#2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Just Be Yourself!
#cerpen oleh jhounebam
__________

Cerita ini adalah pengalamanku sendiri, dan aku ingin membagikannya kepada kalian semua.

Berbicara tentang ekstrakurikuler atau yang biasa disingkat ekskul, aku jadi teringat tentang perjalanan mencari kekuatan dari dalam diriku yang tidak mudah. Sekolah ku memberikan fasilitas ekskul dengan berbagai macam jenis kegiatan. Aku melihat bahwa semuanya menyenangkan untuk dilakukan, tetapi sekolah hanya mengizinkan untuk mengikuti satu ekskul saja.

Tertulis ekskul modern dance di atas kertas pendaftaran. Jujur, aku tertarik untuk mengikutinya karena setiap melihat teman-temanku tampil di atas panggung, mereka terlihat sangat keren. Memakai kostum keren, make up yang membuat mereka lebih cantik, dan musik menghentak yang aku sukai.

Setelah berkutat dengan perdebatan dalam diri, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti ekskul musik.

Ya, aku tidak jadi memberikan tanda centang di kolom ekskul modern dance. Penyebabnya hanya satu, yakni aku tidak percaya diri. Aku tidak percaya diri untuk menari dengan baik, aku takut apabila teman-teman mengejekku, aku takut untuk tampil di atas panggung.

Semua pikiran-pikiran itu selalu terlintas di benakku. Ternyata menikmati penampilan modern dance tak semudah mengikuti ekskulnya. Saat itu aku baru duduk di bangku SD kelas empat, dan aku sangat tidak percaya diri untuk mengikuti ekskul modern dance walaupun awalnya aku ingin.

Akhirnya, satu tahun pembelajaran aku habiskan untuk mengikuti ekskul musik. Aku sangat terkejut saat mengetahui bahwa ekskul musik waktu itu hanya diikuti empat orang, sedangkan orang yang mengikuti ekskul modern dance hampir memenuhi satu ruang tari. Tetapi aku sangat menikmati masa-masa itu karena ternyata teman dekatku juga mengikuti ekskul musik.

Setiap hari Rabu, kami berlatih bermacam-macam lagu dengan berbagai jenis alat musik. Saat istirahat, kami bermain di ruang musik yang cukup luas dan dingin itu. Biasanya, jika ruangan itu dipenuhi banyak orang, ruang musik akan terasa sangat panas walaupun pendingin ruangannya sudah dinyalakan. Sampai sekarang, aku masih ingat masa-masa menyenangkan saat kami bermain di balik seperangkat alat musik gamelan.

Waktu berjalan hingga aku duduk di bangku kelas lima SD. Aku kembali disodorkan dengan formulir pendaftaran ekstrakurikuler. Aku memberi tanda centang pada kolom ekskul musik, walaupun pada saat itu aku masih memikirkan ekskul modern dance.

Saat awal-awal kenaikan kelas, aku memberanikan diri untuk mencoba ekskul modern dance. Namun, pada akhirnya tetap sama, aku tidak percaya diri. Pada saat itu, ekskul musik telah diminati banyak orang, kira-kira lebih dari lima belas orang. Sayangnya ada beberapa temanku yang memilih untuk mengikuti ekskul lain, padahal dulu kami sering bermain bersama saat kelas 4 di jam ekskul musik. Ruangan musik menjadi terasa lebih panas karena padatnya orang yang memenuhi ruangan itu.

Kali ini aku punya alasan yang lebih baik untuk mengikuti ekskul musik. Pada saat kelas lima, ibuku memberikanku les keyboard privat di rumah. Jika aku mengikuti ekskul modern dance, maka sama saja aku tidak memanfaatkan les keyboard itu. Jadi, aku memutuskan untuk mengikuti ekskul musik lagi.

Selama dua tahun mengikuti ekskul musik, terkadang guruku memberi tugas untuk mengiringi keyboard di acara sekolah. Aku ingat betul saat pertama kali mengiringi seluruh angkatan bernyanyi pada saat ibadah yang diselenggarakan di sekolah. Ada rasa bangga tersendiri yang kurasakan saat itu. Setelah itu, aku diminta lagi oleh guruku untuk mengiringi. Walaupun pada saat itu tidak semua lagu kumainkan, tetapi aku tetap senang bisa merasakan pengalaman itu. Dari sinilah aku merasa sama sekali tidak menyesal karena tidak mengikuti ekskul modern dance. Jika sejak kelas empat aku mengikuti ekskul modern dance, tidak akan ada aku yang mengiringi satu angkatan bernyanyi di sekolah.

Waktu pun kembali berjalan hingga tak terasa aku sudah mau memasuki jenjang SMP. Saat itu aku sibuk dengan banyaknya ujian untuk kenaikan kelas sehingga guru les keyboard-ku jarang datang. Sampai di satu titik, ibuku memutuskan untuk berhenti les keyboard. Saat memasuki SMP, aku memasuki dunia yang baru. Dunia yang penuh dengan kejadian tak terduga sehingga aku mulai jarang untuk bermain keyboard lagi di rumah. Ditambah saat itu aku sudah pindah rumah dari rumah nenekku, dan aku tidak membawa keyboard itu.

Pada saat SMP, aku mulai tertarik untuk menulis. Aku mulai belajar untuk menulis cerpen anak-anak hingga puisi. Hingga pada suatu hari, ayahku membawaku untuk bertemu dengan seorang wartawan dari Taiwan yang juga suka menulis. Ia menilai cerpen yang kutulis tangan dan ia mengatakan bahwa cerpenku sudah bagus, meskipun masih ada kesalahan tanda baca.

Aku mengobrol banyak dengannya tentang dunia menulis dan aku sangat senang hari itu. Hari itu adalah hari terbaikku saat aku diakui oleh orang lain yang juga suka menulis, dan aku benar-benar bahagia.

Jujur saja, saat di SMP, aku tidak terlalu menikmati kegiatan ekskul. Pada tahun pertama, aku memilih ekskul jurnalistik, karena saat itu aku mulai menyukai menulis. Tetapi di tahun kedua, ternyata ekskul jurnalistik itu kekurangan peminat sehingga ditiadakan. Aku hanya bisa pasrah dan memilih untuk mengikuti ekskul catur. Namun aku tidak terlalu menikmati kegiatan ekskul itu karena ternyata ada seseorang yang menyebalkan di sana. Aku tidak mau menyebut dia seorang teman karena dia memang menyebalkan.

Waktu terus berjalan hingga aku berada di kelas sembilan SMP. Saat berkunjung ke rumah nenekku, aku melihat keyboard-ku yang dulu sering kumainkan kini sudah berdebu. Aku jadi berpikir, apakah semua usaha les dan pengalaman mengiringi di sekolah itu bukan apa-apa? Apakah saat aku berhasil mengiringi di gereja, walaupun hanya sekali, bukanlah apa-apa? Terkadang aku menangis memikirkannya. Uang itu dihabiskan untuk les privat keyboard, tetapi sekarang aku tidak memainkannya lagi. Saat itu, aku sudah sangat menyukai menulis hingga terlupa soal keyboard itu.

Aku berusaha untuk menyadarkan diri bahwa semua itu adalah berharga. Semua pengalaman adalah berharga. Dalam hati aku bertekad untuk benar-benar mengembangkan hobi menulis ini menjadi sesuatu yang lebih berharga, agar tidak mengulang peristiwa musik dan keyboard itu.

Sampai detik ini, aku masih terus belajar untuk menulis lebih baik. Jika bukan karena pengalaman ekskul modern dance, ekskul musik, dan perdebatan dalam diriku, aku tidak akan bisa sampai di titik ini. Bahkan sekarang pun aku menjadi punya beberapa hobi selain menulis. Seiring waktu berjalan, aku mulai merasakan dunia yang ternyata begitu luas dan semua kesempatan itu ada di depan mata kita.

Singkatnya, jadilah dirimu sendiri. Ikuti kata hati kecilmu, ia tahu apa yang benar-benar menjadi jalan terbaik dalam hidupmu. Nikmati proses pasang surut dalam hidupmu, karena itulah yang membuatmu benar-benar hidup.

-Jhoune Bam

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro