5. Lost Story

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Unlock lost story
Let long nightmares pass
We've reached our turn now
To launch counterattacks

VAMPS - Replay

•••

Di perjalanan mereka menuju Paris menggunakan kereta dari London, Kishimoto berujar sambil melihat materi single kedua puluh dua yang akan keluar bulan depan dengan Disc 1 yang berisi single terbaru lengkap dengan PV dan di balik pembuatan PV tersebut, sementara Disc 2 diisi dengan dokumenter gigs mereka tahun ini.

Namun, bukan Jepang namanya jika tidak ada edisi khusus member fanclub, bonus fanclub only ini dilengkapi Disc 3 yang berisi 2 single sebelumnya dan dokumentasi selama proses rekaman. Itu artinya, selama delapan bulan belakangan Nexus tak pernah sedikit pun luput dari kamera.

Termasuk rapat malam ini yang diadakan di atas kereta menuju Paris. Dalam gerbong VIP tersebut seluruh anggota, produser, sutradara PV, serta manajer utama berkumpul berdekatan dengan lima lembar konsep yang harus mereka periksa.

"Awalnya aku ingin menggunakan Rena sebagai modelnya, karena setelah dilihat materinya, ini cocok sekali dengan keadaan 3 bulan lalu antara kau dan Rena, tapi sekarang berbeda situasinya." Sutradara PV kali ini, Takai Utsumi, adalah orang yang juga membuat PV debut major Nexus hampir 8 tahun lalu.

Gen tak memberikan komentar apa pun meski dilirik serempak.

"Kalau begitu kita cari yang lain dan karena Gen yang akan melakukan kontak dengan model, kau diperbolehkan memilih salah satu dari model yang kau suka."

Untuk beberapa saat Gen masih diam membaca konsep di tangannya, membalik lembar kedua, ketiga, dan saat lembar terakhir hanya berisi setengah, ia mengerutkan bibir. "Ah, bisakah jangan aku untuk PV kali ini?"

"Aku tak keberatan!" Ryo mengangkat tangannya diiringi senyum lebar.

Dan usul itu langsung mendapat sambaran dari Kishimoto, "Tidak. Kau tukang buat skandal. Tidak. Kau ..." ia menunjuk Jiro yang hampir mengangkat tangan menggantikan Ryo, "kau pun sama, Anak Muda, tidak."

Semua mata beralih pada Kuro yang menjadi orang terakhir. Kemudian ketika menyadari keadaan hening karena menunggu jawabannya, pria yang dikenal pendiam itu mengerutkan keningnya dalam. "Kalian masih waras, kan? Aku? Tak sudi."

Dan semua mengangguk setuju, ide membuat Kuro sebagai model PV, meski pasti menjual karena Kuro merupakan personil populer kedua setelah Gen, merupakan hal bodoh.

Pria dengan mata besar yang terlalu teduh untuk ukuran penggebuk drum, tubuh kurus tinggi, dan rambut hitam panjang agak bergelombang terawat itu sudah pasti hanya akan duduk di depan kamera selama bermenit-menit tanpa melakukan apa pun.

Aku rocker kenapa harus melakukan hal itu? Itu yang selalu Kuro ucapkan ketika manajemen memintanya melakukan hal-hal konyol.

"Tak ada pilihan lain kurasa."

Hambar, Kishimoto tersenyum menepuk pundak Gen prihatin.

Gen menarik napasnya panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum tersenyum tipis. "Ya, kalau begitu ... pakai model lokal yang wajahnya tak pasaran." Dengan alis mata yang naik sebelah, Gen menatap satu per satu penghuni gerbong sebelum menyebutkan nama yang membuat Kishimoto terserang stroke dadakan, "Kizu Rui."

***

Meski ia mengatakan akan tetap tinggal di Brussel selama 4 minggu, kenyataannya Belgia sendiri adalah negara kecil yang indah dan kaya akan kebudayaan, mana mungkin ia bisa menepati janjinya untuk tinggal di Ibu Kota?

Setelah puas berkeliling Brussel dari pagi hingga bertemu pagi lagi, perlu dicatat bahwa ia tidak pulang dalam keadaan mabuk dibopong seorang pria, Rui memutuskan untuk mengunjungi kota kecil bernama Durbuy yang masih kental dengan arsitektur abad pertengahannya.

Jalan setapak berkonblok kelabu, kafe-kafe kecil berdinding batu alami, bar tiga tingkat dengan dinding kayu berwarna putih atau kuning gading, serta rumah-rumah tudor besar yang dialihfungsikan menjadi guesthouse atau hotel yang bisa menyewakan 20 kamar.

Ketika ponselnya berbunyi, Rui tengah asyik menikmati Minggu paginya di sebuah restoran, duduk di bangku luar sambil menikmati siraman matahari dan cangkir kopi keempatnya setelah menandaskan sarapan. Mata biru terangnya melirik layar ponsel, membaca identitas penelepon, Keiko.

Sesaat ia menggerutu, menebak tawaran drama apalagi yang akan disodorkan padanya? Padahal sudah jelas ia tak mau kontrak yang menuntutnya bekerja secara kontinuitas.

"Aku sudah bilang, kalau drama atau film, takkan kuterima, sampai—"

"Tunggu, tunggu!" Keiko meninggikan suaranya, menahan Rui memutus sambungan. "Ini bukan drama atau talk show dan sejenisnya!" ia meyakinkan dengan perkataan cepat, takut-takut Rui bosan. "Ini model PV, bagaimana?"

Model PV itu biasanya hanya satu hari selesai bukan?

"Siapa?"

"Eh ..., Nexus, band rock."

"Nexus katamu?" Rui meninggi hingga beberapa orang di sekitarnya menoleh dengan dahi berkerut. Sadar ia membentak terlalu keras, Rui menundukkan kepala, meminta maaf. "Kau tahu kalau Nexus itu ada Gen, bukan? Mantan pacar Rena, yah, atau paling tidak begitu gosipnya."

"Eh! Aku lupa!" kali ini Keiko-lah yang melengking, melupakan fakta terpenting untuk melindungi modelnya dari gosip murahan. "Tawarannya bagus sekali, aku jadi lupa bagian itu, aduh, aku sudah mengiyakan pula!"

Tanpa menunggu lagi, Rui langsung menjawab, "Akan kupikirkan." Kemudian memutuskan sambungan sebelum Keiko sempat mendrama, kepalanya yang sudah berada di surga akan kembali berdenyut kalau sudah mendengarkan ocehan Keiko.

Sambil memesan secangkir kopi lagi dengan wafel berlumuran cokelat terbaik dunia, di sini ia bisa memakan cokelat yang di Jepang harganya mencekik dengan harga terjangkau, sambil mencari Nexus di situs berbagi YouTube.

Sejujurnya Rui belum pernah lihat wtajah Gen secara langsung ataupun melihat pria itu di televisi, yang ia tahu hanya Gen tertangkap basah sedang bercumbu dengan Rena, itu saja.

Matanya melotot begitu melihat jumlah penonton dari PV yang diunggah secara resmi oleh manajemen Nexus.

Sungguhan ini band asal Jepang?

Pasalnya jumlah penonton PV musisi Jepang tak pernah sampai sejauh ini biasanya, selain berbeda bahasa, ada benturan hak cipta yang terkadang terlalu ketat, lagi pula single penyanyi Jepang selalu dilengkapi dengan PV, jadi untuk apa melihatnya di YouTube?

Ia mendengarkan satu lagu, yang kedengaran di telinga amatirnya, seperti lagu tahun 90-an tentang depresi di musim panas yang baru diunggah awal tahun ini. Lagunya memang terdengar tua karena setelah Rui membaca komentar-komentar di bawah, lagu tersebut diciptakan sang vokalis saat umurnya masih 14 tahun, ketika permainan gitarnya baru saja lancar.

Ada sesuatu yang familiar di suara Gen, suara falseto yang terdengar melengking mencapai nada tinggi, bukan tidak bagus, justru suaranya terdengar sangat unik dan mudah dibedakan dari penyanyi lain, di mana ya dia pernah dengar suara ini?

Saat kopi dan wafelnya datang, Rui buru-buru menyusun keuntungan dan kerugian menjadi model dari band tersebut. Keuntungan pertama sudah pasti namanya akan lebih dikenal karena banyak yang melihat PV band tersebut, kerugiannya bisa dipastikan bahwa akun jejaring sosial medianya akan dipenuhi hujatan untuk menjauhi anggota band tersebut.

Dan keuntungan yang tak ingin Rui akui keras-keras, menampar wajah Rena bolak-balik.

Kau pikir hanya dirimu yang bisa berbuat licik?

Ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk berhenti berpikir bahwa ia takkan setenar ini jika bukan embel-embel 'sahabat Rena sejak kecil', ia akan menunjukkan pada seseorang di pantulan kaca bahwa ia berada di titik ini berkat dirinya sendiri, bukan Rena.

Balas dendam yang paling baik adalah menunjukkan bahwa kejadian menyakitkan tersebut takkan mampu membuatnya berlutut dengan siku berdarah-darah terlalu lama, masih banyak tangga yang harus didaki dan meratapi kegagalan, dalam hal apa pun, takkan membuatnya memiliki energi untuk meniti lebih jauh.

Menurut kiat-kiat yang ia baca di Internet, tahap terakhir dari usaha move on adalah mengubah cara berdandan, harus jauh lebih menarik agar mantan kekasih menyesal memutuskannya. Rui setuju dengan mengubah penampilan tapi untuk menaikkan mood dan penanda awal yang baru, bukan untuk membuat Zenzo menyesal memilih Rena, ada sebagian dirinya yang tak menginginkan Zenzo merasa menyesal meninggalkannya. Ini terdengar konyol untuk ukuran kebencian yang masih bergejolak di dadanya, tapi ia tak ingin Zenzo kembali padanya, sedikit pun.

Ia terlihat berbeda, amat berbeda dari dirinya ketika kali pertama menginjakkan kakinya di Belgia. Tidak, bukan seperti sebelum patah hati yang Rui maksud dengan berbeda. Ia terlihat jauh, jauh, lebih baik seperti sebelum mengenal Zenzo dan segala kesulitan yang timbul setelahnya, meski begitu, belum cukup lama untuk dirinya yang tak mengenal Rena.

Tangannya beralih membetulkan jaket mustang hangat yang membungkus dirinya, celana jins hitam, dipadukan dengan rider boots kebangaannya. Ia mengubah imej feminin menjadi agak sedikit tomboy dan rasanya ia masih cocok dengan gaya seperti ini, justru ia sedikit menyesal karena baru menyadari gaya boyish ternyata menyenangkan.

Bibirnya tertarik membentuk senyum tipis dan kepalanya mengangguk kecil, menyetujui penampilannya yang baru.

The next stage we fight.

•••

Merupakan sebuah kode etik tak tertulis tersendiri di Jepang untuk memakai model kulit putih. Entah itu tujuannya untuk menghindari skandal yang sudah pasti akan dibuat-buat oleh fans atau ingin menunjukkan superioritas Jepang terhadap kulit putih, Gen pun tak begitu paham meski mereka mengikuti aturan tersebut.

Keputusan manajemen untuk mengiyakan keinginan Gen bekerja sama dengan Kizu Rui adalah hal terberat dalam sejarah Nexus. Masalahnya adalah kedua orang itu—Gen dan Kizu Rui—terhubung dengan wanita bernama Rena yang namanya sulit untuk ditumbangkan, semua yang Rena ucapkan merupakan petuah yang patut diikuti, jika Rena tak suka dengan kerja sama Gen Kizu Rui, Kishimoto takkan heran jika popularitas Nexus terjun payung.

Namun, dengan berat hati Kishimoto menyetujui Kizu Rui sebagai model dan manajer wanita itu sendiri mengatakan Rui setuju. Tanpa penegasan mereka sepakat jika ini menjadi buruk kedepannya merupakan konsekuensi yang harus ditanggung. Dilihatnya juga Kizu Rui tak mendapat penghinaan seluruhnya, banyak justru penggemar luar Jepang yang membela Kizu Rui meski takkan berpengaruh banyak dengan popularitas Rena di Jepang, takkan ada yang bisa menjatuhkan aktris dalam negeri kalau bukan warga negara Jepang sendiri.

"Kuharap ia tak terlambat datang," ungkapnya saat berada di ruang istirahat Nexus pukul 2 dini hari, mengecek kesiapan anggota lain yang sudah hampir selesai kecuali Gen yang masih duduk merosot di sofa dengan rokok ketiganya, secangkir kopi milik Gen, yang entah sudah diisi ulang berapa kali, sudah tandas di meja. "Kenapa kau masih bersantai?" selidik Kishimoto.

Sebagai jawaban, Gen hanya mengangkat rokoknya.

"Merokok terlalu banyak bisa membunuhmu, Gen!" kemudian dilanjutkan dengan ceramah betapa repotnya merokok sekarang ini hingga menyambar masalah jaga pernapasan yang sangat penting bagi seorang penyanyi.

Ceramah yang entah keberapa sepanjang tahun ini. Gen memutar matanya jengah sebelum beralih dari Ryo yang masih merapikan poninya di depan kaca, pada Jiro yang membenarkan letak fedora di kepala, dan terakhir pada Kuro yang menguap. Sambil menepuk lutut Kuro ia berkata, "Yang kau butuhkan itu tidur, bukan kopi." Kemudian menuju ke ruang ganti di sebelah.

Beruntung saat menentukan konsep Nexus di awal pembentukkan, Kuro bersikeras dengan konsep rock—kaus, jins robek, rambut berantakan, dan hidup bebas—ketimbang band beraliran visual kei ataupun metal yang jelas-jelas mampu melejitkan nama mereka lebih cepat, hingga ketika pembuatan PV ataupun manggung tak memerlukan waktu lama untuk bersiap, cukup mengambil pakaian yang nyaman dan bernanyi, tak perlu bermake up setiap saat.

"Beruntung wajahmu tak seperti wajah member lain, tak perlu waktu lama untuk mengoreksinya," ujar salah satu make up artist yang bertugas sambil lalu. "Bajunya sudah disiapkan, jangan sampai bolong kena rokokmu!" Ia memperingati ketika Gen mengeluarkan rokok dari saku jaket.

"Hai, hai." Ia menanggalkan kaus bergambar logo paling terkenal dari Pink Floyd yang tadi dikenakannya,

Sambil berdiri membelakangi pintu masuk, ia menyulut rokok yang terselip di antara telunjuk dan jari tengah kemudian mengambil sebuah majalah di meja. Rubik utama masih diisi seputar bulan madu Rena dengan Mizuhara di Hawaii, kampung halaman ibu Rena, diikuti spekulasi bahwa mantan kekasih Mizuhara yang model terkenal, tidak disebutkan namanya, mengalami kebangkrutan hingga menjual apartemen mewahnya di Sumida karena kedapatan mengeluarkan barang-barang dari rumahnya.

Dalam artikel murahan itu disertakan pula foto-foto manajer dari model berinisial K-R membawa kardus besar ke sebuah toko dan keluar tanpa membawa kardus-kardus tadi. Disebutkan juga kalau K-R mengalami depresi berat hingga harus dirawat di Eropa, seolah tak cukup sampai di sana, media asing pun mengabarkan keluarnya model itu dari agensi yang menaungi sejak awal karier lantaran di agensi tersebut juga Rena bernaung. Tak ada konfirmasi dari manajer, semua bungkam, termasuk pemilik agensi yang tak menanggapi desakan reporter.

Mungkin ditinggal menikah dengan satu-satunya wanita yang ia tiduri selama dua tahun belakangan tidak terlalu masalah bagi Gen, toh cintanya selama ini memang ditolak, namun mengetahui Rena dengan santai mengatakan Mizuhara tak lagi mencintai kekasihnya dan lebih memilih menikah dengan Rena membuat Gen ingin meninju sesuatu hingga pecah berantakan.

Selama beberapa menit terdengar suara berisik di depan pintu ruang ganti sebelum seorang wanita dengan jaket mustang hitam yang menutupi hingga hidung, rambut hitam yang terurai sepundak, aviator tersemat di wajah, serta topi newsboy hitam memasuki ruangan dengan kepala tertunduk.

Gen yang tak memperhitungkan ruangan ganti dimasuki orang asing refleks menutupi dada telanjangnya dengan majalah yang sedang dibacanya tadi, matanya terbelalak lebar, dan kerut bibirnya ia hampir memekik kaget.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan tubuh sedikit membungkuk untuk menutupi bagian depan. Ia bahkan terang-terangan membelakangi wanita itu, namun tatapannya tajam, dan suaranya mendesak agar tamu tak diundang tersebut cepat pergi. "Ruangan ini hanya untuk staf dan artis!"

Dari sela-sela kacamata, jaket mustang, dan topi, Gen bisa melihat wajah wanita itu memerah seraya membalikkan tubuhnya menghadap pintu. "Tadi aku disuruh ke sini oleh Kishimoto~san, mana aku tahu."

"Siapa kau?" mungkin make up artist untuk Rui atau stylist Rui yang baru datang dan disuruh menunggu di sini, tapi harus mengetuk lebih dahulu, kan!

Wajah wanita itu sekarang membelakangi punggung Gen, mungkin sama salah tingkahnya menghadapi pria yang malu memperlihatkan dada telanjang. Sadar akan tingkahnya yang konyol dan tak masuk akal, Gen menegakkan tubuhnya percaya diri, membiarkan dadanya terumbar seperti biasa. Toh, biasanya juga di atas panggung bertelanjang dada.

"Aku Kizu Rui, model untuk PV Nexus." Bahkan ia sempat menundukkan kepalanya meski tak menghadap Gen.

•••

PV: Promotional Video

•••

Come on, look closer
I've followed clues
from the past
In doubt of your lies
I'll make you take them back

hyde - VAMPS

https://www.youtube.com/watch?v=379sKNqnkZo

Awal cari visual Gen adalah si Hyde ini, tapi karena udah tua (udah 40 akhir) , jadi ganti wkwkwk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro