✧ Pesta Bakar dan Konser ✧

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Siap untuk komen tiap paragraf?
Ditunggu vote and comment-nyaa

⑅ - ☆ - ⑅

"Bilas dulu, geh, Non, Den," tegur bi Onik. Ketiga remaja yang baru saja menyelesaikan kegiatan berenangnya itu masih saja bersantai di atas kursi pantai lipat lengkap dengan bathrobe yang menutupi tubuh masing-masing.

"Iya, Bi. Betewe, makasih, ya, Bi. Cake buatan Bibi emang paling juara! Hazel sukaa pakai begete," puji gadis itu setelah menelan potongan brownies kesekian.

"Makasih, Non. Sekarang pada bilas, gih. Nanti masuk angin, loh." Netra wanita paruh baya itu beralih pada dua laki-laki yang sibuk dengan kegiatan mabarnya di handphone masing-masing. "Den, main gimnya nanti lagi, sekarang bilas dulu."

"Iya, sebentar lagi, ya, Bi. Masih seru."

Tangan Hazel terangkat memukul keduanya saat bi Onik meninggalkan mereka setelah geleng-geleng kepala sejenak. "Heh! Kampret! Gue mau ngomong," katanya.

"Wait, Zel. Sebentar lagi gue menang," jawab Valdo, tak mengalihkan pandangannya sama sekali.

Beberapa menit kemudian, kini keduanya memfokuskan perhatian pada gadis cantik yang rambutnya terurai setengah basah. Gawai mereka juga diletakkan di atas meja, bersandingan dengan sepiring brownies pesanan Hazel dan tiga gelas minuman berbeda.

"Jadi gini, gue pengin bakar-bakar, deh. Mau, gak? Sekalian dah ajak temen-temen kalian biar rame. Nanti gue Skype Max sama Oliv, deh," ajak Hazel. Kedua cowok itu akhirnya mengangguk setelah beberapa lama menunggu dalam keheningan, menciptakan seruan bahagia Hazel. Bahagia itu sederhana, pikirnya.

Beban Dunia 💸

Me :
guys, ke rumah, gih. kita bakar2 «

zhelekk ♡ :
» siapa yg dibakar

bilbong ♡ :
» kapan

zhelekk ♡ :
» tahun dpn bil, nunggu lebaran monyet

bilbong ♡ :
» emng monyet lebaran?

Me :
lo lebaran bil? «

bilbong ♡ :
» lebaranlah

zhelekk ♡ :
» nah, lo aja lebaran, masa monyet enggk :)

bilbong ♡ :
» gue monyet?

Me :
bukan gue yang bilang, maap «

bilbong ♡ :
» oasuu

tasy lie ♡ :
» ada apaa? tasya gatau apaa

tasy lie ♡ :
» ini bahas apaa? bahas monyet? yang monyet siapa?

zhelekk ♡ :
» tasss

tasy lie ♡ :
» iiyaa je

zhelekk ♡ :
» siap2 gue jemput, gpl!

tasy lie ♡ :
» mau kemana emangnyaa

bilbong ♡ :
» daritasi kemana tas

tasy lie ♡ :
» ada tugas negara

Me :
gue males ulang, lo scroll aja, deh, tas.
gue mandi dulu, papayy! «

Me :
gpl ya, sodara mangkiy <33 «

zhelekk ♡ :
» oasuu

•••

Hampir tiga puluh menit berlalu, satu persatu teman yang mereka undang kini turut hadir di rumah mereka. Ada dua teman Valdo, Key dan Rizal. Tiga teman Joshua, Gerald, Nathan dan Vito. Tak pula ketinggalan tiga gadis yang baru saja memasuki rumah, Jeje, Tasya dan Nabila.

"Udah bawa semua bahannya?" tanya Hazel. Memang benar, mereka diberi bagian bahan apa saja yang dibawa. Mereka mengangguk lalu bergegas menyiapkan tempat pemanggangan juga lainnya.

"Udah? Gue bagi bagiannya, deh." Nabila mulai berpikir agar tidak ada yang menganggur. Sepuluh menit berlalu dengan ricuh, akhirnya mereka serempak menjalankan tugas.

"Eits, mau kemana, Cantik?" tanya Key tiba-tiba menarik bagian leher belakang baju Hazel, ketika gadis itu beranjak masuk ke rumah.

"Jangan ditarik! Lepasin, Key! Gue kayak anak kucing, gila!" racaunya. Key terkekeh geli.

"Oke-oke. Udah, kan? Sekarang lo mau kemana dah? Bukannya bikin bumbu," kata cowok berkaos hitam itu.

"Mau ... mau ke-"

"Nah, loh, gak bisa jawab 'kan? Udah, ikut gue. Ayo, bantuin gue tusuk-tusukkin ini semua. Mumpung si Gerald lagi ke toilet." Ogah-ogahan Hazel membantu Key yang tak sekali dua kali memerhatikan wajahnya, sungguh ia dibuat risih.

"Ger, Ger, sini lo!" Gerald mendekati cewek itu. "Gak usah kabur lagi, gue sibuk," lanjut Hazel.

Dia beranjak mendekati telinga Gerald yang jelas-jelas lebih tinggi darinya. "Tahan Key jangan sampai ngejer gue. Gue mau ambil mikrofon sama gitar bentar," bisiknya yang disanggupi.

•••

Bakso bakar, sosis bakar, jagung bakar, barbeque beef, tiga pilihan saus -saus tomat, mayonaise dan saus barbeque- juga cola hingga beberapa pudding buatan mereka akhirnya tersaji begitu rapi di meja yang memang mereka angkut dari dalam ruangan. Sebelum makan, tentu rasanya belum afdol kalau tidak mengabadikan momen ini dalam satu atau dua jepretan kamera hasil tangan Vito, sang fotografer kebanggaan Altair.

Mereka mulai mencomot satu persatu, lain halnya dengan Hazel yang hanya menatap semua makanan. Tangannya terulur mengambil dua sosis bakar dan satu bakso bakar, ia letak di piringnya tak lupa mayonaise di sana.

"Kok cuma sedikit? Biasanya lo makan banyak, Zel. Kenapa?" tanya Valdo dari sisi kanannya. Di sisi kirinya, ada Joshua yang tak henti memerhatikan Hazel.

Beringsut memeluk Valdo dan bersembunyi di balik punggung kokoh itu. "Please, jangan ngomong gitu, Val, gue malu. Please, bantu gue jaga image, tolong," cicit gadis itu mampu mengundang gelak tawa Valdo hingga pecah. Detik itu pula, lengan cowok asli Yogyakarta tersebut menjadi sasaran empuk cubitan kesalnya.

Selagi Valdo menertawai tingkah Hazel, pun dengan gadis itu yang masih sibuk bersembunyi, Joshua menambahkan banyak makanan di piring putih yang hanya berisi beberapa tusuk hasil bakaran tadi. Merasa cukup, ia berdeham mengembalikan Hazel pada posisi sebelumnya.

"Kok jadi banyak?" protes Hazel lengkap dengan bibirnya yang cemberut. Di ujung sana, salah satu dari mereka yang melihat interaksi ketiganya menarik salah satu sudut bibirnya akibat gemas pada sang perempuan.

Hazel diam menatap piringnya yang penuh. Tak ingin dietnya sia-sia, dia berniat mengembalikan makanan tersebut. Namun, tangan panjang Joshua lebih dulu menahan, belum sempat ia mencerna, mulutnya lebih dulu mengunyah hasil suapan sang sepupu. Yap, benar, gadis dengan high waist jeans dipadukan dengan kaos atasan putih itu disuapi Joshua, menghiraukan ucapan-ucapan semua yang ada di meja, terutama para sahabatnya yang menjerit tertahan.

•••

Take me home, I'm fallin'
Love me long, I'm rollin'
Losing control, body and soul
Mind too for sure, I'm already yours
Walk you down, I'm all in
Hold you tight, I call and
I'll take control of you, body and soul
Mind too for sure, I'm already yours, oh oh
Oh yeah

(Would you just take me home?)
(Would you just love me long?)
(Or should I keep hoping on?)
(Should I keep hoping on?)
(Could I just take you home?)
(Could I just love you long?)
(Or should I keep hoping on?)
(Should I keep hoping on?)
See, I want you to the bone, yeah
I want you to the bone, oh
I want you to the bone, yeah
I want you to the bone
I want you to the bone

Rizal, laki-laki yang pernah menolong Hazel, baru saja menyelesaikan satu lagu To The Bone. Hazel sadar, cowok itu sering meliriknya dengan tatapan mata yang indah berseri seperti tatapan cinta. Entah hanya kebetulan perasaannya ataukah kebenaran.

"Zal, Tasya mau nyanyi!" seru Jeje mengalihkan pandangan juga lamunannya.

Rizal tersenyum menyambut baik permintaan Jeje. "Sini Tas, gue gitarin," ucapnya. Tasya mendekat, beberapa saat mendiskusikan lagu yang akan dibawakan oleh Tasya.

"Tas, jangan malu-maluin kualitas Voira, ya," pinta Jeje dan Nabila serempak. Tahu sekali kelakuan perempuan polos itu kerapkali mempermalukan diri mereka.

"Enggak kok. Rizal, ayo kita mulai." Petikan gitar dimulai dan suara indah Tasya hampir mencapai intro. Namun, yang terjadi adalah ....

Balonku ada lima
Rupa-rupa warnanya
Hijau kuning kelabu

"Tasyaa!!" teriak ketiga gadis itu frustrasi. Sungguh, sebenarnya mereka sudah menduga bahwa mereka kembali dipermalukan.

"Oke, oke, Tasya bercanda, ih. Kalian tenang aja, ya."

"Serius kampret!"

"Iyaa, Bila." Netranya beralih. "Hehe, yang tadi becanda, ya, Zal. Sekarang serius, yuk!"

Di setiap doaku
Di setiap air mataku
Selalu ada kamu
Di setiap kataku
Kusampaikan cinta ini
Cinta kita

'Ku tak akan mundur
'Ku tak akan goyah
Meyakinkan kamu
Mencintaiku

Tuhan, kucinta dia
Kuingin bersamanya
Kuingin habiskan nafas ini
Berdua dengannya
Jangan rubah takdirku
Satukanlah hatiku dengan hatinya
Bersama sampai akhir

Di setiap kataku
Kusampaikan cinta ini
O-oh, cinta kita
'Ku tak akan mundur
'Ku tak akan goyah
Meyakinkan kamu
Mencintaiku

Di tengah konser kecil-kecilan mereka, salah satu gadis di sana membuka laptop hendak menyapa sahabatnya nan jauh di sana. Mereka sudah berjanji akan melakukan Skype untuk melepas rindu yang beberapa waktu telah bersemayam. Sembari menunggu, dia menikmati lantunan lagu yang mereka nyanyikan.

Tuhan, kucinta dia
Kuingin bersamanya
Kuingin habiskan nafas ini
Berdua dengannya
Jangan rubah takdirku
Satukanlah hatiku dengan hatinya
Bersama sampai akhir

Tuhan, kucinta dia
Kuingin bersamanya
Kuingin habiskan nafas ini
Berdua dengannya
Jangan rubah takdirku
Satukanlah hatiku dengan hatinya
Bersama sampai akhir

"Oline, i'm sorry." Suara perempuan dari dalam laptopnya menyapa telinga perempuan yang dipanggil Oline, amat mengganggunya terlebih dengan nada melirih seakan sarat penyesalan juga menahan kesakitan.

⑅ - ☆ - ⑅

21 Agustus 2021

- 🐾

Gimana sama part ini? Semoga sukaa yaa!
Bantu aku dong, rekomendasiin ke teman-teman kalian biar makin banyak nih yang kenal Hazel dkk.
Boleh juga yang mau share BSI ke tiktok dan ig, bisa sekalian tag aku yaa, @helennfebry_.

Komen next banyak-banyak biar aku fast update!!

SPAM FOR NEXT CHAPTER!!! ☘️☘️

✨ t h a n k  y o u ✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro