Kecil

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

15 November 2019

________________________

Breathing in

________________________

"Jayden!" desis sang kakak. "Apa yang sedang kau lakukan?"

Bocah kecil itu mengangkat kepalanya malu-malu, balas menatap mata kakaknya dari balik tudung jubah. "Aku bosan."

Cyro menghela napas, lalu menarik adiknya ke balik beberapa orang laki-laki yang sedang mengobrol bergerombol di dekat mereka. Nyaris alami, para laki-laki itu menyingkir dan memberi jalan pada kedua bocah itu, lalu kembali melingkar dengan kedua tambahan anggota tak terlihat di dalam dan lanjut mengobrol dengan normal.

Cyro memberi tanda agar pengawalnya terus mengelilingi mereka sambil berjalan. Dua bocah cilik di tengah pasar rendahan akan sangat mencolok, apa lagi dengan jubah berkain mahal yang dipakai Jayden. Adiknya itu memang masih terlalu lugu.

"Jayden," bisik Cyro seraya berjalan pelan-pelan. "Kakak tahu kamu bosan, tapi kamu tidak boleh kabur dari rumah."

Adiknya hanya diam. Cyro mencengkeram bahunya, lembut. Tubuh Jayden ringkih dan terasa begitu lemah. Tidak, dia harus menjaga Jayden lebih baik lagi. Orangtua mereka akan mengamuk kalau tahu Jayden berhasil kabur. Lagi.

"Kamu dengar Kakak?" tanya Cyro. "Jayden, kamu adalah seorang pangeran. Jika orang-orang mengetahui dirimu berada di luar sana, tanpa Ayah, Ibu, atau pun Kakak, mereka akan menyerbumu, sebagian akan berusaha melukaimu."

"Aku tahu," kata Jayden, "tapi, aku mau melihat-lihat."

"Kalau mau keluar, bilang Kakak," Cyro memberi tahu Jayden. "Paling tidak, Kakak dapat menyiapkan pengamanan untukmu, Ayah dan Ibu tidak usah tahu."

Akan tetapi, Jayden sudah tidak mendengarkan lagi. Tubuhnya yang mungil dengan mudah menyelip di antara kaki-kaki pengawal Cyro, memelesat ke salah satu stan yang menjual mainan plastik murahan.

"Jay—" Cyro menghentikan dirinya sendiri. Gawat kalau sampai ada yang mendengar nama Pangeran Kedua disebut di sini. "Sial."

Pengawal-pengawal Cyro dengan kalem menghampiri Jayden, yang langsung berkelit sebelum Cyro berhasil menariknya masuk lagi dalam lindungan para pengawal kerajaan. Jayden menabrak seorang kakek di stan sebelah.

Perlengkapan keramik jatuh berserakan di tanah, sebagian besar langsung pecah berkeping-keping. Orang-orang menoleh sebentar, tapi tak ada yang cukup peduli. Cyro biasanya membenci sikap egois rakyatnya, tapi kali ini dia justru bersyukur.

Kakek itu berlutut di dekat set pecah-belahnya yang sudah tak berbentuk. Dia mendongak penuh kemarahan pada Jayden, dan mulutnya menganga begitu melihat sang wajah pangeran muda.

Terburu-buru, Cyro mengambil sabuk uang dari kantong seorang pengawalnya, langsung melangkah maju. Mulut sang kakek terbuka semakin lebar mendapati sang pangeran mahkota berada di depannya.

"Ambil," kata Cyro menjejalkan sabuk uang dengan koin emas berderet-deret itu pada si kakek. 

Ditariknya bagian belakang jubah Jayden saat dia berbalik. Seorang pengawal langsung menggendong Jayden dengan tanggap, dan segera si kakek sudah tak lagi terlihat.

"Kak, kenapa dia menjual piring-piring jelek itu?" tanya Jayden.

"Dia butuh uang."

"Tidak ada yang menginginkan piring-piring jelek itu," kata Jayden.

"Dia tak punya apa-apa lagi untuk dijual," balas Cyro. "Negara kita terlalu kecil, terlalu miskin."

Jayden tidak bicara apa-apa lagi.

***

Lima belas tahun kemudian, Cincin dilanda perang hebat.

"Kak," kata Jayden. "Kerajaan Lynx bersedia memberikan setengah wilayahnya pada kita."

"Jayden," kata Cyro, lelah. "Bisakah kau hentikan perang ini?"

"Tidak, Kak," jawab sang pangeran yang tidak lagi muda dengan mantap. "Kerajaan kita masih terlalu kecil."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro