Perekrutan Mendadak

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sore hari pun datang, matahari dengan indahnya terbenam di ufuk barat dengan langit jingga, burung camar pun berterbangan menghiasi langit sore ini. Aku yang merasa sudah waktunya untuk kembali ke vila mengajak Mashu yang tengah sibuk mengurus keempat anak kecil tadi.

"Mashu san, ini sudah sore. Sebaiknya kita kembali ke vila."

"Iya juga, baiklah. Tapi sebelumnya kita harus mengantarkan mereka pulang."

"Tidak usah Tuan Mashu. Rumah kami dekat kok dari sini." kata Kohei.

"Tidak apa-apa, kami ingin mengantarkan kalian. Untuk jaga-jaga saja." kataku.

"Onee chan tidak pulang?" tanya Futa.

"Pulang kok, tapi ..."

"Uhh ...."

Futa dengan mata yang berkaca-kaca segera memegang tanganku dengan erat, anak ini seperti tidak mau kehilangan diriku saja.

"Futa, jangan menangis." kata Misaki sambil menenangkannya.

"Aku gak mau pisah sama onee chan. Onee chan pulang sama Futa aja."

"Mana bisa begitu Futa?" tanya Aoi.

"Huaaaaa .... " tangis Futa yang semakin kencang.

"Duh kok malah nangis, sini-sini. Cup cup jangan nangis dong Futa." kataku sambil menggendongnya dan menepuk-nepuk punggungnya.

"Sudah jangan menangis, onee chan dan Tuan Mashu akan mengantarkan kalian pulang. Oke?"

"Ung." katanya sambil menganggukkan kepalanya.

"Nah begitu dong, kan jadi ganteng."

"Hihi, onee chan juga cantik."

Lepas dari kejadian tersebut kami semua pun menaiki mobil dan menuju tempat kediaman mereka, kami mengantarkan anak-anak tersebut dengan selamat. Orang tua mereka mengucapkan banyak terima kasih kepada aku dan Mashu, setelah itu kami putuskan untuk kembali ke vila. Di dalam mobil aku terus memikirkan anak kecil oranye itu, kupikir dia sangat manis hingga rasanya tak tega untuk berpisah dalam waktu yang cepat. Mashu yang fokus menyetir membuyarkan lamunanku dengan mengajakku bicara.

"Kenapa melamun?"

"Tidak apa-apa kok, Mashu san."

"Hmm." gumamnya.

Ponselku berdering, menunjukkan nama produser di layar. Aku segera mengangkat panggilan suara itu, "Halo?"

Pak produser
"(Y/n) san. Apakah kau sudah mendapatkan calon rapper yang akan kau manajeri?"

(You)
"Belum pak produser, saya masih kebingungan."

Pak produser
"Kenapa?"

(You)
"Yah bagaimana tidak bingung, saya harus memilih sendiri orang itu. Ya jika dia mau, jika menolak mentah-mentah bagaimana?"


Pak produser
"(Y/n) san, dengarkan aku. Aku punya tujuan seperti itu agar kau tahu sendiri sifat orang yang kau pilih. Aku tidak mau kau menerima orang yang sifatnya tidak bisa bekerja sama denganmu, karena beberapa manajer awal sepertimu biasanya tidak akan kuat dengan tekanan yang berat."

(You)
"Jadi, itukah alasannya?"


Pak produser
"Bukan hanya itu, aku juga menguji-mu seberapa besar usahamu untuk menjadi seorang manajer. Itu saja."

Aku menghela nafas sambil memikirkan matang-matang ucapan pak produser,

(You)
"Baiklah. Apapun perintah anda akan saya usahakan sebaik mungkin."


Pak produser
"Bagus, aku mengharapkannya. Berjuanglah."

(You)
"Baik."


Telephone kututup, kusandarkan bahuku di kursi sambil menutup mata yang mulai terasa mengantuk ini. Tak lama sampailah kami di depan pintu vila tempat kami berdua beristirahat. Aku segera menuju kamarku dan tak lupa mengucapkan selamat malam pada Mashu.

"Selamat tidur, Mashu san."

"Selamat tidur." katanya sambil menuju ke kamarnya.

Aku terbaring di atas kasur sambil membiarkan otakku berputar memikirkan banyak hal hingga aku tertidur lelap.

Pagi harinya aku terbangun di waktu subuh, kubuka jendela kamarku, angin subuh yang dingin dan segar memasuki seluruh ruangan kamarku.

Tok tok.

"Ya sebentar." aku membukakan pintu kamarku dan terlihatlah Mashu yang sudah berpakaian rapi.

"(Y/n), pak produser ingin membicarakan soal pekerjaanmu."

"Sepagi ini?"

"Benar, segera bersiaplah."

"Hah, kenapa sih pak produser itu."

Mau tak mau aku segera mencuci muka dan bersiap untuk menemui pak produser, aku dan Mashu menuruni lantai 2 tempat kami beristirahat menuju ruang makan dimana pak produser sedang santai meminum secangkir kopi hitamnya.

"Halo (Y/n) san."

"Selamat pagi pak produser." sapaku.

"Haha, kau terlalu kaku. Ayolah santai saja."

"Baiklah, jadi apa yang ingin bapak bicarakan dengan saya."

"Oh, ini sebenarnya soal pekerjaanmu. Sepertinya aku tidak bisa memaksakan tugas ini padamu."

Aku termenung diam saat mendengar ucapan tersebut dari pak produser, "Maafkan saya pak, saya belum menemukan orang yang pas."

"Tidak masalah, kalau begitu aku akan ikut denganmu."

"Ikut dengan saya?"

"Ya, hari ini masih hari liburmu kan? Yah, siapa tahu kau bisa menemukannya hari ini."

"Baiklah, jika itu yang bapak harapkan."

"Bagus, hari ini kau akan pergi kemana?"

"Rencananya kami akan pergi ke sebuah taman bermain. Mungkin kita bisa mencarinya disana." kataku.

"Haha, sepertinya itu kemauanmu (Y/n) san."

"Tidak begitu pak produser." jawabku.

"Yah baiklah. Bersiaplah, kita akan pergi jam 8 pagi ini."

"Baik."

Aku pamit dari sana diikuti oleh Mashu yang sedari tadi hanya diam menyimak, karena perutku sudah lapar kuputuskan saja untuk mengambil makanan yang sudah disediakan di meja.

"Kau tidak makan Mashu san?"

"Aku nanti saja."

"Pak produser kadang orang yang merepotkan ya. Tapi dia sangat baik."

"Ya." jawabnya sambil mengambil piring kecil berisi kue.

Aku memakan makananku di meja makan bersama Mashu, setelah selesai kami bersiap untuk pergi ke sebuah taman bermain yang tak jauh dari vila. Pak produser juga ikut, kami memutuskan untuk duduk di sebuah kursi taman yang diatasnya terdapat sebuah atap agar yang duduk di sana tak kepanasan.

"Mmm jadi, setelah itu apa?" tanya pak produser.

"Ya, kita amati saja anak-anak yang lalu lalang di sini." kataku.

"Jangan bilang waktu di pantai kau juga melakukan ini."

"Eh ... ng ... iya." jawabku gugup.

"Ya ampun, kalau begini mana bisa dapat. Nah, biar kutunjukkan caranya." pak produser bangun dari tempat duduknya dan mengeluarkan beberapa permen dari dalam sakunya.

"Hei anak-anak, apakah kalian mau beryanyi bersama paman? Siapa yang menang akan mendapatkan permen." katanya.

"Haa aku mau paman!"

Semua anak kecil yang ada di sana menghampiri pak produser, "Baiklah, mari kita beryanyi. Ah iya, bagaimana kalau kita bernyanyi rap?"

"Mau mau."

Pak produser mulai menyanyikan lagu rap yang mudah dan dikenali oleh anak-anak, aku dengan seksama melihat caranya dalam menarik perhatian anak-anak. Pak produser memang hebat.

Di tengah keramaian itu, anak berambut oranye yang waktu itu bertemu denganku ikut menyanyi dengan bahagianya bersama teman-temannya, tanpa sadar aku memanggilnya.

"Futa!"

Dia menoleh ke arahku sambil berteriak juga, "Onee chan!"

Perhatian pak produser langsung tertuju pada kami berdua dan dengan mendadak dia bilang, "(Y/n) san, rekrut anak ini!"

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro