Jiwa pengecutku, menahanku di balik pohon
Melihat wajahmu yang menatap langit biru
Mengentak-entakkan kaki di paving batu
Lalu, mendesah kasar dan menunduk
Jiwa pengecutku, membekukan kakiku di balik pohon
Memaki diri yang ragu 'tuk menghampiri
Memukul dada yang terus berdegup tak tahu diri
Karenamu, di seberang pohon
Namun, di balik pohon ini diri kembali menjadi saksi
Sendunya wajah elokmu
Begitu menyatu dengan bunga-bunga yang mulai layu
Apakah kau akan membiarkan dirimu turut layu?
Tidak.
Aku tak sanggup melihat itu.
Lalu, jiwa pengecutku menertawai
diri yang tersandung besi
saat berlari menghampiri
Malu diri karena besi
Namun, senyum itu kembali hadir karena besi
Ah, terpujilah besi
Meski kuterduduk malu sambil meringis
Setidaknya, senyum itu memekarkan kembali bahagiamu yang sempat layu
---
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro