❬ 8 ❭ Tujuh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Part 7

Sudah dua minggu sejak kejadian itu, di mana ponsel Alea yang tertinggal di taman dibawa oleh Fajar dan menjadi kesalahpahaman besar antara dirinya dan Althaf. Alea sendiri sudah berusah menghubungi Althaf tetapi tidak pernah diangkat, pesannya pun tidak pernah dibalas, jalankan dibalas dibaca saja tidak. Alea menghela napas gusar, trauma Althaf pada hubungan masa lalu dengan Karla, gadis pertama yang juga menjadi cinta pertama Althaf kini mejadi boomerang untuk hubungannya dengan Althaf. Pernah dihiaknati oleh cinta pertamanya pada saat LDR membuat Althaf menjadi tidak percaya dengan hubungan LDR. Kesalahan besar bukan hanya pada Alea, karena Althaf sendiri begitu yakin melepas Alea sebelum keberangkatan Alea ke Malaysia. Hanya karena kesalahpahaman kecil yang menurut Alea hal itu tak perlu dibesar-besarkan, hubungannya dengan Althaf menjadi seberantakkan sekarang. Trauma Althaf karena pernah diselingkuhi oleh Karla membuat Althaf menjadi cepat curiga pada Alea.

Tetapi, apakah Alea harus disamakan dengan Karla? Apakah empat tahun merajut asmara bersama dengan Althaf tidak membuat Althaf yakin dengan Alea? Apakah selama ini, Althaf berpikir bahwa Alea sama seperti perempuan itu? Bolehkah, Alea marah dengan sifat Althaf yang terkesan berlebihan menurut Alea?

Alea menangis, beruntung malam ini kantor sudah sepi jadi ia bisa menangis sepuas mungkin tanpa didengar oleh orang lain.

"Are you okay?"

Alea menoleh ke samping ketika pertanyaan itu mengangetkan dirinya.

Ia buru-buru menghapus air matanya lalu tersenyum tipis kearah Fajar, lelaki yang dicurigai Althaf menjadi selingkuhan Alea di negeri Jiran ini.

"Tidak apa-apa jika anda tidak mahu bercerita, tetapi jangan membuat perkara tidak terkendali. Perkara yang baik ialah ia mesti diselesaikan dengan cepat agar tidak timbul salah faham."

Tidak apa jika belum mau bercerita, tetapi jangan membuat suatu masalah menjadi tidak terkendali. Baiknya harus cepat-cepat diselesaikan agar tidak muncul kesalahpahaman

Alea menoleh sejenak, lalu kembali mengedarkan pandangannya ke depan. Selama beberapa bulan bekerja disini, baru kali ini mendengar Fajar berbicara lebih dari satu kalimat dalam hal lain, bukan masalah pekerjaan. Sekarang ia lebih merasa bersalah pada Fajar, yang notabennya tidak tahu apa-apa.

"Terima kasih," ujar Alea tulus.

Fajar mengangguk dan tersenyum hangat. Sebelum pergi meninggalkan Alea dia berkata, "bertenang dahulu, cubalah berfikir secara positif, kemudian selesaikan masalah anda."

Tenanglah lebih dulu, cobalah untuk berpikir positif, setelahnya selesaikan masalahmu itu.

Sepeninggalan Fajar, Alea menelpon Ali rekan sekerja Althaf. Kalau disini sudah pukul 9 malam berarti di Jakarta sudah pukul 8 malam, semoga Althaf masih berada di tempat les.

"Halo, Li!" sapa Alea ketika Ali menjawab teleponnya.

"Halo, Al," jawab Ali.

"Masih di tempat les gak? Kalau iya, Althaf ada disitu gak?"

Ali menoleh pada Althaf yang sibuk dengan laptop di hadapannya.

"Iya, Althaf lagi sama gue. Ekhm, kenapa yah Al?"

"Lo bisa louspeker gak, biar dia dengar aja. Gue tahu dia masih marah banget sama gue."

Ragu, tapi Ali tetap mengikuti ucapan Alea. "Udah Al."

"Hy, By," ucap Alaea lirih. Sungguh dia tak sanggup berkata-kata, rasanya dia seperti sedang disidang di mana dia sebagai tersangka yang melakukan kesalahan besar.

Althaf sendiri berniat untuk pergi ketika mendengar suara Alea, tapi ditahan oleh Ali. Ali menaruh telepon genggam miliknya di atas meja, samping laptop Althaf dan beranjak keluar dari ruangan. Beruntung di ruangan itu tinggal mereke berdua saja.

"Aku tahu, kamu masih marah sama aku. Tetapi, satu hal yang harus kamu tahu, aku sama sekali tidak ada niatan untuk selingkuh. Untuk berpikir sekeji itu saja aku tidak pernah terpikirkan olehku."

Alea menarik napas pelan. "Aku cuman mau bilang jangan salam paham lagi yah, hubungan kita gak bakal baik-baik saja kalau kita saling curiga seperti ini."

Menunggu sebentar, berharap Althaf akan membalas ucapannya. Merasa Althaf tak akan berbicara, Alea melanjutkan ucapannya, "aku dengar dari Ali, cerita kamu akhirnya bakal diterbitkan yah. Kok gak bilang sih sama aku? Tapi gak masalah, selagi kamu sehat, aku bakalan senang di sini. Kamu semangat yah buat nulis. Jaga kesehatan, dan jangan lupa makan. I love you, By."

Alea buru-buru menutup telepon, ia tak mau egois dengan menganggu waktu Althaf. Beberapa tahun menjadi pacar Althaf membuat Alea tahu seberapa gigihnya Althaf yang terus berusaha mengirim karyanya ke beberapa penerbit, tapi tidak pernah mendapat respon positif. Sekarang semua impiannya sudah tercapai, Alea hanya bisa berdoa agar kedepannya semua usaha Althaf tidak sia-sia.

Tringg ....

Pesan dari Althaf.

"Kamu juga jangan lupa makan, jaga kesehatan dan jangan terlalu maksain untuk kerja. I love you to."

Malam ini, bolehkan Alea melompat kegirangan, akhirnya setelah beberapa minggu ia dan Althaf berbaikan juga. Besok ia janji akan berterima kasih pada Fajar.

Coba saja selama beberapa minggu ini dia tidak larut untuk menyalahkan Althaf atas tindakan kekanakan Althaf, sudah pasti dari dua minggu yang lalu mereka sudah berbaikan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro