1. Pink Spider

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ignoring the captured butterfly's pleading
You glared up at the sky
"I didn't hurt you out of hate,
But I have no wings,
and that sky is so high"
Pink Spider by hide of X-JAPAN

•••

Rena tahu Rui adalah sahabat terkasihnya, tak ada seorang sahabat yang mau repot-repot bergadang menjaga ayahnya di Rumah Sakit sebelum akhirnya meninggal enam bulan lalu. Rui takkan terganti, tentu saja, Rena tahu resiko yang akan dihadapinya jika ia nekat melangkah ke area tersebut.

Tapi soal urusan hati, siapa yang tahu?

Kekasih Rui ternyata sanggat menggoda. Jangan tanyakan seberapa banyak Rena bertemu dengan pria menggoda, terlalu banyak hingga sulit dihitung, namun Mizuhara Zenzo itu berbeda, sangat berbeda. Wajahnya tegas namun tak ada kekakuan yang biasanya dimiliki seorang pengacara, pria itu tak takut menunjukkan perhatiannya di hadapan orang banyak dan itulah yang membuat Rena iri setengah mati.

Bukankah pada dasarnya manusia adalah makhluk paling egois di muka bumi? Apa saja bisa dijadikan alasan sebagai pembenaran aksi sembrono mereka, bahkan hal kecil pun mampu membuat manusia buta dan mengorbankan segala yang berarti demi sebuah harapan tak pasti. Penyesalan selalu datang terlambat, bukan?

Tapi ada sebuah pepatah yang bilang 'lakukan dan sesali, daripada mengabaikan dan menyesal di kemudian'. Apa salahnya mencoba?

Waktu tiga bulan takkan cukup merayu Zenzo untuk jatuh ke pelukannya, mungkin Zenzo benar akan tergoda padanya, namun belum tentu Zenzo mau meninggalkan Rui dan menikah dengannya, maka itu, berbekal kenalannya yang menjamur, Rena membuat Rui secara tak langsung mengundur rencana pernikahan yang harusnya terjadi di bulan Juni molor ke akhir tahun.

Satu hal lagi yang kurang, alibi.

Rena paham betul Rui memiliki insting wanita yang kuat, jika ia bertemu dengan Zenzo berdua saja tanpa ada alasan jelas, tentu Rui akan mencurigai mereka. Alasan Rui sibuk hingga tak sempat meluangkan waktu untuk pergi bertiga tentu takkan diterima dengan mudah jika tujuannya hanya jalan-jalan.

Saat itulah kartu AS-nya harus dikeluarkan. Gosip yang selalu melindungi Rena dari dampratan kekasih resmi orang-orang yang ia ajak menikmati malam bersama, hubungan lebih dari sekedar teman dengan Gen, vokalis band rock ternama Jepang.

Memang benar, Rena terlihat begitu sempurna di mata orang lain, namun hanya di mata Rui-lah Rena diperbolehkan untuk cacat, hanya Rui yang tahu tentang kebiasaannya yang sulit menetap pada satu pria, ia sadar betul dirinya memiliki pesona dan mengapa tidak dimanfaatkan?

Gen, vokalis dari band Nexus, adalah pria yang kurang beruntung yang harus menjadi peran pembantu dalam pentas yang Rena buat untuk mendapatkan Zenzo ke dalam pelukannya. Sebenarnya ia tak sungguh-sungguh berakting, pria bernama Gen tersebut memang memiliki tempat khusus di hatinya, hanya saja status Gen sebagai anggota band tenar yang diganderungi banyak wanita tidak cukup meyakinkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Pesta dan wanita sudah pasti mengikuti setiap kali mereka menggelar konser besar.

Tentu ia tak boleh disakiti, ia hanya boleh menyakiti.

Malam ini, dengan satu baris obrolan di kolom chat, Gen bersedia mampir di tengah-tengah turnya dengan Nexus, bukankah itu terdengar manis saat pria sibuk menyempatkan diri untuk bertemu di sela-sela jadwal? Jika saja Gen bukan vokalis band, sudah pasti Rena bersedia tenggelam di pelukan pria itu terlalu dalam.

Seperti biasa, Gen datang dengan penyamaran lengkap. Tubuh tinggi kurus namun dengan otot bisep yang terbentuk sempurna menambah kesan jantan jika pria itu jauh dari mikrofon dan gitar. Dengan zip up hoodie biru gelapnya, Gen memasuki apartemen Rena, membuka jaket tersebut sebelum mengempaskan dirinya di sofa.

"Ada masalah?" tanyanya pada Rena yang hanya mengenakan t-shirt dress putih, membuat bra hitam dan celana dalam Rena berbayang.

"Tidak, aku hanya rindu padamu."

"Well, tidak biasanya." Gen menaikkan alis kirinya tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

"Kau sudah tidak mencintaiku, ya?" Rena mencebik mendengar jawaban datar Gen. Namun pria itu hanya tertawa sambil menyisir rambut panjangnya ke belakang. "Lelah, ya? Mau kubantu menyegarkanmu lagi?" Rena menggigit bibirnya, mengundang Gen untuk melahapnya.

"Kau yang minta, jangan berteriak minta ampun di tengah jalan, ingat!" Gen tak menunggu Rena mengiyakan, ia sudah mencium bibir Rena rakus, menarik kaus wanita itu dan berguling di ruang tengah.

Rena tahu betul bahwa Gen takkan menyelesaikan urusan seperti ini dalam satu putaran, ia sudah hapal betul, mungkin itu juga yang membuat Rena mempertahankan Gen tanpa hubungan jelas, karena ia terbuai dengan sentuhan magis pria itu. Boleh dikatakan dalam menyentuh wanita Gen-lah ahlinya, dari semua pria, hanya Gen yang tak egois.

Saat pintu apartemennya dibuka, Rena masih dalam keadaan telanjang dan berkeringat dengan seorang pria di atas tubuhnya yang tak kalah berantakannya. Ia langsung tertawa ketika melihat Rui yang dengan cerianya masuk ke dalam apartemen langsung berbalik canggung.

"Ah, maaf, ah, aku tidak tahu kalian sedang, ah ..." ucap Rui terbata-bata dan serba salah berdiri di depan pintu.

Rena hanya tertawa menanggapinya. Ia membelai pipi Gen sebentar sebelum pria itu memungut celana jins dan jaketnya, membawa ke kamar Rena yang tak jauh dari ruang tengah sementara dirinya mengambil kaus tadi, memakai tanpa pakaian dalam.

"Aduh, maafkan aku, ya." Rena berucap ketika Rui mencebik marah. "Aku lupa mengatakan padamu kalau tadi dia datang memaksa setelah jadwalnya kosong." Rena melirik kamarnya sebentar, "tunggu dulu, ya."

Diciumnya Gen yang sudah berpakaian rapi hendak meninggalkan apartemennya. "Maaf ya, aku lupa kalau dia akan datang, aku rindu sekali denganmu habisnya."

"Lain kali ke tempatku saja." Gen mengenakan kacamata, topi yang ditarik terlalu ke bawah, juga masker sebelum keluar melewati Rui yang duduk di meja makan.

Dari pintu kamar, ia melihat Gen yang melirik Rui sekilas dan begitu sebaliknya, mereka hanya saling menundukkan wajah tanpa bertukar sapaan lebih hangat. Akting selanjutnya hanya perlu meyakinkan Rui bahwa ia mencintai Gen lebih dari pria lain agar Rui percaya bahwa ia merasakan jauh cinta sesungguhnya kali pertama.

Untuk apalah jago akting hingga menyabet penghargaan tingkat Asia kalau tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi?

Rena kembali dengan pakaian yang lebih pantas membawa serta berkas yang ayahnya tinggalkan sebelum meninggal. Seluruhnya merupakan aset kekayaan keluarga Natsume yang tak terbatas lantaran ayahnya senang berinvestasi. Memang semenjak kematian ayahnya Rena seolah tak henti-hentinya mengurusi urusan legal yang membutuhkan banyak waktu, belum lagi pengacara yang ayahnya tunjuk tak pernah akur dengan Rena, jadilah urusan yang harusnya selesai dalam satu bulan molor hingga tiga bulan lamanya.

"Kau tahu kalau aku dan Iwase~san tak pernah akur karena dia pengacara kaku, bukan?" buka Rena. "Sedangkan aku masih perlu menyelesaikan urusan legal sebanyak ini, bagaimana bisa aku menyelesaikannya kalau dia tak mau membengkokkan sedikit saja prinsipnya? Ah, aku jadi sebal!"

"Kau ingin ayahku?" Rui membuka berkas tersebut dan langsung mengalami sakit kepala instan. Ia tak tahu buruknya menjadi anak satu-satunya dalam keluarga bergelimang harta hingga Rena mengeluh soal banyaknya surat-surat yang mesti diurus. "Tapi kantor ayahku di Inggris, akan sengat merepotkan."

Perlu diakui, pengacara terbaik dan tersantai yang pernah Rena kenal adalah ayah Rui meski ayahnya sendiri pun seorang pengacara. "Bukan, bukan ..." Rena menggeser tubuhnya, menampilkan imej tidak enak hati dan canggung hingga menggigiti bibir bawahnya. "Zenzo itu pengacara, kan? Kurasa kalau dengan pengacara muda akan lebih muda mengerti kemauanku, begitu sih pikirku. Tapi kalau kau tak setuju, aku takkan memaksa." Rena buru-buru menambahkan.

Rui yang tak mengerti mengapa Rena harus menambahkan kalimat 'tak apa jika ia tak setuju' mengerutkan kening sesaat kemudian mengabaikan perasaan mengganjalnya begitu saja. Ini Rena, kalau Rena sudah mengatakan masalahnya tandanya Rena sudah tak bisa menyelesaikannya sendiri. Begitu pikir Rui.

"Ya, tentu saja. Akan kuberi tahu Zenzo. Kapan mau bertemu?"

"Besok? Jam makan siang?"

Pundak Rui turun dan wajahnya seketika tak enak hati. "Aku tak bisa menemani kalian kemungkinan. Pekerjaanku banyak sekali hingga akhir tahun, bahkan persiapan pernikahan sampai terbengkalai karena ini, aku jadi tak enak dengan keluarga Zenzo."

Rena menepuk pundak Rui dan memasang senyum simpatinya. "Tak apa, kurasa Ritsuko~san takkan protes, dia juga kan aktris. Mereka pasti mengerti."

Rui yang mendapat asupan semangat dari Rena tersenyum mengiyakan sebelum memberikan kontak Zenzo pada Rena. "Hubungi Zenzo sendiri saja ya, aku ingin langsung tidur, aku lelah sekali." Sambil menunggu Rena selesai menyalin kontak Zenzo, Rui tersenyum tipis dengan mata terpicing. "Kau tak pernah membawa pria ke apartemenmu, lho."

Rena terkekeh malu-malu. "Kelihatan, ya?" Rui hanya menjawabnya dengan anggukkan.

"Siapa dia?"

"Wah, masa kau tak tahu? Dia itu tenar sekali! Hanya ada satu pria dengan tatto seperti itu di Jepang. Tidak tahu?" Rui kembali menggeleng sebagai jawaban. "Ampun deh, namanya Gen, vokalis Nexus."

"Kau jatuh cinta padanya, kan? Aku bisa lihat dari matamu," selidik Rui.

"Yah, tak paham sih, tapi ya ... dia punya tempat khusus di hatiku. Sayang vokalis band, ya kan?" keduanya mengangguk penuh pengertian.

Kupu-kupu telah jatuh ke sarang laba-laba.

***

Tentu pertemuan pertama sangat penting bagi Rena, ia harus bisa membaca karakter Zenzo dan seperti apa tipe wanita impiannya untuk menampilkan karakter apa yang harus ditampilkan selama bersama Zenzo. Itu wajar. Di muka bumi ini tak ada yang tak melakukan pencitraan, hanya orang tolol dan tak berkepentingan yang tak melakukannya.

Ia memilih sebuah bodycon merah muda yang dilapis cardigan putih, rambutnya dikesampingkan, dan riasan merah muda membuatnya 10 tahun lebih muda dari umurnya.

Prinsipnya, coba dengan imej umum, wanita manis yang lemah lembut, jika menolak maka imej kebalikan yang harus ditampilkan.

Namun ah, siapa yang tak tertarik dengan tampilan tak berdosa dan manja? Bukankah pria Jepang lebih menyukai wanita yang manis meski tak berotak ketimbang wanita yang mau mengambil keputusan sendiri?

Tanpa kesulitan berarti Zenzo menunjukkan ketertarikan padanya meski pada awalnya Zenzo tak mempermasalahkan makan siang berdua di tempat private dengan Rena lantaran hubungan Rena dengan Rui, namun semakin lama Rena menunjukkan dirinya yang rapuh semakin jauh pula Zenzo berjalan menjauhi Rui.

•••

"You're surrounded by your web of lies
Thinking your small world is everything
You hurt anything that comes near
Thinking the sky is a square."

https://www.youtube.com/watch?v=ZQ51WJybK2k

•••

Part ini tuh sebenernya cuma part prolog, tapi bisa dibagi empat, kebayang dong banyaknya kayak apa?
Terus tadi pas edit, keputer lagunya hide X-Japan dan aku rasa cocok.

Anyway, saya upload potongan lagunya versi remix Miyavi di Instagram Story.

Semoga masih berkesan ya ceritanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro