1 | Currently Reading

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

📚/ Currently Reading /📚

Buku yang sedang kamu baca saat ini.

***

NASA

Pulang kerja adalah jam favorit semua orang, termasuk aku.

Why?

Karena pulang kerja adalah waktunya untuk rileks dan membuang semua hal-hal buruk sehingga besok bisa punya tenaga untuk menghadapi hari. Bagiku, salah satunya adalah bertemu dengan penulis bernama Macan Kumbang.

Buku adalah pelarian utamaku dari dunia yang kejam. Buku, tuh, ya secara nggak sadar bikin kita bebas. Pantesan aja Pak Muhammad Hatta sama Ibu Kartini sungguh mengagungkan buku. Setelah aku rasain sendiri, imajinasiku langsung melayang pada rangkaian kata di situ.

Tiba pada rak buku kedua alias rak khusus Macan Kumbang. Aku meregangkan tubuh kemudian mengeluarkan buku-bukunya dalam bentuk hardcover maupun paperback. Begitu raknya kosong langsung dibersihkan pakai lap basah yang sudah disemprot dengan desinfektan. Sengaja kalau bagian ini, biar kuman-kuman pada hempas dan tidak ada noda debu. Kemudian buku-buku karya Macan Kumbang yang kertasnya sudah menguning kugosok pakai amplas dengan tenaga penuh pada bagian atas. Senyumku merekah saat bagian kuning-kuningnya berkurang. Sebelum ku tata dengan hati-hati ke rak, kubersihkan ulang debu di sela-sela.

Senyumku merekah saat buku-buku karya Macan Kumbang sudah rapi bin kinclong. Belum lagi ketambahan gantungan pembatas buku model jepit motif karakter dari novel-novelnya Macan Kumbang. Maklum, hadiah dari pra pesan karya beliau. Aku selalu pesan yang paket yang hadiahnya lengkap, sungguh berguna sekali hadiahnya.

Bel berbunyi, ini dia tamu yang aku tunggu-tunggu dari tadi. Aku langsung bergegas ke pintu tanpa sempat cuci muka. Terkuaklah sosoknya saat pintu apartemen studioku terbuka sempurna.

Nira.

"Nih nasi goreng merah pesanan lo," ujarnya dengan nada datar sambil masuk setelah aku menggeser badan.

Aroma bumbunya sungguhlah nikmat. Sambil duduk, kuamati Nira membuka kertas minyak dengan piring plastik gambar spongebob lalu menaruh sendok garpu.

"Makasih, Nira Sayang," kataku setelah menerima piring tersebut.

"Hm."

Kami berdua makan dalam diam, hanya televisi dengan tayangan ulang kartun Doraemon Stand By Me seri dua saat adegan Nobita dewasa lagi galau atas pantas atau tidaknya dia menikah dengan Shizuka.

"Ini tuh bikin keinget sama bukunya Macan Kumbang yang judulnya Cinta Perjalanan. Bedanya si cowok tuh baru sadarnya pas habis ketok palu kasus perceraian gara-gara si pasangan bermodel Nobita versi nggak mau berubah," celetukku pada Nira begitu selesai makan dan filmnya masuk end credit.

Nira tersenyum miring. "Lo tuh nggak capek apa ngomongin Macan Kumbang terus?"

Senyumku melebar lalu menggeleng. "Macan Kumbang sama lo, Nir, yang bikin gue nggak mau balik ke masa-masa suram. Mana gue penasaran lagi sama dia kayak gimana bentukannya?"

Nira berusaha keras menahan tawa. "Lo pikir dia benda, Sa? Ngaco banget."

"Nggak gitu, Nir," rengekku. "Ah nggak tahu deh, lo nyebelin."

"Ya ampun gitu aja lo ngambek, Sa." Nira tertawa kecil lalu melipat tangan di dada. "Itu tuh orang, bukan benda meskipun Macan Kumbang ini kita nggak tahu sosoknya kayak gimana?"

Perkataan Nira seperti menjatuhkanku dari langit biru penuh awan tanpa ancang-ancang. Memang dia ini dari dulu ahli banget menghancurkan khayalan. Namun, apa yang diucapkan Nira banyak benarnya dan bisa bikin aku langsung nurut. Mungkin itu juga, ya, Danar – pacarnya yang ditunjukkan lewat live streaming beberapa bulan lalu – langsung takluk banget dengan pesona Nira.

"Iya deh, Nir." Aku memutuskan untuk mengalah saja. Kemudian kami berpindah posisi ke tempat tidurku dengan duduk sandar sambil peluk guling. Nira malah sambil baca buku berjudul Disiplin Hukum yang Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender. Sungguh berat sekali judul bukunya, kayak skripsi aja.

"Coba deh lo bayangin aja, Nir. Gimana bisa diskusi bareng Macan Kumbang? Gila pasti asyik banget dan bakal betah berjam-jam dikasih pengetahuan dan sudut pandang baru. Terus syukur-syukur jodoh gue." Mataku tertuju pada langit-langit berhias lampu cahaya putih.

Nira tidak langsung jawab dulu sebelum lidah tajamnya beraksi, bahkan tanpa natap mataku langsung. "Kalau misalnya nih, sosok Macan Kumbang itu Bapak-Bapak tua? Katakanlah kayak Pak Cokro si owner toko buku langganan lo. Kayak gimana tuh?"

Rasanya ingin mencakar mukanya kayak di asrama pelatda sepuluh tahun lalu jadinya. "Ya gue anggap orang tua gue lah, Nir."

"Terus kalau cewek?"

"Gue jadikan teman kalau dia mau atau jadi pengagum saja gitu walau aku pengen berteman sama dia."

"Kalau memang beneran cowok dan jadi jodoh lo beneran?"

Bibirku mendadak kelu, jantungku berdebar sedikit demi sedikit. Ada apa ini? Kenapa aku mendadak nggak semangat jawab.

Nira terdiam sejenak kemudian tersenyum paham. " Sudah nggak usah dijawab kalau nggak mampu. Oh, ya, Lo sudah persiapan PO buku barunya Macan Kumbang belum, Sa?"

"Sudah dong, nggak kerasa ya tinggal tiga hari lagi." Aku nyengir sambil menaruh kepala ke bahu Nira terus ikut-ikutan baca literaturnya yang tulisannya sungguh kecil-kecil dengan spasi rapat.

Sungguh khas buku jadul banget.

Aku selalu punya persiapan setiap Macan Kumbang mau adakan pra pesan, salah satunya adalah banyak-banyak latihan meregangkan jari. Tahu sendiri perang di depan layar kayak gimana? Setiap saat harus refresh halaman dan mata nggak boleh oleng sedetikpun. Syukurlah sampai saat ini nggak pernah ketinggalan. Selain itu tentu saja uang yang cukup – bagian penting nomor dua. Macan Kumbang masuk dalam budget khususku, tidak boleh diganggu gugat.

Buku barunya berjudul Meja Hijau menceritakan tentang pria yang bergelut dengan diri sendiri setelah kehilangan orang-orang yang dicintai dan pada akhir ceritanya dia memilih untuk keluar dari zona nyaman dan hidup di tempat baru di mana orang-orang menerimanya serta pekerjaannya lancar. Tentu saja ada unsur romantisnya di situ, si Pria mendapat tambatan hati baru.

"Bagus kalau gitu. Semoga berhasil, ya." Nira berkomentar dengan datar.

Aku berdecak, Nira dan paket cueknya nggak terpisahkan. Begitulah dia, setidaknya dia tidak pergi meninggalkanku seperti teman-teman lain. Hanya dia yang melayat ke pemakaman ibuku beberapa bulan lalu dan menemaniku selama bergelut dengan duka. Sungguh terima kasih saja tidak pernah cukup untuk menggambarkan kebaikan hatinya Nira, nggak heran mantan kliennya pada mati-matian belain dia saat terkena masalah.

***

Sial sial sial.

Pekerjaan mengawasi sekaligus pengendali kontrol alat-alat pemroses makanan ini sungguh menyita waktu. Sampai-sampai lupa hari H pra pesan buku Meja Hijau. Sungguh frustrasi sekali ketika tidak ada perpanjangan waktu.

Mau nggak mau aku harus nunggu sampai muncul di toko buku.

Kenapa, sih, orang-orang betah banget menunggu buku penulis favoritnya di toko buku?

Aku kembali mengingatkan diri untuk tidak boleh marah-marah. Yah, beginilah jadi penggemar penulis anonim yang karyanya selalu dinanti.

Begitu pengumuman buku Meja Hijau sudah ada di toko buku sebulan kemudian, aku langsung meluncur ke toko buku Cakra Ilmu yang di daerah Setiabudi naik MRT.

Walau tempatnya kecil, tapi toko ini bukunya selalu diperbaharui dan tidak pelit diskon. Aku pernah ajak Nira ke sini dan dia betah sampai satu jam lebih di situ. Bahkan langsung akrab begitu saja dengan pemiliknya dan bisa begitu saja sudah kerja sama dengan yayasan Perempuan Hebat untuk penggalangan dana.

Lonceng berbunyi begitu pintu kayu toko terbuka sempurna. Aku langsung jalan cepat ke rak buku fiksi, dan ternyata novel Meja Hijau tinggal satu di rak itu. Kuatur napasku dan memejamkan mata sambil menggerakkan tangan pada buku Meja Hijau yang masih disegel.

Aku merasakan keganjilan aneh setelah tanganku memegang buku itu, sungguh besar sekali. Begitu mataku terbuka dan kepala keangkat, ternyata ...

"Mas, bisa lepasin nggak tangannya dari tangan saya? Saya mau ambil bukunya, saya duluan lho ini," kataku santai dengan berdehem pada pria tinggi kurus di sebelahku dengan wajah bengongnya. 

A/N:
Gimana nih kesan pertama kalian sama karya terbaruku ini?

Btw, Danar dan Nira itu dari Embracing Dawn (karya collabku sama valloria) . Monggo bisa mampir ke sana juga hehe.
.
.
.
1100++ kata
(31 Mei 2022)
Happy Reading!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro