34 - safir, berlian, dan rubi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tes pertama berlangsung dengan lancar. seperti yang Solar duga, dirinya mendapatkan skor tertinggi dengan perbedaan poin sebesar sepuluh ribu dengan peringkat kedua. ia menatap layar besar yang menampilkan informasi penilaian selanjutnya.

ya, turnamen yang satu ini yang yang akan menjadi turning point akan kenaikan pangkat dirinya. hal yang paling ia tunggu, sekaligus hal yang paling ingin ia hindari. mengapa? karena ini akan menjadi pertandingan 1 vs 1. penilaian atas kemampuan bertarung dirinya. jangan salah sangka, ia yakin ia pasti menang melawan siapa saja.

siapapun selain sang kakak sulung annoying bin ngeselin nya itu.  

dia merasa Hali bisa saja memaksa panitia untuk membiarkan dirinya melawan Solar, semua itu hanya agar ia bisa mengolok-olok mentornya yang malang.

satu persatu, para peserta di pasangkan dengan lawannya.

Yaya, Fang, bahkan Gempa, mereka sudah menjadi lawan dari peserta-peserta lain.

[peserta Solar akan melawan Agen dari Divisi S, Halilintar] 

Solar menghela nafas panjang, ia sudah tahu hal ini akan terjadi. menilai dari apa yang diinformasikan mentornya kepada dirinya. Halilintar sudah pasti mencari berbagai cara untuk bisa menjadi lawan Solar. padahal, fakta bahwa Halilintar adalah petarung terbaik di agensi sudah menjadi pengetahuan umum bagi seluruh anggota organisasi.

seringai getir keluar dari mulut Solar, oh, sungguh permainan yang keji. namun sumber dari ketidak tenangannya saat ini bukanlah karena lawannya. berkali-kali manik silvernya memindai lingkungan sekitarnya, ia masih mencari sosok mentor bermanik biru.

matanya berbinar segera setelah ia menemukan sang mentor yang sedang melambaikan tangan dengan senyuman ramahnya yang khas. masih ada beberapa menit sebelum ia harus naik ke stage untuk bertarung. jadi ia berlari ke arah sang mentor, menghampiri Taufan yang menurutnya terlihat terlalu pucat untuk dibilang sehat.

"kau habis dari mana?" tanyanya pada Taufan.

"hm? aku habis dari kamar mandi, kau tahu? kau yang turnamen namun aku yang tegang" ucap Taufan sambil mengusap rambut sang adik.

tentu saja itu sebuah kebohongan. 

Solar terdiam, "kenapa kau tegang? kau ragu akan kemampuanku?" tanya Solar sedikit tajam.

sang mentor menggeleng, "tentu saja bukan begitu, kau tahu sendiri bahwa aku sangat bangga padamu kan? kau tahu besar planet jupiter? sebesar itulah rasa sayangku padamu-" ucapnya terhenti saat Solar mencubit tangan Taufan/

"kau lihat saja, si kakak congkak itu akan aku kalahkan. lagipula kau kan sudah memberiku simulasi neraka" jawab Solar kesal yang disambut dengan tawa Taufan.

"yah, tapi sekarang kau sudah terbiasa dengan pola serangnya kan?" 

"hm, begitulah.." 

"satu hal yang tersisa hanyalah untukmu menahan emosimu, mulut Halilintar itu memang sangat menyambar seperti petir, rawr!" canda Taufan sambil memberi gestur rawr. 

Solar terdiam, ia pun tahu betul emosi adalah kelemahannya yang paling besar saat ini. 

"mn, kau lihat saja nanti."

"akan kupastikan untuk menghancurkan egonya berkeping-keping dan membuktikan bahwa aku adalah agen yang layak" ucapnya penuh determinasi. 

salah satu hal yang paling Taufan sukai dari sang bungsu adalah saat mata silvernya berkilau bak berlian saat ia telah menetapkan pilihannya.

lagi, tangan itu mendarat, mengusap kepala dari sang murid. 

"hari ini kau sering sekali mengusap kepalaku, kau tahu?" ucap Solar, namun ia tetap membiarkan sang mentor melakukannya.

Taufan seakan tersadar, "ah iyakah? mungkin karena aku sangat merindukanmu" jawab Taufan bercanda.

"oh tentu saja, aku tau aku ini murid yang sangat hebat dan selalu dirindukan" jawab Solar sambil berkacak pinggang.

Taufan tertawa, "hey lihat murid yang narsis ini, dari siapa dia belajar narsis begini?" goda nya.

"tentu saja dari mentor yang super narsis" jawab Solar sambil menendang pelan kaki Taufan.

"yah, walau begitu-"

[peserta harap ke stage sekarang juga] seru suara komputer yang bergema di stadion.

Taufan tersenyum, "pergilah" ucapnya sambil mengusap rambut Solar dengan ragu.

Solar mengangguk, "kau harus menontonku sampai akhir ok?" 

Taufan mengangguk "semoga berhasil, ah tidak.."

"aku yakin kau pasti berhasil, murid kesayanganku" ucap Taufan dengan senyuman lembutnya.

senyuman yang hangat, namun terasa jauh. seperti sinar matahari yang tertutup awan. 

begitulah senyuman yang membawa kesejukan namun juga rasa takut itu terlukis.

Solar merasa sedikit ragu untuk meninggalkan sang mentor. entah kenapa rasanya jika ia melangkah sekarang, akan ada jurang yang memisahkan mereka.

"tunggu apalagi, murid dari agen gagal, apa kau takut kalah?" ucap seseorang dari belakangnya. 

manik silver milik sang bungsu, juga manik safir milik sang mentor kini bertemu dengan manik Rubi yang tajam milik sang kakak sulung.

Solar menatap mentornya yang terdiam, seakan menutupi banyak emosi dalam dirinya.

"oh, bukankah ini sebuah kehormatan yang besar untuk disambut oleh petarung terhebat di agensi?" ucap Solar sinis.

Solar menarik tangan Taufan dan menempatkannya diatas kepala Solar, membuat Taufan mengelus-elus kepalanya lgi. 

"jangan khawatir, aku tak akan mempermalukanmu." ucapnya sambil tersenyum.

senyuman yang secerah matahari pagi, senyuman yang mampu menghilangkan bayangan gundah dalam hati sang mentor.

Solar langsung beranjak pergi, melangkah menuju stage . namun Halilintar masih berdiri di depan adik pertamanya. menatap tajam kepada sang pemilik manik biru. 

belum ia sempat mengucapkan kata-kata yang pastinya bisa menyakiti hati Taufan. Solar sudah angkat bicara duluan. "apakah Agen Halilintar yang dikenal garang dan pemarah sedermawan ini sampai membiarkan aku menang tanpa bertarung? lihat saja, dia tidak beranjak ke panggung" sindirnya.

dengusan kesal terdengar dari sang sulung "kita lihat sampai kapan kau bisa bertingkah congkak seperti itu." 

"oh? tebakanku adalah sampai aku pensiun, yah tapi pertanyaanku juga sama, aku juga berfikir sampai kapan kau akan bertingkah seakan kau berada di atas segalanya." ucap Solar.

bahkan mereka sudah bertengkar sebelum mulai bertarung. Taufan hanya dapat menghela nafas dan berharap bahwa segalanya akan baik-baik saja.

[peserta Solar vs Agen Halilintar sudah memasuki battle ground]

[siap]

[sedia]

[mulai]

sebuah dinding pelindung muncul disekitar battle Ground untuk melindungi penonton dari kekuatan para peserta di dalam stage.

manik silver Solar yang tertutupi oleh Visor emasnya terlihat menyala, segera setelah Hali bergerak untuk menyerang, tembakan cahaya keluar dari jarinya. 

"heh, kita lihat sampai kapan kau dapat bertahan" ucap Halilintar tajam, gerakannya sungguh cepat. belum satu detik dan ia sudah berada di belakang Solar.

tentu saja Solar harus berterimakasih kepada latihan ekstrim yang disiapkan sang mentor, karena ia dapat menangkis serangan Halilintar dengan cukup mudah.

ia dapat melihat ekspresi Halilintar yang sedikit terkejut karena Solar dapat membaca gerakannya.

"oh, untuk kelas murid dari mentor yang gagal, refleks mu tidak buruk"

Halilintar sudah memulai provokasinya, dan Solar juga sudah mulai memfokuskan dirinya untuk mencari celah untuk menang.

32 kali kalah, dan 29 kali menang. itulah data dari latihan dia melawan ilusi Halilintar yang berada di ruang simulasi buatan sang mentor.

tidak dapat dipungkiri, kemampuan Halilintar memang sangat mumpuni. namun bukan berarti Solar tak dapat selevel dengannya.

ia mengerahkan kekuatannya, mengendalikannya dalam jumlah 30 persen. teringat dirinya akan latihan yang disiapkan mentornya. ia sudah sangat hafal cara mengendalikan persentase kekuatannya sekarang, itu semua berkat dedikasi sang mentor dalam mengajarinya bukan?

karena itu, ia tidak boleh kalah.

tidak disini, dan tidak oleh Halilintar.

ia harus membuktikan bahwa Taufan bukanlah agen gagal, dan bukan pula mentor gagal.

// Author's note//

hai!!! udah lama ga update ya? maaf yaa soalnya aku baru kelar UTS huhuu T^T doakan yaa biar nilainya memuaskan.

oh iya, selamat hari raya idul fitri semuanya!! mohon maaf lahir batin yaa! maafin kalau aku pernah berbuat salah sama kalian!! 

semoga kalian suka sama chapter ini dan sampai ketemu di chap selanjutnya!!

oh iya, maaf ya kalau banyak typo, soalnya ngga aku beta read.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro