75 - in grief i lost my way, so be it.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat pria bersurai putih itu menemukannya, kondisinya sudah tak dapat diselamatkan. Nafasnya sudah tak ada, apalagi detak jantungnya.

Namun, dengan segala ilusi yang tersisa, ia masih berharap.

Asap yang menghalangi segalanya dan menelan keduanya. Saat itu, apa yang ia lakukan? Ia sudah sedikit lupa.

Saat itu ia tidak peduli dengan apapun, ia hanya ingin menyelamatkan sang penyelamat.

Apapun itu, akan ia lakukan. Seluruh hal, baik dan buruk bisa ia pikirkan nanti, ia hanya memiliki satu tujuan..

Menyelamatkan Taufan.

Dia memang tidak tersertifikasi untuk melakukan praktek kedokteran, namun karena kepintarannya yang di atas rata-rata dan pengalaman selama bertahun-tahun, ia kurang lebih mengerti tentang dunia kedokteran.

Namun apa yang membedakan dokter dan peneliti gila?

Ya, batasan moral, dan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Selama ini ia berhari-hati agar tidak menyebrangi garis batas itu. Namun kini, ia sudah tak mau lagi berurusan dengan urusan moral yang dibuat oleh manusia.

Aku tahu kau akan membenciku.

Tapi tidak apa, tidak apa jika kau akan melontarkan cacian padaku.

Tidak apa jika nanti kau akan menyalahkanku.

Hanya saja, ucapkan segala hal itu langsung kepadaku.

Tatap mataku, biarkan aku mendengarnya langsung dari mulutmu.

Kau berjanji bukan? Setelah misimu selesai, semuanya terserah padaku.

Jadi, mohon maklumi segala pilihanku.

°•°•°•°

Manik silver miliknya terlihat dingin. Semua orang di agensi takut padanya. Padahal kekuatannya adalah cahaya, namun bahkan aura yang ia pancarkan lebih dingin daripada sang pengendali es sekalipun.

Ia terlihat begitu berbeda dari masa lalu. Memang sudah dari dahulu dia dingin, namun dulu, ia tidak kejam. Ia masih memiliki emosi yang ditunjukkan, dan rasa peduli yang ia berikan.

Kini, semuanya hanya seperti logam dingin di matanya. Logam dingin yang merebut kehidupan sang kakak. Begitulah pandangannya terhadap agensi ini.

Misi level tinggi yang dikhususkan untuk para profesional agen S, dia menyelesaikannya dengan efisien dan berdarah dingin.

Seakan seluruh kompas moralnya sudah rusak dan berhenti, ia tak lagi membedakan mana yang baik dan buruk.

Seluruhnya buruk dimatanya.

Seakan, kegelapan lebih cocok untuknya.

Orang-orang menganggapnya dingin, kejam, tak berperasaan.

Namun hanya sebagian orang yang mengerti bahwa laki-laki itu rapuh dan hancur. Membenci karena tak mengerti lagi apa yang harus ia lakukan.

Dan sebagian orang itu benar-benar berharap bahwa akan ada cahaya yang bisa menyelamatkan hatinya yang terjatuh kedalam kegelapan.

Dan membangunkannya dari rasa sakit.

Solar menatap dingin tempat itu lagi, tempat dimana sang kakak direnggut darinya.

Ia melangkahkan kakinya, membawa seikat bunga edelweiss yang dibungkus sedemikian rupa menggunakan kertas transparan berwarna kebiruan. Tak lupa ia meletakkan sekaleng soda yang dahulu biasa diminum oleh sang kakak sekaligus mentor itu. Manik silver yang terlihat tak dapat goyah itu, untuk sesaat terlihat bergetar. "Mentor bodoh." Ucapnya sambil menatap tempat yang tanpa kehidupan itu.

Ia menjelajahi sekelilingnya, bekas pabrik itu sudah hancur lebur karena ledakan. Jadi, rasanya sulit untuk menemukan petunjuk apapun. Namun ia tetap mencari petunjuk itu.
Sudah 11 bulan ia melakukan ini, menilik tempat ini, membiarkan sedikit emosinya luruh dalam luka yang ia sembunyikan dihatinya.

Berkali-kali yang lain berusaha menghentikan pencariannya. Suara yang iba menyuruhnya untuk berhenti dan menerima. Namun bisakah ia menerima segala hal ini? Saat ia tahu bahwa setelah segala pengorbanan sang mentor, ancaman itu belum hilang sepenuhnya.

Teringat ia satu minggu pertama setelah kepergian sang kakak, segala realita terasa seperti ilusi yang menyakitkan. Namun berkali-kali ia diingatkan bahwa segalanya nyata.

Bahwa tak akan lagi ada suara ceria  bercampur iseng yang akan menyapanya.

Ia tak lagi mengenakan topinya, ia seakan hilang arah. Berapa kalipun sahabat sang mentor maupun para elemental lain berusaha menghubunginya, ia selalu mengabaikannya.  Ia tetap mencari. Mencari sebuah petunjuk, petunjuk yang setidaknya dapat membuat hatinya yakin.

Walaupun mungkin nantinya petunjuk itu dapat menyakitinya, walaupun nanti petunjuk itu akan membawanya kepada kebenaran yang tak dapat diterima.

Namun secercah harapan selalu ada didalam hatinya. Harapan untuk bertemu lagi, harapan bahwa entah bagaimana caranya, ia dapat bercanda tawa dengan sang mentor lagi.

Ia sudah mendapatkan teguran dari para atasan. Teguran karena ia membabi buta mengeliminasi semua orang yang menghalangi jalannya sebuah misi. Ia seakan tak memandang bahwa orang-orang itu adalah orang yang penting bagi agensi.

Sebuah pesan muncul pada layar hologram dari jam tangannya.

[Solar, kembalilah.] , Begitulah pesan yang dikirim oleh sang pengendali tanah.

Solar hanya menatap pesan itu dengan tatapan yang dingin sebelum mengabaikannya.

[Aku memiliki petunjuk.] Begitulah yang tertulis di pesan kedua yang ia kirimkan.

Solar terdiam. Ia tahu bahwa setelah kematian sang mentor bermanik safirnya, tuan mereka kini menjadikan Gempa sebagai vessel yang baru. Dan mengingat betapa histerisnya Gempa setelah menerima ingatan dari sang tuan, ia tahu bahwa sang Tuan mengetahui lebih banyak hal daripada mereka semua.

Solar mendecik, [aku akan kesana sore.] Jawabnya singkat melalui pesan teks.

Ia melangkah, membuka pintu supercar putih yang ternyata sang mentor titipkan pada Gopal untuk ulang tahun ke-18 sang adik.

°•°•°•°

Saat Gempa selesai memproses seluruh ingatan dan emosi yang ia terima secara tiba-tiba itu, satu hal yang bisa ia ucapkan. "Kenapa...?" Tanyanya rapuh.

Ia memukul-mukul dadanya sendiri karena rasa sakit yang ia rasakan dihatinya. "Kenapa?!" Tanyanya lagi.

Ia mengutuk dirinya yang sudah bertingkah kejam kepada sang kakak. Ia mengutuk agensi ini yang telah menggunakan sang kakak demi keinginannya. Namun layaknya Taufan yang tak dapat membenci saudara-saudaranya bahkan setelah semua kekejaman yang mereka berikan padanya, ia pun tak dapat membenci saudara-saudaranya yang lain.

"Bagaimana? Bagaimana agar kami bisa menebus dosa kami padamu kak?" Tanya Gempa dengan suara yang rapuh.

Namun ia tertawa getir saat ia mendapatkan saudaranya memeluk dirinya. Blaze dan Thorn memeluk dirinya untuk menenangkannya.

Aku beruntung karena ada seseorang yang ada di sisiku..

Lalu kau kak? Saat itu, tanpa ada siapapun di pihakmu, bagaimana kau bisa bertahan dan melangkah?

Maafkan aku kak.

Aku sungguh kejam, maafkan aku.

Maaf ...

11 bulan berlalu setelah ia menjadi wadah bagi sang tuan. Lambat laun sang tuan juga semakin kuat untuk terkadang bisa menjunjukan raganya. Dan dalam 11 bulan itu juga mereka berusaha menghubungi Solar yang tak pernah mau menemui mereka.

Ia terkadang memang kembali ke agensi, namun itu hanya untuk sekedar melapor akan misi dan mengambil misi baru. Bahkan walau Kaizo telah menjelaskan bahwa Solar tidak boleh mengambil misi yang berbahaya, hanya satu jawaban dingin yang keluar dari mulutnya. Dengan senyuman pahit ia menjawab, "bilang padanya untuk menyampaikannya padaku secara langsung."

Sebuah skakmat yang hanya bisa direspon dengan bungkam.

// Author's note //

Gaaku proofread jadi maaf ya klo ada typo.

Btw ini aku masih bingung buat serving the next arc jadi ini lebih ke exploring cara mereka menghadapi duka mereka dulu ya ges baru ntar pelan2 dikupas lagi.

Komen yak, 200 up yu

Btw ges klo komenan kalian di like ada notifnya ga?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro