16 - kamu tampan, aku lebih tampan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"wah, murid dari agent terkeren sudah pulang,bagaimana misimu?" Tanya Taufan dengan senyuman lebar. Menyambut sang adik di depan pintu lobby gedung B.

Solar menatapnya dengan kesal, ia sedikit kesal bahwa ia harus terlihat lusuh dan Kumal sertakan mentor nya terlihat tampan berseri seperti biasanya.

Solar melangkah melewati sang mentor, berjalan dan tidak berniat untuk menunggu sang mentor mengejarnya.

Taufan menghela nafas sambil tertawa, menyesuaikan pace nya dengan sang adik, tangannya mendarat di kepala sang adik. "Kerja bagus, calon Agen." Ucapnya sambil tersenyum.

Solar terdiam, sungguh, mungkin karena ia sangat lelah, mungkin karena misi pertamanya ini sungguh berat baginya, mungkin karena ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan agen yang baru ia jalani dalam beberapa hari..

Mendengar kata-kata "kerja bagus" dari mulut sang mentor, membuat dia..senang? Seakan segala kerja kerasnya hari ini tak sia-sia.

Tentu saja, ia menolak mentah-mentah fikiran itu.

"..biasa saja, aku harus menjalani misi seperti ini di masa yang akan datang, jadi hal seperti ini bukanlah hal yang patut mendapat pujian." Jawab Solar, berusaha terdengar datar tanpa emosi.

Taufan tersenyum, "oho, sungguh sangat menjanjikan, bukankah begitu?" Goda nya pada sang adik.

Lagi, tangan yang tak mau diam itu mendarat di kepala sang adik, "tapi misi yang akan datang kedepannya, bisa jadi jauh lebih sulit dibanding yang kau lakukan sekarang." Ucapnya.

"Sesampai ke rumah langsung mandi dan istirahat ok? Aku tadi dapat kiriman kari, nanti kau makan ya."
Ucap Taufan sambil menekan tombol lift.

Sang adik mengangguk, tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Namun ia tahu pasti Taufan sudah sangat mengerti tentang perilakunya.

Rasanya lucu, baru hitungan hari ia mengenal mentor sekaligus kakaknya itu, namun penilaian Solar terhadap Taufan sudah banyak berubah.

Ia melirik Taufan yang sedang tersenyum sambil bersenandung,

Dia..agen gagal? , Batinnya.

Mentornya memang bisa dibilang terlihat bodoh, sungguh sangat bodoh, Bakan lebih bodoh dari seekor katak bagi Solar,

Ia selalu bercanda, selalu santai, dan ucapannya bertele-tele,

Namun..

Kalau benar dia bodoh dan tidak kompeten, tak mungkin dia mendapatkan penghargaan tingkat tinggi seperti itu kan? , Batinnya lagi, mengingat sebuah piagam yang Taufan taruh sembarangan di laci ruang tengah.

Dan kalau dia benar-benar bodoh..

Tak mungkin dia dapat membuat alat sekeren itu kan? Tembok yang dapat menyerap kekuatan, hal seperti itu kan keren sekali. Batinnya lagi, ia tak akan mengakuinya, namun Solar sungguh sangat menyukai hal-hal seperti itu.

Penemuan dan inovasi benda-benda seperti itu, hal itu selalu membuat dia bersemangat.

Mengetahui bahwa Taufan, mentornya, kakaknya, itu adalah penemu hal keren seperti itu.. ada rasa kagum tersendiri dalam dirinya.

"Ding! Sudah sampai!" Ucap Taufan sambil mengusap kepala Solar.

Solar terdiam sebentar, membiarkan sang mentor puas mengusap-usap kepalanya itu, setelah itu ia melangkah keluar dari pintu lift, disusul oleh mentor yang cerianya terkadang melewati batas.

°•°•°•°

"Jadi, apa yang kau pelajari dari misi hari ini?" Tanya Taufan sambil menghangatkan kari pemberian Gopal.

Tak ada jawaban dari sang adik bungsu yang rambutnya masih basah karena baru selesai mandi itu.

Ia sedikit puas karena akhirnya ia dapat menghilangkan kotoran, debu, dan kelusuhan dari dirinya yang Tampan itu.

Ia ambil handuk kecil dan mengeringkan rambutnya, tidak berniat menjawab sang mentor, karena jujur.. ia tidak menyangka menjadi agen akan seberat ini.

Taufan tersenyum, "sudah jangan lihat cermin terus, masih ganteng kok." Ucap nya sambil menaruh dua piring di meja makan.

Solar mengerutkan alisnya, "tentu saja, kau pikir hanya karena satu misi ketampanan ku bisa hilang?" Jawab Solar kesal.

Taufan tertawa, "lihat aku, walau sudah melalui ratusan misi ketampanan ku masih utuh, bahkan bisa dibilang semakin bertambah" ucapnya sambil berkacak pinggang, seakan bangga dengan fakta yang keluar dari mulutnya itu.

Solar mendengus kesal, "berisik, tampan apanya"

Taufan tertawa lagi, "jadi menurutmu aku jelek?"

"Diam, lapar, aku mau makan, jangan bicara omong kosong" ucap Solar, masih menolak untuk melontarkan pujian pada sang kakak.

Mungkin jika saja Taufan tidak usil seperti ini, dia bisa lebih menghormatinya.

Berhubung Taufan adalah tipe orang yang akan "hoho tentu saja" jika dipuji, gengsi Solar tak akan mau memujinya.

"Aku sudah lihat rekaman misi mu hari ini.." ucap Taufan sambil menatap adiknya yang sedang melahap nasi Kari di piringnya.

Solar terdiam sebentar, "..lalu?"

"Menurutmu sendiri, bagaimana performamu?" Tanya Taufan.

Solar mengerutkan alisnya. Ying memang memujinya, katanya Solar cukup bagus dalam menjalankan misi ini walau terbilang baru.

Namun ia tidak bisa melupakan kesulitan, juga perselisihan pendapat dengan para agen lain saat misi tadi.

"..aku mengikuti prosedur yang sudah tertulis dengan seksama." Jawab Solar.

Taufan tersenyum, "indeed, kau benar-benar menjalankan prosedur tertulis itu secara sempurna."

Tapi itu belum cukup, Solar tahu itu.

"...lalu apakah kau puas dengan misi hari ini?" Tanya Taufan lagi, sedari tadi ia belum memberikan komentar apapun dari sudut pandangnya, itu membuat Solar sedikit tegang.

"....."

"...tidak tahu." Ucap Solar, ingin rasanya ia menjawab dengan 'tentu saja' namun ia tahu bahwa performa nya masih banyak kekurangan.

Terutama di bidang komunikasi.

"Kau masih kesulitan berunding dengan peserta lain ya?" Tanya Taufan santai.

Anggukan kecil datang dari adik bungsunya itu.

"Kau begitu terpaku dengan arahan tertulis, juga sifat mu yang terbilang benci akan kegagalan dan ketidak pastian membuat mu sulit meraih kesepakatan dengan agen lain, benar begitu?" Tanya Taufan lagi.

Solar terdiam sembari menyeruput teh hangat, "..iya."

"Aku benci saat mereka malah ingin menggunakan cara yang jelas-jelas tidak direkomendasikan di arahan"

"Aku benci saat agen-agen pengecut itu bilang bahwa kita lebih baik mundur untuk saat ini."

"Dan aku benci bahwa.. ketua misi hari ini menyetujuinya."

"Bukannya tindakan seperti itu sama saja seperti tindakan pengecut? Agwn harusnya pemberani kan? Lalu mengapa malah mundur?" Tanya nya kesal, manik perak miliknya menatap manik safir Taufan.

Taufan tersenyum, "menurutku keputusan Ying hari ini sangat bijak."

"..apa?" , Solar kesal.

Ia kesal bahwa mentornya setuju akan tindakan pengecut kelompoknya hari ini.

Taufan mengaktifkan layar hologram besar di ruangannya, Solar terkejut bahwa tempat tinggal pribadi Taufan juga memiliki hal keren seperti ini.

"Di kondisi kalian saat itu, jika kalian nekat maju, kemungkinan berhasil kalian adalah 70%"

"Itu besar." Jawab Solar.

Taufan tersenyum, "betul, itu besar, namun angka kematian nya juga 60%"

Solar mengerutkan dahinya.

"Mundur bukan berarti kalah, Solar."

"Mundur dan mencari cara untuk mendapatkan kemenangan yang absolut, itu adalah tindakan pengecut yang bijak." Ucapnya lagi, sambil tersenyum, senyuman yang terasa jauh, yang memberi jarak antara kakak beradik itu.

//author's note//

Tau ah, ngerti ngga ngerti iya in aja. Mereka pinter tapi aku bodoh jadi aku gatau aku nulis apaan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro