Pangeran Batiar dan Aila

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seorang gadis kecil terperangkap pada sarang burung raksasa. Kumpulan jerami dan ranting-ranting kayu tertata rapi berbentuk piring. Sarang itu berada pada puncak gunung berbatu.

Gadis itu bernama Aila. Mengenakan gaun putihnya dia tidak berkutik karena gaunnya tersangkut pada ranting kayu. Tidak lama seekor burung besar datang menghampiri. Paruh runcing berwana kuning yang besar. Sayap kecokelatan yang berukuran besar. Bertengger pada sarangnya. Matanya seperti kancing bacu menatap Aila dengan penasaran seolah dia adalah anaknya.

Burung itupun kembali terbang sanyapnya mengebak bagaikan badai di padang pasir. Aila sampai menyipitkan mata. Yang terjadi adalah gaun gadis itu tidak lagi tersangkut.

Seorang pangeran kerajaan bernama Batiar datang dengan pedang peraknya. Tubuhnya yang kekar mampu menggendong gadis itu.

"Kita harus pergi sebelum burung itu datang lagi," ucap Pangeran kekar itu dengan tegas.

Aila hanya mengangguk. Membiarkan tubuhnya digendong oleh pangeran. Selama perjalanan gadis itu terdiam memperhatikan raut wajah yang tampan.

"Bagaimana kau bisa berada di sana?" tanya Pangeran Batiar setelah melompat menuju batu besar di depannya.

Aila masih belum berani menjawab sebelum Pangeran Batiar melompat lagi mengijakkan tanah.

Setelah berhasil mengijakan tanah Aila menjawab, "Burung itu yang menyambarku saat aku membantu Ibuku di ladang."

Pangeran itu menatap Aila dengan matanya yang jernih. Seketika gadis itu tersipu malu setengah ketakutan karena pangeran berjalan di samping jurang.

"Kau dan keluargamu akan aman di kerajaan." Pangeran berkelom masuk ke dalam hutan dengan jalanan yang menurun.

"Terimakasih telah menyelamatkanku. Dan apakah pangeran tidak capek menggendongku terus."

"Sudah menjadi tugasku menyelamatkan rakyatku sendiri. Apalagi kau yang sebentar lagi akan menjadi Ratu di kerajaan."

Lamongan, 11 Mei 2018
Saat bosan menunggu dosen masuk ruangan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro