41 - parting ways

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Manik silver itu terbuka pelan, kamarnya terasa masih gelap, ia melirik jam alarm hologram di samping tempat tidurnya. Angka digital bertuliskan "5.30 AM" terlihat menyala.

Ia mengacak-acak rambutnya sambil mencari jam tangannya, rasanya aneh karena ini sangat sunyi. Biasanya di pagi buta sudah ada alarm suara ayam yang di remix yang menghiasi harinya.

Ia buka pintu kamarnya, sedikit terkejut karena satu lampu digital remang telah menyala di ruang tengah.

Di sofa ada sang mentor yang masih terlihat lelah dan pucat, tapi setidaknya tidak separah kemarin. Sang pemilik manik safir itu sedang sibuk membaca data dari layar hologramnya sambil meneguk soda.

Lagi-lagi soda. Batinnya kesal. Ia melangkahkan kakinya dengan sunyi, itu adalah salah satu ajaran dari mentornya akan cara menjadi agen yang mumpuni.

"Aku tak tahu harus mulai dari mana sesi mengomelku hari ini" ucap Solar sambil merampas kaleng soda dari tangan sang mentor. Taufan sedikit tersentak karena kehadiran sang adik yang tiba-tiba muncul di belakangnya itu.

"Eh, Solar.. kok sudah bangun?" Tanya Taufan sambil berusaha mengambil kaleng sodanya namun dengan gesit Solar selalu menjauhkan kaleng itu darinya.

"Ini sudah terhitung telat, sepertinya kemarin aku kelelahan karena turnamen. Biasanya aku terbangun bahkan sebelum ayam berkokok" ucapnya sedikit kesal karena kelalaiannya.

Tangan yang hangat mendarat di kepalanya, "jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, dulu kau harus bangun pagi untuk latihan disiplin. Namun sekarang kau sudah menjadi agen S kan? Tak perlu lagi memasang peraturan yang sangat ketat untuk diri sendiri" ucap Taufan sambil mengumpulkan energi untuk berdiri dari sofanya.

"Aw, tulangku-" keluhnya saat rasa ngilu ditambah bunyi 'krek' lagi-lagi terdengar dari sikutnya.

Solar mengulurkan tangannya untuk membantu Taufan berdiri, "ucapkan hal-hal sok bijaksana itu pada dirimu sendiri. Kau sedang terluka harusnya ambil libur dan istirahat total." Ucap Solar sambil melempar botol soda Taufan ke tempat sampah dan mendaratkannya dengan sempurna.

"Hey! Itu masih ada isinya!" Omel Taufan yang tentunya tak dihiraukan oleh Solar.

"Ngomong-ngomong, mau makan sarapan apa hari ini?" Tanya Taufan, ia hendak melangkah ke dapur namun dihentikan oleh sang adik.

"Kau duduklah disini, biarkan aku yang memasak" ucap sang bungsu.

Belum sempat Taufan membantah, Solar sudah memberikan lirikan tajam " ini perintah" tambahnya.

Taufan sedikit tersentak, mulutnya terbuka pelan lalu kembali tertutup, melukiskan sebuah senyuman yang lagi-lagi sulit dimengerti maknanya.

"..agent S, kau benar-benar sudah berkembang ya" ucapnya lagi sambil tertawa kecil. Tangan yang tadinya ia angkat untuk mengusap kepala sang adik kini ia sembunyikan dibalik punggungnya.

"Bukankah ini semua berkat didikanmu?" Jawab Solar dengan enteng.

Taufan terdiam. Ada kehangatan yang bersemayam di dadanya saat mendengar kata-kata itu. "Oh sudah pasti mentor hebat ini mentor yang sangat keren yang cuma ada satu di dunia" ucapnya sabil menyeringai.

Ia tidak dapat melihat ekspresi Solar yang tersenyum lembut saat mendengar kekonyolan kakak sekaligus mentornya itu.

"Kau rebahan saja di sofa, pakai selimut itu. Aku akan masak roti panggang untuk sarapan" ucap sang adik yang di tanggapi dengan "hm" dari Taufan.

°•°•°•°

"Makanlah selagi masih hangat" ucap Solar, membawa piring berisikan 3 roti panggang ke sofa. Taufan berganti posisi menjadi duduk agar Solar dapat duduk disebelahnya.

"Wah! Rotinya wangi" komentar Taufan, langsung melahap roti yang sudah dioleskan karamel homemade di atasnya.

"Kak.." ucap Solar tiba-tiba, ia masih menatap lurus ke layar hologram di depannya yang bertuliskan laporan cuaca. Ia menggigit roti miliknya dengan perlahan dan menelannya.

"Tugas Agen B itu apa saja?" Tanyanya.

Taufan yang tadinya mengunyah rotinya dengan santai kini terdiam sejenak, maniknya bertemu dengan manik silver Solar. Namun dengan cepat ia mendapatkan kembali ketenangannya. "Hmm.. misi level menengah yang normal, kenapa memangnya?"

"Tidak apa-apa" jawab Solar, ia kembali melahap rotinya itu.

Solar tahu bahwa kakak sekaligus mentor nya ini menutupi sesuatu, namun ia tak ingin hubungannya dengan sang kakak merenggang.

"Aku hanya berfikir, kau terlihat sangat pucat akhir-akhir ini, apa karena misi? Tak bisakah kau beristirahat sejenak?" Tanyanya, manik silver itu menampilkan sinarnya. Menatap dalam akan ekspresi yang dibuat oleh sang mentor. Bagaimana manik safir itu bergetar pelan, dan bagaimana senyuman palsu itu terlukis.

"Haha, misi akhir-akhir ini memang sedikit.. merepotkan. Tapi tenang saja, aku masih bisa melaksanakannya." Jawab Taufan kepada sang adik.

Keheningan tercipta di antara mereka. Solar tahu lagi-lagi sang mentor menutupi sesuatu darinya. Rasanya sakit, mengetahui bahwa orang yang sangat ia percaya tidak cukup percaya padanya.

"Begitukah?" Gumamnya pelan sambil melahap roti terakhir miliknya. Tak ada balasan dari Taufan selain sebuah anggukan kepala.

"Ngomong-ngomong Solar.." ucap sang men- mantan mentor, ia sukses mendapati atensi dari sang bungsu.

"..mulai hari ini kau mulai tinggal di gedung S kan?" Tanya Taufan. Pertanyaan retoris, karena ia sendiri pun sudah tahu jawabannya.

Solar tahu bahwa Taufan ingin mengubah topik pembicaraan, ia mengangguk pelan. "Aku akan ke tempat itu hari ini." Ucapnya.

Taufan tersenyum, "kalau dipikir-pikir, kau dan tempat itu sangatlah cocok ya? Aura mewah dan elit dari gedung itu seakan-akan gedung itu dibuat untuk dirimu" ucap Taufan sambil tersenyum.

Solar terdiam, ia bahkan belum tahu tempat seperti apa gedung S itu selain saat ia mengunjungi saudaranya. "Begitukah? Aku belum pernah mengobservasi nya terlalu dalam jadi aku belum tahu" jawab Solar.

Sebenarnya di malam sebelumnya ia menerima pesan dari Gempa bahwa kamar nya telah siap dan mereka akan mengadakan pesta penyambutan untuknya. Dan ada sebuah kalimat yang menarik atensinya.

"Undang Taufan juga ya." Tertulis di pesan itu.

Solar sedikit terkejut saat membaca kalimat itu. Ia tertawa sinis, merasa bahwa permintaan itu sangatlah konyol. Di satu sisi ia mengerti bahwa Gempa memang berniat baik dan ingin memperbaiki perpecahan yang telah terjadi. Tapi apakah tidak terlalu naif?

Namun di sisi lain, jika ia dapat membuat sang mentor kembali bahagia...

"..mungkin akan ada pesta penyambutan di tempat itu" ucap Solar, maniknya mengobservasi sang mentor dengan dalam.

Manik safir Taufan bertemu dengan manik silver sang bungsu, "benarkah?" Tanya Taufan.

"Apakah akan meriah? Yang pasti aku senang karena kau menjadi dekat dengan saudara-saudaramu yang lain" ucap Taufan, seakan tak memberi celah untuk Solar berbicara.

"Kau tahu? Saat kau sudah menjadi agen S, kau akan lebih sering berinteraksi dengan mereka. Mereka saudaramu, jadi.. yang akur ya?" Ucap Taufan lagi.

"Pestanya akan diadakan di malam hari kan? Aku sudah meminta Gopal untuk membawa kembang api ...digital- haha- yang pasti kembang api yang aman dan tidak berisik" jelas Taufan lagi sambil tertawa cerah.

"..Gempa memi-" , ucapan Solar terputus oleh ocehan Taufan.

"Kau harus senang-senang ok? Tapi jangan lupa untuk istirahat karena kau sudah menjadi agent resmi kan? Jangan khawatirkan aku, dari siang ini aku akan pergi untuk misi. Jadi mungkin aku tak dapat berkunjung." Ucapnya.

Taufan tersenyum lembut, menatap sang adik yang sudah sangat jelas bahwa ia sudah makin dewasa itu.

"Dulu kau emosian, sekarang kau jadi penyabar ya? Apakah aku semengesalkan itu?" Tanya Taufan dengan tawanya yang khas.

Solar tersenyum, "yah, tidak dapat dipungkiri kau memang sangat mengesalkan. Tapi aku juga sangat mengesalkan di awal iya kan?"

"Hmm... Memang ada kalanya kau mengesalkan sih.. tapi menurutku dulu kau sangat imut, seperti kucing galak" jawab Taufan lagi, tangannya mengusap rambut sang bungsu.

"Solar, kau harus akur dengan mereka semua ok?" Ucap Taufan lagi.

"Apapun yang mereka lakukan padaku, itu adalah urusanku dengan mereka. Kau tak perlu merasa bahwa kau harus menjauh dari mereka karena aku" jelas Taufan sambil tersenyum.

Solar mengangguk.

"Kau tahu Solar? Kau adalah adik sekaligus murid kesayanganku. Aku tahu kau pasti banyak pertanyaan untukku. Tapi.. aku belum bisa menjawabnya. Mungkin waktu yang akan menjawab segala pertanyaan yang kau miliki." Ucapnya lagi.

"Tapi kau harus tahu bahwa aku benar-benar percaya padamu, apapun tindakanmu di kemudian hari, aku tahu kau memiliki alasan." Ucapnya lagi.

Lagi.

Ia ingin sekali membungkam mulutnya sendiri saat ini. Tapi ia tak ingin ada keheningan tercipta diantara keduanya. Ia tak ingin kehilangan sedetikpun kesempatan untuk bercengkrama bersama dengan sang adik.

Solar hanya pindah gedung, Taufan tahu itu. Namun...

Ia tahu bahwa mungkin akan datang saatnya dimana ia akan dibenci oleh Solar.

Ingin rasanya ia meminta Solar untuk tidak akan pernah membenci nya, namun ia tahu bahwa itu adalah permintaan yang sangat tak tahu diri.

Oleh karena itu...

"Kau juga" ucap Solar.

Manik safir Taufan membelalak saat tubuhnya ditarik oleh sang adik. Kini Solar sedang memeluknya, membiarkan sang kakak merasakan kehangatannya.

"Kau juga harus tahu bahwa aku percaya padamu."

"Aku tahu kau memiliki alasan tersendiri.." ucap Solar, suara nya kini terdengar lebih dewasa daripada saat pertama kali ia menjadi murid Taufan.

"Tidak apa jika kau belum bisa memberikan penjelasan, aku akan selalu menunggu." Ucapnya lagi.

"..kak, apa menurutmu aku ini orang baik? Apa menurutmu aku ini orang yang sukses?" Tanya Solar. Ia melepaskan pelukannya dan kini menatap manik sang kakak.

Taufan mengangguk, reaksi yang seakan menjelaskan 'tentu saja'.

"Syukurlah, pendapatmu itu yang paling penting bagiku."

"Kau harus tahu kak, aku begini karena didikanmu yang baik." Ucap Solar.

Benteng tinggi yang terbuat dari gengsi berusaha ia tepikan, ia sangat mengerti bahwa sosok yang mengajarinya banyak hal kini sedang sangat kesepian.

Ia hanya ingin sang mentor tahu bahwa ia adalah mentor terbaik yang dapat ia harapkan.

Taufan tersenyum, ia merogoh saku sweater nya. Mengeluarkan sebuah kotak logam berukuran tiga sentimeter.

"Hadiah untuk rumah barumu nanti" ucap Taufan.

Solar mengambilnya, "ini..."

"Iyaps, simpel sih tapi ini House AI" ucap Taufan sambil memberikan seringainya.

"Alat ini sudah ku input voice data suaramu, jadi sudah pasti alat ini hanya akan menerima perintah mu" jelas Taufan lagi.

Manik silver Solar kini berkilau, menunjukan bahwa ia sangat kagum dan tertarik. "Alat ini bisa apa saja?" Tanya Solar.

Taufan tertawa kecil, "coba sebut 'health condition report' " ucap Taufan pada Solar.

"Health condition report" ucap Solar mengikuti perintah sang kakak.

[Scanning your condition : scanning success. Condition : healthy. Blood pressure : 100/65. Small external injuries : 2.]

Suara AI itu kini menjelaskan seraya layar hologram dengan ukuran satu meter muncul dari kotak kecil itu.

Manik Solar semakin memantulkan rasa kagumnya, "ini keren sekali!" Ucapnya.

"Kau juga bisa menyuruhnya untuk mengaktifkan elektronik rumah seperti alat pembuat kopi atau toaster atau portable vacuum cleaner , dan bisa memberi schedule agar AI mengurusnya dengan otomatis." Jelas Taufan sambil menatap sang adik dengan penuh kehangatan.

"Hal yang sangat berguna seperti ini- kenapa kau tidak menggunakannya disini? Kalau saja kau pakai disini kau kan tak perlu repot-repot bangun pagi dan mengurus rumah" ucap Solar sambil mengerutkan alis. Ia tahu bahwa Taufan sering bangun jauh lebih awal darinya untuk membuat sarapan atau beberes.

Taufan tertawa, "ah, karena alat ini baru kusempurnakan. Kau adalah orang pertama yang memilikinya saat ini" ucap Taufan.

Solar tak dapat berkata-kata, rasanya dadanya dipenuhi kehangatan. Ia tak tahu bagaimana caranya mengutarakan rasa terimakasihnya.

" Jadi Solar, nanti saat kau sudah jadi agen S yang tinggal sendiri, mungkin sudah tidak ada lagi yang menjagamu. Tapi dengan alat ini rasanya seperti punya asisten pribadi kan? Aku berharap kau tak perlu terlalu lelah mengurus rumah. Kau bisa fokus melakukan apa yang kau suka. " Ucap Taufan sambil mengelus kepala sang adik.

"Kalau kau punya robot, kau bahkan bisa membuat AI ini mengendalikannya. Karena data perintahnya bisa kau input melalui komputer juga." Lanjut Taufan lagi.

"Aku akan menjaga barang ini dengan baik." Ucap Solar.

Taufan tersenyum lembut, "hm, kau harus hidup dengan baik oke?" Ucap Taufan sambil menatap manik silver sang adik.

Solar tersenyum, "kau juga."

"Aku akan sering berkunjung kesini jika ada waktu nantinya." Ucap Solar.

"Jadi kau jangan terlalu lelah, pulanglah kesini jika ada waktu." Lanjutnya.

Senyuman terlukis di wajah sang mentor seraya ia mengangguk.

Solar menghela nafas, tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya.

"AI, Do health examination on agent Taufan" perintahnya pada kotak yang baru saja menjadi miliknya itu.

Manik safir Taufan membelalak, tangannya refleks ingin mengambil kotak itu, tapi bahkan belum sempat ia melakukannya, suara dari AI itu mengisi ruangan.

[One living object detected, proceed?]

Taufan menghela nafas panjang, ia bersyukur bahwa ia belum mengupgrade fitur kotak kecil itu agar dapat melakukan pemeriksaan pada orang yang belum terdaftar.

"Ah, selain pemilik yang terdaftar, alat ini belum bisa memeriksa subjek lain. Mungkin nanti aku akan update software sekalian menambahkan patch bahasa."

Solar menghela nafas sedikit kecewa, padahal sedikit lagi ia dapat mengetahui kondisi sang mentor yang selalu ditutupi itu.

"Sudah, bersiaplah. Hari ini adalah hari pertamamu bertugas sebagai agent S" ucap Taufan.

//Author's note//

Hi hi! Aku menghilang cukup lama ya? Maaf yaa abis UAS soalnya! Doakan nilaiku memuaskan yaa~

Chapter kali ini jumlahnya 2000 kata! Ini harusnya bisa jadi 2 chapter tapi anggap aja sebagai tebusan dariku karena udah lama ga apdet.

Maaf ya kalau emosinya gadapet atau chapternya rasanya hambar :( aku lagi writer block kayanya :( tapi semoga kalian suka yaa!

Oh iyaa pls komen klonsuka ya hehehe biar aku ✨termotivasi✨ aji mumpung kan lagi libur siapa tau bisa lebih sering update selama ada motivasinya.

Stay safe yaa guys ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro