Bab 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Calista sedang asik berfoto-foto dengan Hari, mereka kini berada di Pantai Anyer membuat Calista tak henti-hentinya mengabadikan momentnya dalam bentuk sebuah gambar. Sedangkan, orangtua mereka pergi entah ke mana.

"Kak, aku mau liat hasilnya." ujar Calista sembari mengambil alih camera Haris. Sedangkan, Haris hanya mendengus kesal.

Mata Calista menyipit saat ia melihat salah satu hasil fotonya, ada sesuatu yang aneh.

"What's wrong, Cals?" tanya Haris saat melihat Calista yang tiba-tiba terdiam.

"Ada sesuatu yang mengganjal." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya. Haris mengernyit bingung.

"Bukan kah tadi aku foto sendiri, kak  Hars? Kenapa di belakangku seperti ada orang? Da-dan itu perempuan." Nafas Calista tercekat saat mengucapkan diakhir kaliat, Haris mengangguk paham dan melihat hasil foto itu.

Jangan kalian pikir itu salah satu pengunjung pantai yang ada di foto bersama Calista, mereka berdua memilih tempat yang sangat sepi.

"Dan... mukanya kurang jelas." gumam Haris saat melihat foto tersebut, Calista meg-iya-kan tanpa berbicara.

"Are you okey sista?" tanya Haris saat melihat Calista tiba-tiba tidak  bersemangat.

"Lebih baik kita pergi dari sini, kak Hars. Aku merasakan ada yang tidak beres dengan semua ini." Jawab Calista yang bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendahului Haris.

Haris dan Calista berjalan menuju kamarnya. Namun, Calista tiba-tiba mempercepat langkah kakinya dan berjalan melewati kamarnya.

"Hei ! Mau ke mana kamu, Cals!" seru  Haris dari depan pintu kamarnya. Namun, dihiraukan oleh Calista.

Haris bingung dengan adiknya yang berhenti mematung diujung lorong dengan pandangan ke arah kirinya, di sana ada sebuah lorong kecil yang entah berujung di mana. 

"Calista!" Haris kembali menyerukan nama adiknya tanpa beranjak, membuat Calista terlonjak kaget. Dan terburu-buru menghampiri Haris yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Ada apa di sana?" tanya Haris Saat Calista berdiri di hadapannya.

"Nggak ada apa-apa. Kita masuk sekarang, cepat buka pintunya." Jawab Calista yang tiba-tiba kepalanya merasakan sangat pusing.

Persetan dengan kemampuan ini! Kenapa aku harus melihatnya, batin Calista.

Calista duduk di sofa kamarnya, Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Ia terdiam cukup lama, hingga merasakan semilir angin yang menerpa kulitnya. Calista melihat ke arah jendela dan menaikan sebelah alisnya.

"Kak, kamu nggak menutup jendelanya tadi pagi? Bukannya tadi aku minta tolong sama kaka buat menutup jendelanya karna kita akan pulang malam?" tanya Calista sambil melihat Haris yang duduk tak jauh darinya.

Haris pun tak kalah terkejutnya saat melihat jendela kamar yang terbuka beserta gordennya. "Demi tuhan! Tadi kaka udah tutup, Cals. Kenapa bisa terbuka?" Jawab Haris sambil beranjak menutup jendela.

Calista mengedikan bahunya tak acuh. Aneh, nggak mungkin 'kan ada maling di sini dan masa iya maling bisa meloncat dari lantai 5? Mau mati dia? Astaga! Tadi aku 'kan melihat sosok itu, batin Calista berteriak.

"Kak! Tadi aku lihat sosok perempuan keluar dari kamar ini. Saat aku menguntitnya dia menghilang secara tiba-tiba. Dan kaka tau? Dia bisa menembus pintu masuk kak." Calista pun mengecilkan suaranya saat di akhir.

"Sosok perempuan?" Ulang Haris sambil mengernyitkan dahinya.

"Iya kak, di-dia sangat menyeramkan. Aku nggak bisa lihat wajahnya, karna tertutup dengan rambutnya yang panjang." Jawab Calista dengan mata yang lurus ke depan seperti menerawang sesuatu.

"Dia bukan manusia. aku melihatnya,  dia tidak nampak dan bajunya pun berlumuran darah. Di-dia amis sekali." Lanjut Calista dan bergidik ngeri.

Ucapan Calista cukup membuat Haris terdiam dan membayangkannya, Haris bergidik ngeri.

***

Calista sekeluarga sudah Check-out dari Hotel yang ditempatinya. Calista tidak betah kalau berlama-lama di hotel yang menurutnya menyeramkan. Jadi, Ia sekeluarga memutuskan untuk pulang. Namun, Di perjalanan Calista meminta untuk mampir ke tempat pembelanjaan oleh-oleh.

Dan ya, Di sinilah mereka di tempat yang banyak pedagang menggelar dagangannya.

"Kamu mau beli apa sih emangnya?" tanya Haris memutar bola matanya malas. Ia sangat malas dengan kata belanja.

Calista mengedikan bahunya dengan mata yang kesana-kemari mencari sesuatu yang menarik. "Entahlah, Kak. Aku juga bingung. Kalo ada yang bagus dan lucu baru aku beli." 

Pandangan Haris tertuju kepada pedagang yang menjual sebuah Boneka. Seulas senyum tercetak jelas diwajahnya.

"Kaka tau apa yang bagus dan lucu." Ucap Haris sambil menarik tangan Calista menuju tempat boneka tersebut.

"Kaka mau beliin aku boneka?" Tanya Calista dengan alis yang menaik satu saat menyadari ia berada di toko boneka.

"Iya, ada boneka yang lucu menurut kaka. Dan pasti kamu suka." Jawab Haris

Calista menatap kakanya dengan tatapan heran, masalahnya Haris selalu marah jika Calista membeli boneka dan selalu mengatakan 'Kamu udah punya banyak boneka, Cals. Apa itu belum cukup? Kamu bisa 'kan beli yang lain selain boneka. Misalkan sepatu, baju, atau apalah yang biasanya dibeli perempuan.'

"Kalian ternyata di sini," Mommy dan Daddy tiba-tiba datang menghampiri Calista dan Haris.

"Iya, Mom. Mom masa tiba-tiba ka Hars mau beliin aku Boneka." Ujar Calista menatap Haris tidak percaya.

"Memangnya salah kalau aku mau beliin sesuatu buat adikku ini? Hm?" Tanya Haris kepada Calista.

"Ya, kan aneh aja. Ka Hars 'kan selalu marah kalau aku beli boneka, tapi ini malah Ka Hars sendiri yang kasih aku boneka." cibir Calista.

"Boneka apa memang yang mau kamu belikan buat Calista, Hars? " Tanya Mommy-nya lembut seraya tersenyum.

"Aku mau beliin boneka yang itu. Lucu 'kan mom bonekanya?" Haris mengedikan dagunya ke arah boneka tersebut.

Seketika empat pasang mata tertuju pada boneka tersebut. Boneka yang beramput pirang, baju berwarna hitam namun ada pernak-perniknya.

"Kamu yakin mau beli boneka itu buat adik kamu, Hars? " Tanya Daddy yang di-iya-kan oleh Haris.

"Kamu mau nggak, Cals?" Tanya Haris.

Calista tidak menjawab, ia memerhatikan boneka itu lekat-lekat tanpa berkedip. Boneka yang lucu, dan berbeda dari yang lain. Batin Calista.

"Aku mau kak!" Jawab Calista antusias.

***

Selama diperjalan menuju Jakarta, Calista tak henti-hentinya tersenyum dan memeluk boneka tersebut. Namun sesuatu yang tak diduganya terjadi, saat Calista benar-benar menatap boneka itu, tiba-tiba mata boneka itu berkedip membuat Calista terlonjak kaget.

"Astaga!" pekik Calista dan mengusap  matanya dengan tangan dan memperhatikan boneka itu lagi. Namun, boneka itu tidak berkedip seperti tadi.

"Hei. Ada apa Calista?" Tanya Mommynya heran. Kini semua mata tertuju ke arah Calista yang tiba-tiba berteriak.

"No, Mom. Nothing." Jawab Calista dan tersenyum.

Gak ,Cals! Gak mungkin! Itu cuma halusinasi lo doang. Gak mungkin kan Boneka bis mengedipkan matanya. Itu mustahil. Batin Calista

— TO BE CONTINUE —

Hayoooooo apa yang terjadi selanjutnya sama Calista? Hayooo?

By the way I'm Comeback kawan - kawan. Hahahaha. Sorry updatenya lama soalnya mood gue lagi buruk banget guys gara - gara gak bisa dateng ke konser 1D, menyedihkan bukan? Hahahaha:( *Curcol;(*

Oh ya Insya allah gue mau ikut Parade Directioners hari Minggu , buat Directioners yang ikut , See you be there! ;)

Readers yang baik hati jangan lupa Vomment yaaa :)))))
Thankyou

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro