✧ Perkara Gorden ✧

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Siap untuk komen tiap paragraf?
Ditunggu vote and comment-nyaa

⑅ — ☆ — ⑅

Tidur cantik ala Hazelna akhirnya terusik kala pipinya ditepuk pelan dengan telapak tangan besar diiringi suara berat milik Joshua. Jarang-jarang cowok blasteran London-Korea itu membangunkan gadis manja tersebut. Biasanya yang seringkali membuat Hazel kembali dari dunia mimpi hanyalah Valdo dan bi Onik.

"Hazel." Lenguhan panjang dikeluarkan Hazel untuk jawaban dari panggilannya.

"Bangun, yuk!" Bukannya membuka mata, gadis yang terbalut piyama bercorak Hello Kitty itu memilih membalikkan badannya menjadi memunggungi sang sepupu.

"Hey, Cantik! Luna sama Luki masuk kolam." Ajaib. Mendengar dua nama kucingnya disebut, Hazel langsung membuka mata lebar-lebar. "Mana?! Ayo, kita susul!"

Cepat-cepat keduanya menyusuri anak tangga dengan tergesa-gesa, sebenarnya langkah Joshua santai tetapi karena tangannya ditarik jadilah ia seperti orang sedang sprint.

"Bibi, Luna sama Luki mana? Mereka masuk kolam?" Bi Onik yang kebetulan melewati mereka langsung dilemparkan pertanyaan oleh Hazel, respon beliau hanyalah kebingungan.

"Enggak, Non. Dari tadi di kamar kok gak kemana-mana, mana mungkin Bibi biarin anak-anak Non masuk kolam." Benar juga mana mungkin Bi Onik membiarkan kucing-kucing lucunya mati kedinginan.

Memilih menyentak kasar tautan tangan mereka, Hazel melangkah menuju kamar kucing kesayangannya dengan menghentakkan kakinya hal itu membuat senyum tipis ala Joshua terbit.

•••

Cosplay Ubab 🕊️

mr. val^^ :
» bi onik mn?

my josh^^ :
» dpr myb?

Me :
gabut bgt g si «

mr. val^^ :
» ngp

Me :
bego <3 «

"Udah, ah, ketularan gila gue." Hazel meletakkan ponselnya di meja. Saat ini kegiatan mereka hanyalah bermain ponsel di ruang tengah sembari menikmati camilan yang dibuat langsung dengan tangan bi Onik tadi.

"Wujudin nama grup kita, yok! Sekali-kali berbakti sama Bi Onik. Kapan lagi coba?" ajak Valdo tiba-tiba. Setelah dipikir-pikir lagi, benar juga apa yang dikatakan Valdo. Orang tua mereka jauh dari jangkauan, sedangkan yang mengurus rumah serta merawat ketiganya semenjak menduduki bangku sekolah menengah pertama adalah bi Onik, pak Agus serta anak mereka, mas Bay.

Ketiganya serempak meminta izin bi Onik untuk menggantikan pekerjaan beliau. Dari memasak, mencuci-cuci, menyapu bahkan mengepel. Hingga saat ini, membenarkan gorden yang terlepas, sedangkan bi Onik sendiri memilih berbelanja di pasar tradisional yang letaknya memang lumayan jauh dari tempat tinggal mereka.

"Val, gordennya lepas, tuh," adu Hazel tiba-tiba bergelayut di lengan kokoh sang sepupu.

"Ya dibenerin dong, Cantik. Tuh, lo udah ambil kursi, kan? Ya udah, tunggu apalagi, buruan naik."

Mencebikkan bibirnya kesal, ia mengulurkan palu yang sedari tadi ia bawa pada Valdo. "Pasangin gorden," pintanya lengkap dengan puppy eyes andalannya.

Tak kunjung mendapat sambutan, gadis yang menggunakan kaos oversize berwarna putih itu kembali melanjutkan bicaranya, "Ih, berat tau, Val!"

"Kursi buat apa?" Mata Valdo menemukan sebuah kursi yang menghadap jendela tepatnya depan gorden yang lepas.

"Kan tadinya mau gue yang naik, nah berhubung ada lo,
ya udah lo aja, deh." Hazel menyengir bangga akan jawabannya.

"Lo aja sana coba, gue liatin."

"Gak mauu, ih! Gue kan pendek, lo tinggi. Udah, ah, sana. Nih!"

"Kenapa gue, Zel? Kenapa enggak lo atau Joshua?"

"Ya karena lo tinggi, gue pendek dan lo gak liat Joshua lagi nguras kolam?"

Mengembuskan napas berat. Valdo tetap mengambil palu yang diulurkan. "Tak tutuk ndasmu, ngko!¹" ancam cowok itu yang tentu saja diabaikan beberapa detik.

Hazel memilih menduduki bokongnya di salah satu sofa dengan amat anggun sembari memerhatikan Valdo dan menjawab ancaman Valdo santai, "Nanti kalau lo tutuk, kepala gue pecah, nanti lo kangen sama sepupu lo yang super cantik kek gue."

Valdo menoleh padanya, membuat ekspresi wajah seperti orang muntah, selang beberapa detik ia menaikkan oktaf suaranya sedikit, "Dih, ogah?!"

"Nyenyenye."

"Itu belum rapet, Val! Masih ada bolongnya, deh, masih ada yang lepas gitu," oceh Hazel seakan-akan mandor.

Kembali mengembuskan napas panjang, cowok yang masih memijak pada kursi supaya sampai itu benar-benar lelah. "Zel, ini kayaknya butuh paku, deh. Ambil, gih!"

"Gak mau! Pasti jauh."

"Enggak sejauh jarak Indo-Amrik kali. Di gudang doang."

"Ish, gak mau, Revaldo! Di sana pasti gelap, banyak debu," ocehnya.

"Tolong ambilin paku, ya, Sayang. Nanti gue beliin novel, deh, gimana? Ah, sama camilan buat anak-anak lo." Sial, ia lemah mendengar suara lembut itu yang amat sopan masuk ke gendang telinganya apalagi ditambah tawaran yang menyangkut hobi dan anaknya. Tanpa sadar, ia mengangguk dan berjalan menuju gudang di belakang berbekal flashlight ponsel.

Setelah beberapa saat meninggalkan Valdo di ruang tengah, akhirnya ia kembali dengan beberapa paku di telapak tangannya. "Nih, pakunya, Val. Janlup janjinya yaa."

"Eh? T-tapi udah rapet, Zel. Itu artinya, perjanjian kita hangus dong, iya, gak?" Alis cowok itu naik turun menggodanya.

"Astaghfirullah, kenapa gak bilang, hah?! Tadi minta paku giliran diambilin gak kepake, kesel banget sama yang namanya Revaldo Axel!"

"Bodo."

Huft!

Tau itu berasal dari siapa? Yap, dari si gadis PMS yang sedang diuji kesabarannya. Revaldo berhasil, sangat berhasil memancing emosinya hingga bertumpuk di ubun-ubun. Ia lelah, di gudang belakang banyak debu berserakan membuatnya berkali-kali harus bersin.

"Ya udah, deh. Gue letak gudang lagi, nih?" Valdo mengangguk semangat. "Lo juga ngapain masih nongkrong di atas kursi gitu? Kuker banget. Turun, ah."

Ia bergegas pergi dan tak mau lagi memedulikan sepupu menyebalkannya itu. Namun, beberapa langkah dari tempatnya berpijak tadi, ia mendengar suara dari sana.

Sreet!

Bruk!

"Valdo?!" Meletakkan paku-paku itu asal, Hazel berlari menuju Valdo yang kini posisinya cukup menyakitkan. Jatuh dengan posisi duduk ditambah pinggangnya harus tertiban kursi tadi.

"Aduh, duh. Lo jatoh, Val?"

"Enggak! Lagi kayang gue, mah." Valdo kesal. Sudah tau dirinya jatuh, lantas kenapa perempuan itu harus bertanya? Dasar, retorik.

"Hazel?" Joshua datang dengan baju setengah basahnya tergopoh-gopoh. Hazel pun menghampiri Joshua yang sepertinya khawatir apalagi mendengar suara sesuatu yang jatuh.

"Lo gak apa-apa? Gue denger ada yang jatuh tadi." Masih dengan posisi yang sama dan tangannya yang aktif mengusap pinggang nyerinya, Valdo menjawab, "Woi! Gue yang jatuh. Aelah, auto encok dah pinggang gue."

Tersadar, cepat-cepat Hazel dan Joshua menuntun Valdo untuk duduk di sofa. Hazel sempat melirik gorden yang kembali terlepas, sedikit meringis karenanya.

"Panggil tukang urut aja gimana, Val?" tawar gadis yang baru saja kembali dari dapur setelah mengambil tiga gelas air putih dibantu nampan.

"Gak usah kayaknya deh, gak apa-apa gue. Nanti juga sembuh kok. Don't worry, okey?"

"Lo jatuhnya duduk, Val. Jangan anggap sepele. Bisa bahaya kalau terlambat apa perlu dibawa ke rumah sakit aja?" Kali ini Joshua yang angkat bicara. Valdo menggeleng. Cukup keras kepala mengajak seorang Revaldo Axel untuk berobat.

"Emangnya fatal banget, ya, Jo?" tanya Hazel penasaran.

Joshua membasahi tenggorokannya sebentar sebelum memulai penjelasan yang akan membutuhkan suara yang lumayan banyak.

"Terjatuh dalam posisi duduk bisa menyebabkan cedera di tulang ekor yang terhubung dengan saraf di tulang belakang. Meski termasuk tulang terkecil dalam tubuh, namun tulang ekor bisa mengakibatkan sakit yang luar biasa. Bisa juga mengalami masalah kesehatan serius jika terjadi cedera saat terjatuh.

Tulang ekor terletak di ujung bawah tulang belakang. Ruas tulang ini biasanya terlindungi dengan baik. Namun, bila terjadi luka atau trauma saat terjatuh maka tulang ekor bisa memar atau dislokasi tulang. Cedera pada tulang ekor bisa mengakibatkan masalah serius sebab terdapat saraf dan otot yang melekat di tulang ekor, seperti seperti saraf yang mengelilingi seluruh tulang belakang, otot-otot dasar panggul, daerah usus, serta paha dan kaki bagian atas. Walaupun jatuh dalam posisi duduk lebih sering terjadi pada perempuan tapi enggak menutup kemungkinan laki-laki juga bisa berakibat fatal, 'kan?" Keduanya mengganguk mengerti.

⑅ — ☆ — ⑅

19 Agustus 2021

- 🐾

Gimana sama part ini? Semoga sukaa yaa!
Bantu aku dong, rekomendasiin ke teman-teman kalian biar makin banyak nih yang kenal Hazel dkk.
Boleh juga yang mau share BSI ke tiktok dan ig, bisa sekalian tag aku yaa, @helennfebry_.

Komen next banyak-banyak biar aku fast update!!

SPAM FOR NEXT CHAPTER!!! ☘️☘️

✨ t h a n k  y o u ✨

For note :
¹ Tak tutuk ndasmu, ngko! = Ku pukul kepalamu, nanti! (bahasa Jawa, namun dikhususkan untuk sebaya, sekedar untuk bercandaan semata).

Dan info yang dituturkan Joshua, memang bisa berakibat fatal, lho. Jadi, kalian kalau bercanda hati-hati yaa (bersumber dari alodokter.com; halodoc.com; dll).

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro