sangat baik dan pengertian, yang selalu menghibur adik-adiknya, mendahulukan adik-adiknya, dan menomor satukan mereka.

Makanya ia sedikit marah dengan kondisi mereka saat ini.

Bisa-bisa nya mereka berpura-pura bahwa masa-masa baik itu tak pernah ada?

Taufan meraba kantung celananya, mengeluarkan dompet sederhana berwarna hitam, "hey ibu dokter."

Ia mengeluarkan beberapa lembar uang, "ini uang untuk membeli kebutuhan muridku ya, belikan makanan yang paling sehat dan bersih, terus dia hobi minum air putih jadi belikan dia juga ya, terus jaga-jaga beli minyak telon juga soalnya dia kan bay--"

"Aku bukan bayi!" Omel Solar kesal sambil mencubit pinggang Taufan.

Taufan mengaduh kesakitan sambil tertawa, "aduh! Cubitanmu lebih sakit dibanding suntikan ibu dokter."

Ying terdiam, "syukurlah." Ucapnya sambil tersenyum. Ia menepuk bahu Solar.

"Jaga mentor bodohmu ini ya, dia ini..error dikepala.tapi pintar kok" ucap Ying.

Syukurlah adik bungsu nya ada disini. Sudah berapa lama kami tak melihat sisi ceria mu yang seperti ini?

Ying menghela nafas, "Solar, ayo tinggalkan mentor bodohmu dan mari bersiap. Kita akan berangkat setelah jam praktekku selesai."

"Hey Ying-- bukankah terlalu kejam untuk memanggilku bodoh?"

"Dan kau, mentor bodoh, diam dan cepat pulang dan istirahat. Bisa-bisa nya kau kurang gizi- kalau kau sampai busung lapar akan ku tusuk perutmu menggunakan pisau bedah!" Omel Ying.

Taufan tak sakit hati, dia tahu betul Ying memang galak seperti ini. Tapi ia tahu sahabatnya ini sungguh perhatian.

Namun pura-pura sakit hati itu menyenangkan.

"Dokter Ying jangan mengutukku seperti itu-"

"Pulang dan makan! Nanti jam 2 siang Gopal akan kuminta ke tempatmu, awas saja jika kau belum naik 1 kg"

"Bu, mana bisa orang naik 1 kg dalam sehari?"

Namun Taufan mundur teratur setelah mendapat tatapan tajam dari dua orang berkacamata didepannya.

Kedua tatapan itu seakan-akan sedang menghakimi nya, mengomentari kebodohan orang didepan mata mereka.

"Solar, kau kan muridku! Harusnya kau berpihak padaku." Ucap Taufan pura-pura merasa dikhianati.

"Tapi kau terlihat bodoh." Ucapnya di susul dengan anggukan Ying.

Taufan ngambek dan akhirnya keluar dari ruang rawat itu dengan kedramatisannya.

Saat pintu tertutup, Ying tertawa kecil.

"Kau tahu? Walau terlihat bodoh seperti itu mentormu sungguh pintar."

Solar mengerutkan dahi nya, jari jemarinya membenarkan visor emas nya yang miring, "dia?"

"Iya."

"Si mentor gila itu?"

Ying tertawa, "iya, mentor sekaligus kakak mu itu."

Solar merasa tidak percaya, "ada buktinya?"

Ying meraba saku nya dan mengeluarkan permen rasa kopi, memberikannya pada adik bungsunya Taufan.

"Kau tahu tembok di training ground?" Tanya Ying.

"Maksudmu di Training ground gedung B?" Tanya Solar.

Ying mengangguk, "ah iya, yang di gedung B itu yang versi terbaru."

"Aku habis dari sana tadi pagi."

Ying mengangguk, " kalau begitu kau sudah tau fungsi nya kan?"

Solar mengangguk, jujur ia sangat terkesan dengan fungsi tembok itu. Keren sekali tembok seperti itu dapat menyerap kekuatan dan bahkan merubahnya menjadi pembangkit listrik.

Walau terdengar simple tapi membuat hal itu sungguh sulit dilakukan.

"Kau tahu siapa yang membuatnya?"

Solar menggeleng.

Ying tertawa kecil, "kakak bodohmu itu yang membuatnya."

//Author's note//

Ngga aku baca ulang karena harusnya kutidur besok uts but we keren so lets do this.

Kalau ada typo abaikan saja ya.

KOMEN YANG BANYAK KALAU NGGA KU NGGAMAU APDET HMPH 🔪 (setengah becanda)

Ok baibai

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro