15 Juni 2023: Hukuman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Day 15:

Masuk ke website https://www.coolgenerator.com/cartoon-character-generator. Isi quantity dengan 5. Pilih salah satu karakter untuk menjadi tokoh utama cerita kalian. Tidak boleh refresh.

...

Aku duduk bersimpuh dengan tegang. Keringat bercucuran dari dahiku. Jantungku berdegup kencang. Dadaku seakan sesak, bahkan untuk bernapas saja terasa sulit.

Author berjalan bolak-balik di depanku seperti setrika. Napasnya berat. Keduanya tangannya terlipat di belakang punggung. Mungkin dia sedang memikirkan cara untuk menghukumku, yang mana aku sangat tidak ingin menerimanya.

Sial. Kenapa pula aku tidak membuat catatan untuk hari kemarin?!

Aku menahan diri untuk tidak bicara kalau tidak ingin lebih kena marah. Kugigit mulut bagian dalam. Kukepal erat tangan di atas paha. Ayolah, Author, jangan membuatku tegang lebih lama!

Kaki Author berhenti di depanku. Suara beratnya menyiratkan kekecewaan. "Mangkir dari menulis catatan. Apa yang harus kulakukan, ya?" tanyanya retoris. Hmfp. Tentu saja pada akhirnya kau akan tetap menghukumku! "Ah, aku tahu! Kita tanya gacha!"

Dafuq! Aku bakal sial kalau begini.

Author menjentikkan jarinya, dan dadu ikosahedron bersegi dua puluh berwarna merah muda muncul dari udara. Dadu itu seukuran bola sepak. Author menggunakan kedua tangan untuk melemparkannya. Benda itu berputar-putar di udara membuatku semakin tegang dengan hasil yang akan didapat.

Tuk!

Dadu menyentuh lantai putih. Permukaan dadu yang terpilih bertuliskan "metamorfosis". Mataku membulat seketika. Aku menengadah cepat dan mendapati Author menyeringai penuh arti. Aku menggeleng mengharapkan setidaknya belas kasihan.

"Diubah jadi apa, ya?" Hiiiiii!!! Kalau aku bisa meringis, langit sepertinya sudah terbelah. "Kita gacha lagi," katanya. Dasar tukang judi! Aku menahan diri untuk tidak teriak dan menyuarakan isi pikiran, lalu membuat semesta bergetar.

Mesin rolet bundar kemudian muncul. Gambar-gambar di permukaan yang dibedakan menjadi warna merah dan kuning selang-seling itu berupa kepala hewan-hewan. Aku menelan ludah ketika Author memutarnya seperti orang kesetanan. Saking cepatnya putaran yang ada, lingkaran judi itu bisa saja lepas dan menghilang ke ketiadaan.

Putaran rolet yang cepat lambat laun memelan. Mataku terus terfokus pada penandanya, waswas dengan apa yang kudapat kali ini. Jantungku berdentam-dentam saat gambar kepala-kepala hewan mulai menunjukkan wujudnya. Sedikit demi sedikit, dan putaran itu akhirnya berhenti.

Napasku sesak. Jantungku berhenti sesaat. Mataku membulat sempurna. Dengan keberanian yang kumunculkan susah payah, aku pun meminta pada Author yang menyeringai sangat lebar.

"Kumohon! Ubah aku jadi apa pun asalkan jangan jadi ba—"

Cring!

"Ngok!" —bi!

AAAAA!!!

Author tertawa sampai tubuhnya berguling-guling di lantai. Dia memegang perut yang mungkin sebentar lagi bisa keram karena gelak. Sementara itu, aku mencak-mencak dengan empat kaki pendek yang melompat-lompat.

Author, aku tidak mau jadi babi! Tidak mau jadi babi! "Ngik! Ngok! Ngok! Ngok!" Namun, itulah suara yang terdengar dari mulutku. Menyedihkan sekali!

Author duduk sambil masih memegang perutnya. Karena kami satu pikiran, jadi dia masih bisa mengerti aku. "Kau lebih dari sekadar babi, Dewi," hiburnya. "Kau adalah celengan babi." Tidak! Itu bukan penghiburan! Itu ledekan! Lalu dia tertawa lagi.

Aku memperhatikan tubuh. Badanku merah muda dan gemuk. Ada sumbat bundar dari kayu di perutku. Ada lubang tipis yang hanya cukup untuk dimasukkan koin di punggung. Ekorku pendek melingkar. Aku jadi Hamm! Tidak, aku tidak mau jadi Hamm!

Aku berteriak sejadinya sambil berlarian di dalam ruangan kerjaku dengan gemerencing koin yang ada di dalam perut. Aku menabrak meja, lalu terguling. Aku berlari lagi, kemudian terpeleset. Aku menabrak Chiko, lantas anak kucing itu menggeram.

"Mreoow!" erangnya sambil menegakkan punggung. Bulu-bulunya berdiri membuat seolah dia dua kali lipat lebih besar.

Aku diam menghadapnya dengan ekor berdiri, mencoba menjelaskan situasi, tapi suara yang keluar dan dimengerti oleh kucing itu hanya, "Ngok! Ngok! Ngiiik! Ngoook!"

Lalu Chiko mencakarku. Aku terpaksa kabur dan berlari kembali. Kali ini menghindari amukan Chiko karena ada hewan jadi-jadian di wilayah teritorinya.

Aku meminta sekali lagi pada Author untuk mengangkat kutukan ini. Aku berjanji tidak akan lupa untuk mengisi catatan lain kali, teriakku. Namun, seperti yang bisa kalian kira, suara yang keluar malah, "Ngok! Ngok! Ngooook!"

=QwQ=


Bonus:


Chiko (ceritanya) ikut-ikutan:

...

Tokoh yang dibuat:

Catatan Dewi Lokakarya:

Ngok! Ngok! Ngooook!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro