51 - ngerendem dulu bos

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lah kok nungguin?? Kan udah tamat guyss Taufan nya udah mati, dadah-- *digetok

Joudan datta yo joudan, canda doang atuh jangan demo authornya.

Anyway , let's go to the story ❤️

Hehe.

Yaudah, ayo lanjutin ceritanya ya! Happy reading! Komen yg banyak 😇

°•°•°

Kepulan asap tebal yang sayangnya bukan sekedar asap polusi, melainkan asap dengan kadar racun yang tinggi menerpa wajahnya, oh tentu saja. Dari kepala hingga kaki, seluruh anggota tubuhnya kini terkena dampak dari racun yang sepertinya..berbahaya.

Maniknya membelalak, namun bukan karena asap racun yang tiba-tiba menyerangnya. Oke, itu juga sedikit mengejutkan. Tapi ada yang lebih mengejutkan lagi baginya.

Suara yang ia rindukan, suara yang berkali-kali ia putar kembali dalam mimpinya, suara yang sangat ia ingin dengar dikala ia terjatuh dalam pedih hati.

Suara yang ia tahu tidak seharusnya muncul, tidak saat ia masih hidup. Kini terdengar, samar-samar seakan memintanya untuk berhenti.

Ia tahu, mungkin ini adalah ilusi. Namun tawa kecil terdengar dari sang pemilik manik safir bak samudera itu. Rasanya ia tak dapat tidak menggoda orang itu sedikit saja.

"Apa yang harus aku hentikan?" Tanyanya dengan nada penuh canda, yang sungguh, sangat tidak tahu tempat dan situasi.

Darah yang berlumuran dari wajahnya dan tubuhnya, dan racun yang mengkontaminasi darahnya. Dan ia masih dapat bercanda seperti itu seakan itu bukanlah hal yang penting.

"Nafasku kah?" Lanjutnya lagi.

Tak ada jawaban. Tentu saja. Siapa yang akan menjawab? Taufan tahu betul, orang itu, orang yang ia prioritaskan, orang yang ia anggap paling penting dalam hidupnya dan saudara-saudaranya.. bukankah orang itu meninggalkannya di depan mata kepalanya sendiri?

"Pft,benar juga, sejujurnya aku sangat ingin berhenti.." monolognya, mengusap darah dari mulutnya.

"Namun terima kasih, berkat suara imajinermu dalam benakku, aku jadi teringat bahwa aku belum menepati janjiku." Lanjutnya.

Taufan mengabaikan luka pada dadanya, juga sensasi menusuk di seluruh tubuhnya dan  rasa sakit yang amat sangat yang disebabkan oleh gas beracun itu.

Ia harus kembali.

Perjalananya belum selesai.

Belum selesai dan tak akan boleh selesai, sebelum sampai ia dapat memastikan bahwa mereka semua akan aman.

°•°•°

Suara interkom tersambung, sebuah sinyal yang tiba-tiba terputus sekitar beberapa jam yang lalu, kini terdengar.

Sang surai putih menarik nafas, hendak mengeluarkan omelan, namun bahkan baru saja ia membuka mulutnya, ada suara parau dari balik koneksi itu.

Suara yang terdengar serak dan berat, suara yang terdengar rapuh dan mungkin bisa hilang kapan saja, namun tetap berusaha terdengar kuat.

"Revan?" Ucap suara itu sedikit ragu, sangat berbeda dengan gaya bicaranya yang biasanya penuh rasa percaya diri dan santai.

"Hey, ada apa?!" Tanya Revan sedikit panik. Ia sudah hidup cukup lama dengan Taufan untuk tahu bahwa ada yang tidak beres dengan sang pemilik manik safir itu.

"Dari tempatmu.. ugh, tolong bukakan akses akan basecamp darurat kita di distrik 21." Ucap sang pengendali angin bersurai Brunette itu.

"Ada apa sebenarnya? Kenapa ke basecamp itu? Tempat tinggal utama kita lebih dekat dari tempat misimu kan? Kenapa tidak langsung pulang kesini?" Tanya sang pemilik surai putih itu, sedikit tidak sabar.

"Hey, hey.. jangan panik begitu" ucap suara serak itu.

"Uhh.. nanti kujelaskan, intinya.. aku kena gas racun" lanjutnya, tidak terdengar panik.

"segera pulang kesini saja! Disana tak ada yang dapat memantau kondisimu." Perintah Revan dengan tegas.

Suara interkom itu terputus, meninggalkan sang pembantu dari belasan kucing menjadi panik.

°•°•°

Pintu besi otomatis itu terbuka segera setelah mendeteksi orang yang mendekatinya. Sebuah sinyal darurat dengan lambang warning merah besar terpajang di setiap layar hologram di setiap sudut ruangan.

Manik merahnya membelalak. Bagaimana tidak? Seseorang di hadapannya terlihat sangat kacau. Untungnya pria itu mengenakan pakaian serba hitam. karena jika tidak, sudah pasti siapapun akan ngeri melihat tubuh yang dibanjiri darah.

Revan dengan segera menghampirinya, namun bahkan di setengah kesadarannya yang tersisa, Taufan memberikan gestur tangan untuk menghentikkannya.

"Jangan deket-deket kamu. Aku beracun-"

"Ugh, Tubuh ini dibaluri racun..jangan sampai kau hirup, berbahaya." Ucapnya yang di susul oleh suara AI yang memberikan peringatan darurat seraya memindai kondisi Taufan.

[Status : berbahaya. Racun telah sepenuhnya merusak syaraf. Tubuh dalam kondisi kritis. Penanganan darurat dibutuhkan. ]

Suara dari AI itu lantas membuat sang pemilik surai putih kalang kabut, Pasalnya saat ia mendekati Taufan, AI itu kembali memberikan peringatan.

[Konsentrasi racun pada tubuh sangat tinggi. Berbahaya.]

"Tch, bisa-bisanya-" keluh Revan kesal, dengan sigap mencari gas mask dan sarung tangan latex di sekitarnya.

Tubuh Taufan ambruk begitu saja di ambang pintu itu, membuat pintu itu tak dapat tertutup karena sensor otomatisnya yang dapat mendeteksi keberadaan seseorang.

Segera setelah menggunakan protective gear nya, Revan langsung menghampiri tubuh yang kini terjatuh di atas lantai. Bisa dilihat bahwa darah menggenang di lantai, melukiskan lantai dingin itu dengan warna merah yang membuat orang ngeri saat melihatnya.

Ia langsung menghampiri tubuh yang hampir tak dapat dirasakan detak jantungnya. Nafas yang hampir tak terasa dari sang pengendali angin itu juga menambahkan rasa paniknya.

Ia membawa Taufan ke ruang darurat. Ruang yang mirip seperti laboratorium, dengan nuansa biru yang dingin menusuk kulit.

Revan membaringkan tubuh itu di atas kasur operasi, dengan sigap menyuntikan antidote dengan harapan dapat meminimalisir penyebaran racun dalam tubuh Taufan, ia berusaha membersihkan luka di dada Taufan dan setidaknya menutupnya dan menghentikan pendarahan itu.

Jika Taufan seorang manusia biasa, entah apa yang terjadi. Mungkin sudah lama ia tak lagi ada di dunia ini. Ingin rasanya Revan bersyukur akan fakta bahwa pada dasarnya Taufan adalah manifestasi dari spirit yang kuat. Sehingga, walau tubuhnya terlihat seakan dapat hancur berkeping-keping kapan saja, ia masih bertahan hingga saat ini.

Walau sebenarnya ia tahu, alasan ia bertahan sampai saat ini adalah karena sebuah janji bodoh.

Janji yang setiap harinya merusak tubuh dari sang pemilik manik safir itu.

Ia kembali menyuntikan antidote dan setelah ia memastikan setidaknya luka Taufan akan kuat menahan tekanan air, ia memasukan tubuh itu ke dalam sebuah tabung laboratorium besar.

Ya, tubuh sang pemilik safir itu kini direndam dalam tabung berukuran tiga meter yang berisikan cairan khusus untuk menjaga kestabilan subjek percobaan.

Yah, walau sudah pasti bahwa Taufan bukanlah sebuah subjek percobaan, tapi setidaknya dengan ini, racun yang menempel ditubuhnya akan terbilas dengan lebih cepat.

Walau ia tak dapat melakukan apapun mengenai racun yang sudah menyebar dan menyerang saraf Taufan.

Sudah terlalu terlambat.

[Kerusakan pada Syaraf tidak dapat dipulihkan]

//Author's note//

Rada telat yaa? Maaf yaa soalnya banyak banget tugas T^T manifesting ✨Tugas-free stress-free life✨

Semoga sukaa dan jangan lupa komen! Kira2 sodara2 taufan bakal tau ga ya atas kejadian ini?

Dan kira-kira taufan bakal selamat ga ya?

Ngga kali ya?

Eh..

Heheheh..

Anyway bentukan tabungnya tuh kek yg di film sci fi gitu loh yg kek gini

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro