48 - kamu musuh kan?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"apa maksudmu?" Tanya Revan, manik merahnya memantulkan kilauan dingin dari manik safir yang ada dihadapannya itu. Alisnya mengerut, seakan berusaha berfikir keras akan maksud dari ucapan sang partner.

"Menurutmu apalagi? Kau sudah tertangkap basah, Revan." Ucap Taufan sambil menyeringai. Kartu yang tadinya ada di genggaman Revan dalam sekejap berada di tangan Taufan.

"....." , Revan terdiam seribu bahasa, ia tak dapat berkata apapun, mulutnya tertutup rapat dan tanpa ia sadari kakinya melangkah mundur.

"Kenapa diam saja Revan? Apa kau terkejut karena aku berhasil menangkap jejakmu?" Tanya Taufan lagi, ia tidak peduli dan tetap melangkah maju menghampiri Revan sambil memutar-mutar kartu di jarinya.

Manik safirnya menatap kearah manik merah yang sama-sama tak dapat dibaca. Wajah dan ekspresi yang sama-sama dingin dengan pembawaan yang berbeda. Yang satu terdiam, dan yang satu tersenyum.

"Sebenarnya kau pelakunya kan, Revan?" Tanya Taufan, sebelum ia sempat melanjutkan bicaranya, sebuah tangan sudah melayang ke arahnya.

Pukulan berkekuatan sedang mendarat di kepala Taufan, walau dipenuhi dengan emosi namun seakan pukulan itu dikontrol agar tidak melukai penerima.

"Sudah omong kosongnya?" Tanya Revan, wajah dingin penuh diamnya kini menunjukan kekesalan yang ia tahan.

"Bisa-bisanya kau bermain-main seperti ini? Kau kira ini seru?" Tanya Revan, merebut kartu dari tangan Taufan lagi, membiarkan kartu itu membaca sidik jarinya.

"Kau bilang kalau aku tidak bisa keluar dari sini... Hal ini berarti.. orang ini mengincar kekuatanku?" Tanya Revan sambil menganalisis kata-kata yang disensor di kartu itu.

"Ish ish, kan sudah aku bilang kau itu pelakunya iya kan?" Tanya Taufan dengan santai sambil bermain dengan kucing dipelukannya.

"Wah sepertinya hari ini kau tidak memiliki tempat untuk tidur." Jawab Revan dingin dan kesal.

"Hey! Inikan rumahku, kau yang menumpang" omel Taufan tidak terima.

"Oleh karena itu hentikan candaanmu dan jelaskan apa maksudmu? Apa yang kau temui di misi hari ini?" Tanya Revan, hendak menjitak kepala Taufan namun dicakar oleh kucing di pelukan Taufan. Yang berujung dengan Taufan yang menertawakannya dengan puas.

.
.

Surai putih yang sedikit acak-acakan hasil dari pertarungannya dengan kucing abu-abu itu tak ia hiraukan, ia masih terfokus dengan kalimat penuh sensor di kartu itu. Pada akhirnya Taufan tetap menyuruhnya menebak. Jadi kini ia sedang terduduk di sofa. Menganalisis sebuah kartu dengan desain kekanakan bergambar hewan dan manisan. Kartu yang mungkin akan hanya dianggap sebagai mainan omong kosong bagi orang awam tapi nilainya lebih mahal dibanding supercar.

Ia harus memecahkan satu persatu kode rumit yang dibuat Taufan untuk mengerti kalimat di layar hologram kartu itu, sertakan sang pemilik surai brunette sedang menikmati shower hangat untuk membasuh tubuhnya.

Puluhan kali ia menggerutu, mengeluh akan kekonyolan akan makhluk yang sudah menampung dirinya.

"Bagaimana? Sudah terpecahkan misteri nya?" Tanya seseorang dengan suara yang sangat ia kenal, handuk kecil basah mendarat di wajah tampan Revan, siapa lagi jika bukan Taufan yang berani melempar handuk bekas mengeringkan rambutnya itu ke wajah garang sang partner.

".....tebakanku benar." Jawab Revan sambil mengerutkan alis. Ia bahkan sampai mengenyampingkan rasa kesalnya karena handuk yang mendarat diwajahnya, menandakan bahwa topik pembicaraan ini cukup serius.

"Jadi, kapan kau akan menjelaskannya padaku?" Tanya pria bersurai putih itu, manik merahnya menatap lurus kedalam manik safir yang ada di hadapannya.

Taufan terdiam sejenak, lalu ia melemparkan tubuhnya ke sofa sambil meneguk soda yang entah sejak kapan sudah berada di tangannya.

"Tebak apa yang hari ini aku hadapi~" ucapnya membuka diskusi.

"Jangan suruh aku menebak lagi. Aku sudah cukup menghadapi seluruh tebak-tebakanmu itu" omel Revan.

"Aish, ck, ck, tidak seru." Ucap Taufan, tangannya melemparkan kaleng soda yang sudah kosong itu ke kotak sampah yang berjarak tiga meter dari tempat duduknya.

"Tadi ada robot." Ucap Taufan.

"...."

"Robotnya punya jantung." Lanjutnya, kini membetulkan posisi duduknya.

".....robot punya jantung? Maksudmu seperti... Data inti? Mesin penggerak?" Tanya Revan.

"Dong ding" , ucap Taufan sambil tersenyum mengesalkan.

"Ding dong." Koreksi Revan.

"Ding dong itu untuk jawaban yang benar, karena jawabanmu salah ya dong ding dong?" Bantah Taufan, memang skill ngeles miliknya apalagi dalam hal-hal tidak berfaedah sangatlah tinggi. Revan berusaha untuk tidak menghiraukannya dan fokus pada hal serius saja.

"..maksudmu... Jantung betulan?" Tanya Revan, kembali memeriksa dara dari kartu tersebut.

Taufan mengangguk, ekspresi penuh iseng dan santai di wajahnya terhapus dengan keseriusan yang jarang ia tunjukkan, rambutnya yang masih setengah basah, membuat matanya sedikit terhalang oleh surai brunette itu. Taufan menyisirnya kebelakang menggunakan jari jemarinya untuk memperjelas pandangannya.

"Ding dong." Ucapnya datar.

"Jantung yang memompa darah, berada dalam tubuh logam robot." Lanjutnya, membiarkan layar hologramnya menunjukan jasad dari robot yang tadi ia kalahkan, dan bagaimana ada sebuah jantung dan darah yang terlihat jelas.

"...tapi untuk apa robot diberi jantung? Kita semua tahu bahwa itu sangat tidak efisien, dan baunya juga pasti sangat tidak mengenakkan? Bukankah itu dapat mempermudah terciptanya karat?" Tanya Revan, merasa jijik dengan penemuannya ini.

"Betul sekali, untuk apa menciptakan robot dengan bagian tubuh dari makhluk hidup jika dengan teknologi yang kita miliki saat ini kita dapat membuat robot yang 98% mirip dengan manusia, dan bahkan bisa digunakan sebagai tentara dalam pertarungan, bukankah begitu?" Jawab Taufan, kini manik safirnya menatap serius pada data hologram dari kartunya.

"Serangan dekat, serangan jauh, manipulasi senjata benang, laser, ledakan, segala hal itu dapat dilakukan dan diciptakan dengan mudah oleh robot biasa. Tapi apa yang tidak dapat dilakukan oleh robot yang ditenagai oleh teknologi, Revan?" Tanya Taufan tersenyum dingin.

"...!!"

"M-maksudmu... Robot ini diciptakan untuk dapat mengendalikan kekuatan dari spirit?" Tanyanya tidak percaya. Manik merahnya membelalak.

"Ding dong! Dan lebih dari itu, bukan hanya mengendalikan tapi mereka bisa menjadi vessel atau kontraktor dari spirit tersebut." Lanjut Taufan menyeringai.

"..." Revan terdiam, ia tahu kemana arah dari pembicaraan ini. Ia merinding mendengar hal gila yang satu ini.

"Siapapun orang yang menciptakan atau mendukung pembuatan robot-robot ini, yang mereka incar adalah kita, Revan." Ucap Taufan, melempar kartu itu kearah Revan.

"Spirit, atau lebih tepatnya kekuatan khusus milik spirit seperti kita, itulah yang mereka incar." Jelasnya.

Revan tertegun mendengarnya. "Mereka menginginkan tentara dengan kekuatan supernatural yang kuat tanpa harus menghadapi konsekuensi dari kontrak, karena itu mereka menciptakan robot ini." Ucap Revan, akhirnya mengerti akan segala misteri yang berbelit ini.

"Sungguh gila." Komentarnya. Benar-benar, walau ia menjadi saksi dari keserakahan manusia, namun ia tetap kagum dengan bagaimana bisa manusia bisa se-serakah ini.

Tapi rasa kagum dan jijik itu harus ia jeda, karena ada satu hal yang lebih penting, "lalu...apa yang akan kau lakukan, Taufan?" Tanyanya, manik merahnya menatap tajam sang partner, menunggu jawaban yang harus memuaskan rasa penasarannya.

//Author's note//

Hey ho, tau ga siii akutuh kaya kerasa banget kalau komenan dikit jadi ga terlalu termotivasi buat lanjutin fic wkwkkwkwkw, komen yg banyak ya guys.

Anyway, berbelit ga sih? Apa sejauh ini walau banyak yg belum diketahui tapi ga bikin pusing? Aku minta pendapat kalian yaa

Anyway hoho, spirit? Taufan dan revan itu apa sebenernya? Mereka bukan manusia?

Oiya, sebenernya konsep dan latar dari agent au ini aku ambil dari cerita original aku, kalau kira2 aku upload cerita original ku di wattpad kira2 pada mau baca ga yaa? Jadi dunia agent au itu numpang di dunia cerita original buatanku gitu latarnyaa  guysss, komen yaa kalian kira2 tertarik ga sama original story aku

Anyway happy reading! Stay tune and stay healthy everyone!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro