6 - datang tak diundang,padahal dia bukan jelangkung

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kenapa kau sebegitu takutnya?" Tanya Solar kepada sang kakak setelah pintu lift tertutup rapat.

Taufan tersenyum, "saat kau melakukan dosa yang tak dapat dibayar bahkan oleh nyawamu sendiri, melanjutkan hidup seakan tak ada apa-apa seperti ini adalah hal yang memalukan." Ucapnya lirih, bahkan kebiasaannya yang selalu berusaha menyembunyikan emosinya dibalik topeng ceria tak dapat menutupi rasa sedihnya saat ini. 

Solar terdiam, "tapi k--" 

Taufan tersenyum, "ikuti aku, tempat tinggal mereka ada di pojok sana." Sela nya, tidak memberi celah untuk sang adik. 

Taufan menekan tombol bel itu, ironis, batinnya.

Dulu ia dapat dengan mudahnya masuk ke 'rumah' nya sendiri, namun lihat dia saat ini. Harus menekan bel, menunggu izin sebelum dapat masuk ke tempat yang dulu ia sebut 'rumah'.

Derap kaki dapat terdengar dari balik pintu, mungkin karena Taufan adalah agen terlatih, pendengarannya lebih peka daripada orang biasa. 

Taufan dapat mengetahui saat orang dibalik pintu itu memegang gagang pintu, namun ia terhenti sejenak, seakan ragu untuk membukanya. 

Salah satu kebiasaan buruk Taufan adalah, dia akan menyeringai, menertawakan dirinya yang pecundang ini. 

Solar menatapnya dari belakang,"apa yang lucu?" Tanyanya pada Taufan.

Taufan terdiam, pintu didepannya perlahan terbuka, menunjukan paras lembut namun canggung, kedua pasang mata itu bertemu kembali.

"Selamat malam", ucap Taufan dengan senyuman profesionalnya. 

Gempa membalas senyuman Taufan dengan senyuman yang penuh keraguan, "..malam,Taufan." 

"Ice sudah memberitahu ku, silahkan masuk.", ucap adik kembarnya itu. 

Taufan terdiam sejenak, menarik pelan tangan Solar, "..ah, anyway, ini Solar. Adik bungsu kit- kalian. Dia akan ada dibawah didikanku untuk sementara, kupikir penting bagi kalian untuk mengenalnya." Jelas Taufan, merangkul pundak sang adik bungsu yang masih terdiam dingin.

Gempa tersenyum, manik emas nya mengeluarkan binar yang penuh antusias, "ah, adik bungsu? Wah, ini pertama kali nya kita bertemu setelah sekian lama bukan? Aku Gempa, kakak ketiga mu." , ujar Gempa dengan senyum yang ramah. 

"Mungkin sebentar lagi akan jadi kakak kedua mu.", ujar Taufan dengan tawa kecilnya. 

Menurutnya, leluconnya ini lucu. Namun tak ada yang tertawa selain dia. Gempa menatapnya dengan tatapan yang tak dapat di deskripsikan. 

"Ayo masuk.", ucap Gempa, masih berusaha tersenyum walau dihantui rasa canggung. 

"Masuk sana." , ucap Taufan sambil mendorong Solar dengan pelan.

"Kau?", tanya Solar, menatap sang kakak yang masih tidak ada niatan untuk bergerak dari tempat berdirinya.

"Aku mau pulang, lelah." jawab Taufan santai,terlihat carefree seperti biasanya. 

"Gempa,kenapa pintunya dibuka?" Tanya suara yang dingin dari dalam ruangan. 

Taufan merasa ia telah tersambar petir, suara orang itu begitu menakutkan baginya.

Padahal nada bicara datar itu adalah hal yang ia temui sehari-hari kala itu, padahal dia sangat sering mendengar suara penuh amarah yang menggelegar kearahnya karena keisengannya. 

Namun kini, bahkan suara pelan itu cukup untuk membuatnya ingin kabur. 

Segera pergi dari tempat ini dan mengurung dirinya, menjalani misi rahasianya dan berusaha menghilangkan 'memori hari itu.'

Hari dimana segalanya berubah.

Hari dimana segalanya hancur baginya. Hari dimana ia menghancurkan segalanya. 

Segala hal penting bagi dirinya dan saudaranya. 

Hari dimana ikatan yang mereka fikir tak dapat dipisahkan itu, tercerai berai dengan tragisnya. 

Sepasang manik biru safir itu kini bertemu dengan manik rubi sang kakak tertua. 

Dan hal itu cukup untuk membuat Taufan gemetar berat, mengingat segala kejadian yang menimpa mereka.

°•°•°•°

"...ah,Hali, ini adik bungsu kita, namanya Solar.", ucap Gempa, mengambil inisiatif untuk berbicara duluan, berharap bahwa situasi tidak semakin keruh. 

Taufan tersenyum, bibirnya bergetar dan suaranya tak mau keluar. 

Ia masih ingat bagaimana Hali membencinya, dan mengatakan bahwa lebih baik bahwa Taufan lah yang harusnya terkena dampak dari kejadian itu. 

"Dia akan menjadi anak didikku untuk beberapa saat, aku hanya mengantarkannya kesini karena ia ingin bertemu dengan saudaranya. Kalau begitu, aku pergi dulu.", ucap Taufan, langsung berbalik, mengabaikan fikiran yang mengamuk didalam kepalanya. 

"Taufan! Mau kemana?" , ucap seseorang dengan ceria, berlari kearahnya dan langsung melompat untuk memeluknya. 

Taufan terkejut akan serangan pelukan yang tiba-tiba itu, "Thorn..kau sudah datang." Ujarnya sambil mempertahankan senyumnya. 

"Un! Aku dengar kembaran terkecilku ada disini!", jawabnya ceria. 

Kini ia melepas pelukannya, memandang sang adik termuda yang berdiri angkuh didepannya. 

"Oh!! Solar! Kita pernah bertemu sebelumnya kan! Padahal kita kembar tapi kita jarang sekali bertemu ya" ucap Thorn sambil mengambil tangan Solar secara paksa, menjabat tangan sang adik dengan girang. 

"Yo Taufan, mau kemana kamu? Ayo masuk.", ujar Blaze yang datang entah darimana sambil menyeret Ice yang sibuk mengunyah keripik kentangnya. 

"Aku mau kembali--" 

"Hey, sudah lama kita tidak bertemu kan, setidaknya ayo berkumpul sesekali seperti ini." , ucap Ice yang akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara. 

Kau tak pantas, bermain rumah-rumahan seperti ini, Taufan. 

Karenamu, mereka..

Karenamu, kalian tak dapat lagi bersatu.

Manik biru safir nya kembali memandang manik rubi sang kakak tertua, memastikan bahwa setidaknya dia tak akan diusir duluan. 

Namun layaknya apa yang sudah ia duga, tatapan yang dahulu hanya terisikan kekesalan karena keisengan Taufan kini berubah menjadi kebencian. 

"...masuklah" Ucap sang pemilik manik rubi itu singkat, ucapannya terdengar dingin dan menusuk bagi Taufan. 

Taufan terdiam, melirik ke arah adik bungsu sekaligus muridnya, setidaknya, bertahanlah untuk Solar. 

Taufan menarik nafas panjang sampai akhirnya bibirnya yang ia kira sudah kehilangan fungsinya itu ternyata masih bisa bekerja dengan benar "maaf telah merepotkan.." ucapnya tanpa tenaga. 

Dahulu dia akan langsung masuk tempat luas itu sesuka hati, asal melepas sepatunya dimana saja dan langsung melemparkan dirinya ke sofa. 

Namun sekarang, tempat yang dahulu ia panggil 'rumah' itu menjadi tempat yang tak akan pernah lagi menyambutnya. Ia melangkahkan kedua kakinya dengan hati-hati. Menapaki lantai marmer yang dingin. 

Tidak akan duduk selama belum dipersilahkan, tidak akan berbicara sebelum ditanya. Seakan menjadi orang asing yang bertamu. 

Saudara-saudara yang lain dapat langsung menempatkan diri masing-masing di posisi nyaman, hanya Taufan dan Solar yang masih berdiri dengan canggung. 

"Sudah lama kita tak berkumpul seperti ini ya?" Ucap Gempa, membuka percakapan di antara tujuh saudara itu. 

"Ehh?? Tapi kita makan siang selalu bersama kan!", Jawab Thorn lugu, menyandarkan tangannya di pundak Blaze. 

"Tapi tentu saja Solar tidak ikutan karena beda divisi" lanjutnya lagi. 

'bersama?' batin Taufan. 

ah..

Mereka bersama..tentu saja..

Seorang sepertiku bukan lagi bagian dari kebersamaan mereka.

Taufan tersenyum mendengarnya. Ia sendiri sangat mengerti bahwa dia terlalu mengasihani diri sendiri. Merasa dibuang oleh saudara nya. Padahal, itu semua adalah salahnya. Ia tak berhak untuk merasa seperti korban bukan? 

Taufan tersenyum, tak berniat angkat suara akan topik ini. Ia kembali mengarahkan pandangan nya pada Solar, "kau bisa perkenalkan dirimu seperti tadi kau tahu? Kalian akan saling membantu di masa yang akan datang nantinya"

Sejujurnya dia sedikit bersyukur karena ada Solar disini. Karena ia dapat memfokuskan pandangannya ke adik bungsu nya saja dan bukan yang lain. 

Solar terdiam, "memangnya penting?" 

Taufan memukul pelan pundak Solar "tentu penting. Kalau kau sudah jadi agen divisi S kan kau akan sering bersama mereka."

Taufan belum menyadari bahwa ada tatapan yang terarah padanya. Tawa getir kini terdengar dari seseorang. 

Hanya mendengar suara itu saja membuat Taufan terdiam, ia sangat mengetahui nada itu. 

"Percaya diri sekali kau?" 

//Author's note//

Hope y'all enjoy, uh.. its not that painful so uh..stay strong ehe.

Komen atau akan kusembelih taufan 🔪

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro