Father

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Minhyuk tercenga, Eunkwang mengerutkan dahi, dan Sungjae hampir menjatuhkan Sami—kucing bermata fountain blue yang berada dalam gendongannya.

Ini benar-benar mengejutkan. Ah tidak, ini gila! Ketiga pria itu masih diam pada posisi masing-masing, sampai Changsub yang berdiri di hadapan mereka memasang wajah tidak berdaya.

"Aku tidak tahu," kata Changsub, tangan kirinya terus menepuk-nepuk popok anak yang sedang ia gendong, guna menenangkan. Persis sekali cara menggendongnya seperti Sungjae menggendong Sami.

"Dia menghampiriku begitu saja."

Changsub mencoba menjelaskan ketidak mengertian ketiga orang di depan matanya. Sebetulnya, ia juga tidak mengerti pada situasi seperti ini. Apalagi semenjak dirinya memasuki dorm sambil membawa bayi balita, ketiga orang itu sudah menatap curiga. Entahlah... perasaan Changsub tidak enak ditatap begitu.

"Kau kacau, Hyung."

Si maknae termuda bicara, menambah kesan tidak enak dalam hati pria berpipi chubby ini.

"Ternyata kau bermain-main dan menghasilkan... anak?" kini Minhyuk yang melontarkan kalimat, seolah memperjelas kecurigaan yang terpancar dari mata mereka, juga perkataan Sungjae yang sedikit ambigu barusan.

"Ma-maksud Hyung?" Changsub menahan napas sejenak, berhenti menepuk-nepuk popok sang bayi.

"Changsub, ini tidak benar, 'kan? Kalau CEO Hong tahu keadaanmu, keadaan anak... itu, kau...." Eunkwang bahkan tidak dapat melanjutkan kalimatnya.

"Kalian ini bicara apa?" tanya Changsub yang mulai hilang kesabaran, juga rasa tidak enaknya semakin mencuat. Terlebih, bayi dalam gendongan sedikit memberontak karena tepukan pada bokongnya tidak lagi Changsub lakukan. Mau tak mau, Changsub mesti kembali pada kegiatan tangannya, menepuk-nepuk bokong anak itu.

"Aku tidak tahu kalau Hyung ternyata punya seorang gadis, lalu memiliki anak dari gadismu itu. Atau... kau sudah menikah diam-diam?"

"Apa?!" Changsub sampai memekik, tidak percaya pada apa yang dikatakan Sungjae. Dan ya, kalimat itu mampu menghantam hati Changsub, dan membenarkan rasa tidak enak yang sejak tadi dialami Changsub.

"Sebenarnya apa yang kalian pikirkan? Aku belum menjelaskan secara keseluruhan!" gusar Changsub.

"Tapi dengan kau membawa anak itu, tiba-tiba. Wajahmu juga kelihatan gelisah, memangnya apa yang kau pikirkan jika dirimu berada di posisi kami?" kalimat Minhyuk membuat Changsub menghembuskan napas pelan. Mencoba tenang.

"Ini tidak seperti yang kalian pikirkan, anak ini... ahh, aku pusing." Changsub berjalan dua langkah menuju sofa dengan ditatap terus oleh ketiga pemuda tampan dalam dorm.

Menaruh balita yang digendongnya pada sofa, kemudian duduk dekat kaki balita yang berhasil tertidur karena 'tepukan bokong' ala Changsub, pria itu mencoba menjelaskan.

"Aku menemukan... tidak. Balita ini, dia mendatangiku sambil menangis setelah aku keluar dari kedai kopi."

"Tidak masuk akal," tandas Sungjae, tetap memandang curiga Changsub.

"Dengarkan aku dulu, tolong." pinta Changsub, dia juga sudah putus asa dengan keadaan membingungkan ini.



•••



'DUG'

Jung Il Hoon sontak membuka mata. Dengan wajah kusut, ia beranjak guna memastikan apa yang telah membuat lututnya sakit.

"Astaga!"

Ini lebih mengejutkan, berbanding ketika Il Hoon terbangun secara terpaksa barusan. Melihat anak kecil yang tersenyum lebar padanya, membuat Il Hoon segera memukul pipi sendiri.

Ini bukan mimpi.

"Aaahhk!" sontak saja pekikan itu keluar.

Tunggu... coba Il Hoon ingat-ingat. Ini dorm. Dirinya sedang berada dalam kamar dorm. Semestinya ada Hyunsik yang sekamar dengannya. Namun Il Hoon tidak melihat keberadaan Hyunsik di sini. Lalu, tiba-tiba ada anak kecil... apa dia hantu?

Tidak, tidak. Pikiran Il Hoon mulai melantur, mana mungkin ada hantu dengan kaki menapak lantai, kan?

Bayangan seseorang yang akan memasuki kamar terlihat dari pintu yang tidak tertutup. Il Hoon menunggu, siapapun itu, masuk ke dalam dan menjelaskan keanehan di sini.

"Hei... Il Hoon? Kau bermimpi buruk?"

Seketika saja hati Il Hoon menghangat, karena perkataan yang juga tak kalah menghangatkan dari sang leader. Ahh... pria yang tidak terlalu tinggi itu memang selalu tahu cara membuat anggotanya merasa nyaman.

"Hyung...." Il Hoon segera berdiri, melewati anak kecil yang terus menatapnya. Jangan lupakan senyuman lebar yang membuat cairan dari mulutnya menetes. Liur!

"Kenapa kau berteriak? Bermimpi buruk?" Eunkwang menanyakan kalimat dengan inti yang sama seperti barusan.

"Tidak. Dia...." tunjuk Il Hoon. "Anak siapa dia? Kenapa ada di kamarku?"

Eunkwang melihat arah tunjukan Il Hoon, kemudian tersenyum sebentar. "Changsub-ie... kemari," perintah Eunkwang pada anak berusia tiga tahun itu. Ya... hanya perkiraan Eunkwang saja perihal umur.

"Changsub?" Il Hoon tampak tidak mengerti.

"Iya, ini Lee Changsub kecil," balas Eunkwang.

Mata Il Hoon mulai membesar, tidak percaya. "Apa? Jadi Changsub Hyung berubah menjadi anak kecil? Tidak mungkin! Lalu bagaimana dengan vocal line? Jadi berkurang?"

Di sinilah kekonyolan Il Hoon mulai muncul. Entah dia yang terlalu polos, atau bodoh. Eunkwang tidak mengerti, tapi dia memakluminya. Little Changsub dengan tubuh kecil namun gemuk itu menghampiri Eunkwang sesuai perintah.

"Ayo ke meja makan. Kita makan malam," ajak Eunkwang pada Il Hoon.

"No! Hyung harus jelaskan dulu. Apa sihir itu benar ada? Siapa yang berani menyihir Changsub Hyung?!"

Sebetulnya, Eunkwang ingin tertawa, namun ditahan sampai dirinya berjalan ke ruang makan sambil menuntun Changsub kecil dan disusul oleh Il Hoon dengan rambut berantakan khas orang baru bangun tidur.

"Oh, Changsub Hyung!"

Tubuh Changsub langsung menegang, karena dapat pelukan mendadak dari Il Hoon.

"Yak! Lepaskan!" tubuh Changsub bergerak, bermaksud memberontak. "Sayurnya tumpah nanti," tegas Changsub memperingatkan, kedua tangannya yang sedang memegang mangkuk besar berisi brokoli tumis bukan tidak mungkin akan tumpah.

"Aku kira kau disihir, Hyung. Kan tidak keren kalau Hyung menjadi kecil lagi." Il Hoon yang sudah melepaskan tubuh Changsub, tersenyum haru yang membuat Changsub bingung.

"Siapa yang berani menyihir orang tampan?" Changsub menanggapi dengan candaan dan menaruh mangkuk dipegangnya pada meja makan.

Il Hoon berdecak, Changsub selalu saja begitu. Merasa dirinya tampan. Paling tampan malah.

"Ayah!"

Il Hoon mulai mengalihkan pandangannya pada anak kecil yang tengah bersama Eunkwang.

"Nah dia!" Il Hoon memekik, sampai semua mata yang berada di ruang makan terarah padanya.

"Eunkwang Hyung bilang dia Changsub kecil? Changsub Hyung masih besar,"

Kalimat konyol Il Hoon terdengar lagi.

"Maksudku, dia mirip Changsub sewaktu kecil. Karena Changsub membawanya kemari, dan anak ini juga menyebut dirinya 'Sub', jadi aku memutuskan untuk memanggil dia Changsub." jelas Eunkwang, cepat.

Il Hoon belum paham sepenuhnya. Kalau Tuhan memberikan kemampuan, Il Hoon ingin sekali bisa memutar otaknya menggunakan tangan untuk berpikir lebih cepat. Bersamaan Il Hoon yang sedang berpikir dengan harapan konyolnya untuk menyentuh otaknya sendiri, anggota lain mulai berdatangan satu per satu menuju ruang makan.

"Uhh... Little Changsub menggemaskan." Minhyuk mencubit pipi gemuk anak dalam tuntunan Eunkwang sembari berjalan ke arah kursi meja makan.

"Ayah, ubit, Aman ubit!"

Changsub menghela napas ketika mendengar kalimat aduan dari little Changsub. Dan Il Hoon menunjuk anak tersebut untuk kedua kalinya.

"Ayah! Dia memanggil Hyung Ayah? Aku tidak mengerti. Hyung juga yang membawa anak itu? Jadi kesimpulannya, dia anaknya Changsub Hyung?!" Il Hoon bernada tinggi lagi.

"Tenang," kata Sungjae, melewati Il Hoon.

"Sabar." Kali ini Hyunsik yang melewati Il Hoon. Tidak lupa menepuk punggung pria yang lebih muda darinya.

Peniel, dia tidak berbicara apapun. Dirinya hanya duduk di kursi makan biasa yang sering ia duduki jika di dorm.

Il Hoon tidak tahu apa gunanya kata 'tenang' dan 'sabar' dari Sungjae bersama hyung keempatnya itu. Ia hanya ingin penjelasan yang detail, agar dirinya mengerti.

Little Changsub lepas dari genggaman tangan Eunkwang. Ia menuju pria yang dipanggil 'ayah' beberapa saat lalu.

"Akit, ini." Anak itu memperlihatkan pipinya yang habis Minhyuk cubit. Padahal Minhyuk sendiri yakin cubitannya hanya sebagai candaan, tidak kencang juga.

"Minhyuk Hyung," tegur Changsub yang hanya Minhyuk balas cengiran, lalu kembali mengunyah brokoli hasil comotannya barusan.

"Tidak mungkin! Kapan Changsub Hyung membuat anak?!"

Il Hoon mulai heboh kesekian kalinya. Sendiri. Dan yang lain hanya menatapnya. Berbeda dengan tatapan lain, Changsub menatap sebal Il Hoon. Bisa-bisanya pria muda itu berkata seenak hidung perosotannya.

"Duduklah dulu." Eunkwang menarik pundak Il Hoon, mendudukkannya di kursi meja makan.

Eunkwang ikut duduk setelahnya, melihat anggota sudah lengkap, berada di satu meja makan yang sama. Entah mengapa, moment seperti ini yang paling Eunkwang sukai.

"Ayo makan." Eunkwang berkata lagi, pada semua anggota.

"Sebentar, aku mau penjelasan dulu!" Il Hoon tetap kukuh, dan Eunkwang mengerti bahwa sang maknae ini tidak akan berhenti sebelum semuanya jelas.

Sementara Changsub sedikit kewalahan karena si balita tidak mau diam dalam pangkuannya.

"Nsu, Ayah. Nsu!"

"Dia bicara apa?" tanya Sungjae, tidak mengerti.

"Susu. Kau mau susu?" Changsub menetapkan matanya untuk fokus pada anak ini.

"Nsu sama dengan susu. Wahh, selain bahasa Inggris, aku juga belajar bahasa balita!" Sungjae berseru, melihat Peniel yang hanya fokus pada piring makan. Pria yang selalu bicara seperlunya ini sedang tidak mau diajak candaan khas Sungjae sepertinya.

"Aku selalu berharap ini mimpi ketika anak itu memanggil Changsub Hyung ayah. Bahkan, Changsub Hyung mengerti bahasanya. Oh God, apa yang terjadi setelahnya,"

Il Hoon berkata, memikirkan bagaimana nasib grup BTOB jika sampai media tahu. Apalagi, jari tajam nan sadis para netizen maha benar yang berkomentar tidak disaring dulu. Bisa hancur.

"Kau tidak tahu apapun, Il Hoon. Jadi jangan banyak bicara." Changsub yang lelah, berkata sedikit ketus. Hanya ingin memperingatkan saja.

Di sini yang tidak tahu permasalahannya memang hanya Il Hoon, jadi wajar jika ia terus menerus meminta kejelasan.

"Karena itu, beritahu aku. Apa yang aku tidak tahu, Hyung. Beritahu," sahut Il Hoon penuh penekanan.

"Jung Il Hoon. Aku yang akan menjelaskan." sela Eunkwang, kemudian memperbaiki posisi duduknya. "Sebelumnya, yang lain juga berpikir negative terhadap Changsub. Sama, semuanya. Sungjae, Minhyuk, Hyunsik, Peniel, termasuk aku."

Eunkwang menghembuskan napasnya. "Anak itu bukan anak Changsub. Dia hanya tidak tahu jalan menuju rumahnya ketika menemui Changsub,"

"Tunggu." Il Hoon menyela penjelasan Eunkwang. "Intinya, anak itu tersesat? Lalu kenapa tidak dibawa ke kantor polisi saja, agar dia bisa segera ditemukan ibunya? Lalu, kenapa dia memanggil Changsub Hyung ayah? Bukankah ini aneh?"

"Curiga." Sungjae berkata, ia sangat tahu. Karena pertama kali pun dirinya tetap menaruh curiga pada Changsub.

"Tidak percaya," tambah Hyunsik, entah mengapa mereka berdua membuat perkataan yang tidak Il Hoon butuhkan sedari tadi.

"Aku tidak curiga. Dan bukannya tidak percaya juga...." sangkal Il Hoon, ragu akan pernyataannya.

"Lalu itu apa namanya?" Sungjae menaikkan sebelah alis.

"Menyangkal." Hyunsik yang seolah menjawab pertanyaan Sungjae.

"Aishh, kalian." Il Hoon jadi menggerutu, tambah pening pada keadaan.

Changsub kembali duduk di depan meja makan setelah sebelumnya beranjak ke dapur untuk membuat susu. Beruntung, Sungjae selalu menyimpan susu bubuk vanilla kesukaannya, jadi Changsub bisa membuat itu untuk si balita. Beruntung lagi, little Sub suka dengan susu yang Changsub buat. Little Sub terus saja menyedot susu dari silikon botol yang sudah ia bawa di tangannya ketika menghampiri Changsub siang itu.

"Lanjutkan penjelasannya, Hyung." Il Hoon beralih lagi pada Eunkwang.

"Jangan dipotong...." peringat Eunkwang, halus.

"Changsub bilang, dia sudah menyerahkan Little Sub pada polisi, dan menyatakan bahwa anak itu tersesat. Tapi polisi justru meminta Changsub untuk membawa Little Sub, karena tidak ada laporan anak hilang. Harus menunggu sehari 24 jam untuk menunggu laporan anak hilang. Polisi akan menghubungi Changsub jika memang ada laporan."

"Apa itu benar, Hyung?" tanya Il Hoon yang kini menatap Changsub di seberang yang hanya terhalang meja makan.

"Iya. Semua yang Eunkwang Hyung bilang benar. Tidak dilebihkan, tidak juga dikurangi." jawab Changsub.

"Soal panggilan. Mengapa dia memanggilmu dengan sebutan ayah?" Il Hoon bertanya lagi.

Changsub menarik napas, menghembuskannya pelan sambil melihat sang balita yang tenang meminum susu dalam pangkuannya.

"Aku juga tidak mengerti. Saat dia menghampiriku sambil menangis, ia juga memanggilku ayah," terang Changsub.

"Mungkin... Changsub mirip ayahnya anak itu." Minhyuk menanggapi.

"Wajah pasaran." Sungjae menggeleng perlahan.

"Kau mau berdebat denganku, hm?" Changsub sudah memasang wajah datar, melihat Sungjae. Changsub yang peka tentu tahu dua kata itu ditujukan untuknya.

Si bungsu dalam anggota Born to Beat ini hanya tersenyum tanpa dosa sebagai tanggapan. Wajah polos yang menurut Changsub bodoh itu sangat menjengkelkan.


•••


Il Hoon menahan amarah ketika little Sub berada di ranjangnya. Ini keinginan anak tidak jelas—menurut Il Hoon yang bernama sama dengan Changsub. Dan Changsub hyungnya berkata bahwa anak ini sangat menyukai Jung Il Hoon. Ya ampun, yang benar saja!

"Kau tidak boleh tidur di sini, keluar sana." Il Hoon mengusir anak balita yang tengah asik menonton televisi datar—tertempel di dinding kamar dorm.

Tentu, usiran Il Hoon tidak berpengaruh apapun untuk little Changsub. Anak itu terus diam tenang, menonton tanpa kendala.

Hyunsik memasuki kamar, dan mulai menaiki ranjang. Dia memeluk little Changsub seperti ia memeluk Sami. Il Hoon menggeleng pelan, mengusir pikiran bodoh karena menyamakan anak itu dengan kucingnya Sungjae.

"Hyung, aku tidak mau dia tidur di sini. Sempit."

Hyunsik melihat Il Hoon. Ya Tuhan, dia baru menyadari Il Hoon yang sejak entah kapan berdiri di tepi ranjang. Bagai Il Hoon transparan karena kehadiran bayi balita yang sangat imut ini.

"Kau tidak mendengar apa yang Changsub Hyung bilang? Dia meminta Little Changsub tidur di sini. Lagipula, Little Changsub itu—"

"Menyukaiku? Tapi aku tidak menyukainya, Hyung!" potong Il Hoon, emosi juga rasanya.

"Aman, Aman mayah, Aman Hoon mayah?" balita itu menatap Hyunsik, mengulurkan jari telunjuk kecilnya pada arah Il Hoon.

"Tidak, Paman Il Hoon tidak marah," sahut Hyunsik, yang sepertinya sudah banyak mempelajari bahasa balita.

"Aku? Aman yidak mayah?"

"Tidak, Little Changsub...." Hyunsik menenangkan anak di depan matanya. "Sekarang, kau tidur. Sudah malam. Oke?"

"Oke!"

Akhirnya, hanya kata 'oke' yang terdengar jelas. Hyunsik semakin gemas pada anak ini seraya mematikan televisi. Sementara Il Hoon masih menggerutu. Ia juga tidak mengerti mengapa little Changsub bisa tahu namanya.

Il Hoon lupa, bahwa Changsub sudah mengajarkan sekaligus memperkenalkan balita itu pada paman-paman Born to Beat usai makan malam tadi. Dan dengan jeniusnya, anak tersebut langsung hafal lalu memiliki nama panggilan khusus untuk ketujuh pangeran BTOB.

Seo Eunkwang disebut Kwang Aman, Lee Minhyuk disebut Hyuk Aman, Lee Changsub disebut ayah; untuk yang satu itu tidak bisa diganggu gugat untuk little Changsub. Lim Hyunsik disebut Sik Aman.

Benar, semua anggota akan disebut nama belakangnya saja. Seperti Peniel Shin yang disebut Shin Aman, dan Sungjae yang sudah bisa dipastikan balita itu memanggilnya Jae Aman.

Benar-benar luar biasa.


Sekitar pukul sebelas, Il Hoon membuka kedua matanya. Ini sudah kesekian kali setiap jam menuju larut malam Il Hoon terbangun. Entah karena rengekan little Changsub, tendangannya pada wajah karena tidurnya yang tidak mau diam, dan sekarang, Il Hoon terbangun karena sesuatu membasahi piama bagian belakangnya.

Il Hoon beranjak, melihat little Changsub yang tidur tidak teratur, dimana kepala di bawah, dan kaki di atas bantal kepala. Pantas saja wajah rupawan Il Hoon selalu kena tendang. Lupakan itu, sekarang bukan lagi basah. Namun aroma tidak sedap tercium. Pesing.

"Yaak! Little Changsub!" teriak Il Hoon, ketika menyadari balita itu mengompol. Di ranjangnya. Il Hoon mulai membangunkan Hyunsik yang tenang tertidur.

"Bangun Hyung!"

"Sudah pagikah?" Hyunsik mengucek sebelah mata, merasa dirinya baru saja pulas. Masa pagi secepat ini datang?

"Tidak, bukan. Little Changsub mengompol!"

Langsung berdiri sigap, Hyunsik melihat little Changsub yang terlelap.

"Ahh astaga... sebentar, aku panggilkan Changsub Hyung," kata Hyunsik. Baru dirinya ingin berjalan pada arah pintu kamar, pintu itu sudah terbuka lebih dulu. Ya, kebiasaan dua orang ini yang tidak pernah mengunci kamar.

"Il Hoon kenapa berteriak sih? Sampai kedengaran ke kamarku!"

Pria yang ingin Hyunsik hampiri sudah terlihat di depan mata. Hah... memang panjang umur Lee Changsub. Tuhan memberkati.

"Ini semua karena anak itu! Dia mengompol!" Il Hoon sampai berdiri, menunjuk little Changsub dengan kesal.

"Bawa dia keluar, Hyung!"

Changsub segera mengangkat tubuh balita yang sama sekali tidak terusik dengan keributan Il Hoon. Bahkan, ia juga tidak terganggu ketika Changsub menggendongnya.

"Kenapa Changsub Hyung tidak memakaikannya popok?" tanya Hyunsik, sebelum Changsub keluar kamar.

"Oh itu. Tadi sore popoknya sudah penuh, jadi aku buka. Aku tidak berpikir untuk memakaikannya popok pengganti,"

"Aku tidak mau lagi balita berliur itu tidur di kamarku!" keras Il Hoon, masih saja emosi.

"Aku mengerti." Changsub segera keluar dari kamar yang ditempati Il Hoon dan Hyunsik.

"Aku tidur di sofa." Hyunsik juga ikut keluar.

Il Hoon yang kesal menarik selimut dari ranjang yang tidak kena ompol, menggelarnya di bawah. Baik, dirinya akan tidur di lantai. Biarkan besok kasurnya dibersihkan.

Dasar anak itu. Menyusahkan! Il Hoon masih saja marah-marah dalam diam. Persetan juga tentang belakang piamanya yang basah karena ompol.




-




Eunkwang memasuki dorm—membawa bungkus plastik di tangan kanannya. Segera menuju arah kamar mandi, Il Hoon yang sedang di dapur melihat Eunkwang lewat barusan.

"Hyung, kau membeli makanan?" Il Hoon menyusul Eunkwang sampai di depan kamar mandi, dan wajah ceria itu sudah datar ketika melihat anak balita sedang berbalut handuk.

"Makanan?" Eunkwang melihat sekilas Il Hoon, dan memberikan bungkus plastik pada Changsub yang hanya memakai kaos dalam dan celana pendek.

"Itu, bukan makanan?" tanya Il Hoon, mengarah pada bungkusan yang sudah berada di tangan Changsub.

"Bukan. Hanya popok," jawab Eunkwang.

Changsub menggendong balita itu. "Terimakasih Hyung, sudah mau membelikan popok untuknya."

"Tidak masalah. Sudah sana, pakaikan. Dia tidak boleh mengompol ketika kita sedang sibuk nanti." Eunkwang tersenyum lalu berbalik pergi.

Il Hoon mengernyitkan dahi. "Maksudnya... dia akan ikut kita pergi show?"

Changsub yang mendengar pertanyaan dari Il Hoon menjawab dengan anggukan.

"Pasti akan merepotkan," yakin Il Hoon, melihat Changsub yang kini sudah hilang ditelan pintu kamar mandi. Tidak mau memperdulikan, Il Hoon pergi dari depan pintu.







Lee Changsub yang paling telaten membersihkan tubuh little Sub. Dari memandikan, kini memakaikan popok balita mungil di hadapannya. Tidak bisa disebut mungil juga sebetulnya. Anak ini gemuk, lengan dan paha sangat berisi, padat.

"Little Sub harus tampan seperti Paman," celetuk Changsub, terkekeh kemudian.

"Ayah, kan Aman!"

Changsub mengangguk paham. "Iya, Ayah. Bukan Paman. Kau harus tampan seperti Ayah."

Ya ampun, sekarang Changsub benar-benar seperti memiliki anak ketika menyebut dirinya sendiri ayah. Menakjubkan.

"Aman Hoon yuka da Sub ndak."

"Hum?" Changsub sedikit tidak mengerti pada ucapan balita ini. Dia hanya kembali membalutkan handuk pada tubuh mungilnya untuk nanti dipakaikan baju di kamar.

"Hoon! Aman Hoon ndak yuka da Sub. Hoon Aman Sub benki."

Changsub sedikit menggaruk pipi putihnya. Ia tersenyum lebar ketika dapat anugerah... ahh, berlebihan. Mendapat pencerahan, setelah acara menggaruk pipi. Dia kini mengerti apa yang little Changsub bicarakan.

"Kau berpikir... Paman Il Hoon tidak suka padamu? Paman Il Hoon membencimu?"

Little Changsub mengangguk, membenarkan dengan wajah murung.

"Kau salah. Paman Il Hoon menyukaimu. Paman Il Hoon tidak mungkin membenci Sub-ie. Dia hanya belum terbiasa, nanti juga dia akan memperlihatkan sayangnya pada Sub-ie. Seperti paman yang lain,"

Demi paparan panas sinar matahari, Changsub tidak pernah berbicara serius dan selembut ini, mengingat dirinya selalu berbicara keras, juga tidak terlalu menyukai keadaan yang serius.

"Benal?"

"Ya, benar." Changsub mengangguk meyakinkan, kemudian beranjak berdiri dan memegang jemari balita itu. "Kita pakai baju, ya? Kau mau ikut Ayah bekerja, 'kan?"

"Ya! Ikut mau Sub ikut Ayah!"

Changsub hanya terkekeh ketika mendengar kalimat tidak teratur anak ini.



•••




Changsub memanjangkan kepalanya pada arah luar.

Tidak ada orang. Aman terkendali. Dia kembali memasukkan kepalanya.

"Aku rasa Little Sub akan aman di sini." Changsub berkata yakin.

"Kalau ada kamera bagaimana?" tanya Sungjae.

Changsub langsung melihat sudut-sudut ruang tunggu khusus anggota BTOB. "Tidak ada CCTV."

"Bukan itu," tukas Sungjae.

"Beatcom!" Eunkwang baru menyadarinya. Semua anggota terlihat menegang, kecuali Il Hoon yang santai saja di kursi depan kaca, dan Sungjae yang hanya mengangguk, membenarkan satu kata dari Eunkwang.

"Ahh ya, team Beatcom." Changsub menghela napas. Padahal dirinya sudah bersusah menyembunyikan little Changsub sampai di sini, ia bahkan rela tidak membiarkan tim anggotanya untuk masuk. Ya, semua tim, termasuk sekertaris Eunkwang bersama manager Born to Beat.

"Aku akan meminta team Beatcom agar tidak merekam kegiatan kita hari ini." putus Changsub, segera mengetikkan pesan dari ponselnya.

"Oke, anggap masalah Beatcom selesai. Lalu apa menurutmu ini berhasil? Kau yakin kalau Little Changsub akan tenang selama ada susu saat kita show?" Minhyuk sedikit ragu.

"Kita kunci ruangan ini. Jadi Little Sub tidak akan kemana pun." balas Changsub.

"Sebenarnya ini terlalu berisiko." Eunkwang berkata dengan nada khawatir. Bukankah, ide mengunci ruangan dengan little Sub di dalamnya itu sedikit... ekstrim?

"Mau bagaimana lagi, aku—"

"Ahhk, dasar ANAK TIDAK TAHU DIRI."

Kalimat Changsub terpotong karena teriakan dari Il Hoon. Sungguh, belum pernah Changsub dan yang lain melihat Il Hoon memberang seperti itu. Bahkan, suara teriakannya pun berbeda dari teriakan Il Hoon biasanya. Kini sangat sarat akan emosi berlebih.

Hyunsik segera mendekati little Changsub yang tengah menunduk dengan mata berkaca-kaca, menahan tangis yang sebentar lagi mungkin akan meledak bagai bom waktu.

"Il Hoon, kenapa kau membentaknya?" tanya Hyunsik, dirinya sampai memeluk little Changsub, merasakan ketakutan anak itu.

"Hyung tidak lihat?" Il Hoon menunjuk ujung jas yang seharusnya berwarna merah menjadi putih. "Dia menumpahkan bedak pada bajuku! Apa dia tidak tahu baju ini untuk pertunjukkan? Kenapa dia sangat nakal?!"

"Il Hoon!"

Changsub menyentak sang maknae, dia sudah tidak tahan pada Il Hoon yang terus berteriak di hadapan little Changsub.

"Tidakkah kau berpikir apa yang kau katakan berlebihan? Kau bisa membersihkan itu. Hanya bedak."

Il Hoon berdecak, dia yang sudah berdiri dari beberapa saat lalu ketika tumpahnya bedak maju selangkah dari kursi rias.

"Jadi Changsub Hyung membelanya? Lebih membela anak cadel berliur itu?!"

"Jung Il Hoon...." Eunkwang menegur dengan halus. Satu-satunya orang yang selalu bersabar dan lebih bisa menekankan emosi dari anggota lain.

"Aku bukan bermaksud membelanya. Jaga sikapmu. Dia masih kecil, wajar kalau nakal." Changsub menyahut kalimat Il Hoon.

"Tetap saja! Dia perusuh. Dia juga menyakitiku dengan botol susunya, memukul lututku sampai sakit. Bahkan, karena dia aku bergadang tadi malam, karena dia, aku harus membersihkan kasur paginya. Karena dia lagi, tidak ada tim yang mengurus keperluan kita hari ini. Hyung coba pikirkan itu!"

"Susu vanillaku juga habis karena Little Changsub." sela Sungjae. "Tapi aku tidak marah seperti Hyung. Kenapa Hyung begitu?" Sungjae terlihat sedih akan sikap Il Hoon. Karena keadaan ini memang tidak biasa. Mereka hangat dan baik-baik saja sebelumnya.

"Kita masih bisa mengurus keperluan kita sendiri. Ini hanya sementara,"

Perkataan yang terlontar dari Peniel membuat kejutan semua orang yang berada dalam ruang tunggu. Pria yang selalu berekspresi tenang itu kembali bicara.

"Anggap saja ini latihan, jika sewaktu-waktu tim kita tidak bisa hadir, kita bisa mandiri. Merias wajah sendiri, melakukan keperluan kita sendiri. Aku pikir Hoonie berlebihan."

Il Hoon menatap tidak percaya Peniel. Dia menghembuskan napas kasar. Kenapa semua orang mengatakan dirinya berlebihan?

"Hoon Aman benki Sub...." akhirnya, air mata anak itu tidak bisa lebih lama dibendung. Dia menangis, terisak dalam pelukan Hyunsik.

"Aku ingin bertanya padamu. Apa kau tidak pernah mengalami masa kecil?" Changsub bertanya dengan mata memerah, tidak tega pada dua sisi.

Changsub tidak tega pada little Sub yang diselimuti rasa sedih. Meski dia masih kecil, Changsub sangat menjaga perasaannya. Semua kata sanggahan Changsub tadi pagi bahwa Il Hoon tidak membenci little Sub seolah hanya omong kosong. Nyatanya Il Hoon bersikap dengan menunjukkan bahwa ia membenci little Sub. Sisi lain, Changsub juga tidak tega memarahi maknaenya.

"Kita semua, pernah kecil. Pernah menjadi nakal, pernah membuat orang tua kita kesal. Tapi apa yang dilakukan orang tua kita? Memaklumi. Memberitahu dengan cara yang baik. Bukan membentak, berteriak. Anak kecil adalah genarasi penerus jika kau lupa. Jadi jangan pernah membentak anak kecil, dia akan menjadi kasar setelah dewasa."

Sungjae menatap Changsub, ini juga kejutan. Tidak biasanya hyung ketiga yang super absurd berbicara benar dengan intonasi pelan saat ini. Tidak dapat dipercaya.

Emosi Il Hoon mereda, ia melihat little Changsub nanar. Mengingat masa kecilnya, mengingat bagaimana orangtua bersama kakaknya memperlakukannya. Sangat lembut. Rasanya Il Hoon menyesal telah berteriak di hadapan balita itu. Benar apa yang dikatakan member lain, dirinya memang berlebihan.

"Il Hoon, kau bisa memperbaikinya." kata Eunkwang. Ia sangat tahu bahwa maknae nomor enam itu menyesal. Terlihat jelas.

"Hyung...." Il Hoon akhirnya berlutut, mensejajarkan tinggi little Changsub yang masih dalam pelukan Hyunsik. Entah pada siapa dia memanggil 'hyung'.

"Maafkan aku."

Hyunsik melepas pelukan pada balita gemuk itu, dan menghadapkannya ke arah Il Hoon. Little Sub masih menunduk, sampai hanya ubun kepalanya yang terlihat.

"Maafkan Paman. Paman tidak akan berteriak lagi pada Little Changsub. Little Changsub mau memaafkan Paman, 'kan?"

Ada senyuman yang tercipta. Anak itu mengangguk—melihat Il Hoon, seakan lupa pada apa yang barusan terjadi, dan segera masuk ke dalam pelukan Il Hoon ketika pria dewasa itu merengkuh tubuh kecilnya.

"Ayah...."

Dahi Il Hoon sedikit tidak rata ketika menerima sebutan itu.

"Sub sayang Ayah,"

Kalimat yang terdengar sempurna tersebut membuat hati seorang Jung Il Hoon terenyuh.

"Paman, ahh, Ayah juga sayang pada Little Changsub." balas Il Hoon, memperbaiki kalimatnya. Antara mengerti dan tidak sebetulnya alasan mengapa anak itu memanggilnya dengan sebutan ayah. Lupakan saja, Il Hoon sudah terlalu bahagia sekarang, rasa kesalnya lenyap begitu saja bagai ditelan bumi.

Dalam suasana seperti itu, Changsub harus menerima telepon karena cukup keras juga berdering.

"Ya?"

Orang di seberang sana menyatakan sesuatu yang membuat hati Changsub dilema. Ia memang tahu siapa orang yang menghubungi ketika melihat nomornya, hanya Changsub belum siap mendengar kabar itu.

"Baik, aku akan ke sana sekitar pukul satu. Terimakasih informasinya," ucap Changsub, segera mematikan sambungan telepon dan menatap Il Hoon yang juga kini menatapnya.

"Dari kantor polisi. Mereka sudah mendapatkan laporan anak hilang. Aku harus membawanya setelah show berakhir."

Rasa bahagia berganti sesak sesudahnya. Il Hoon tidak rela kebersamaannya dengan little Changsub harus hilang dua jam dari sekarang. Entah, mengapa bisa begitu?

"Benar, 'kan? Hanya sementara." Peniel berkata, kemudian berjalan ke arah tempat rias untuk membersihkan kotak bedak bersama isinya di lantai, akibat jatuh setelah mampu mengotori jas Il Hoon.

Memilih diam atas kalimat Peniel, yang sebetulnya Il Hoon pun tahu bahwa Peniel hyungnya bicara pada dirinya.

"Nah, Little Changsub. Sekarang kau harus minum susu dan tidur. Ayah mau bekerja, ya?" Changsub mengajak. Alasannya agar little Sub yang masih dalam lingkaran tangan Il Hoon mau tenang sendirian di tempat ini.




•••





"Bagaimana?" Il Hoon segera menarik tangan Changsub untuk duduk. Di hadapan lima anggota lain.

"Aku baru sampai," sahut Changsub, lelah rasanya. Padahal hanya perjalanan dari kantor polisi sampai dorm.

"Kami penasaran. Kau tidak membawa Little Changsub, berarti yang memberikan laporan anak hilang itu benar orang tuanya?" tanya Minhyuk.

"Hm, benar. Mereka orang tuanya. Dan Little Changsub langsung senang melihat kedua orang yang mungkin dia rindukan selama 24 jam."

"Lalu bagaimana?" Il Hoon bertanya hal sama, dengan maksud yang tidak Changsub mengerti.

"Bagaimana apanya? Ya begitu. Sekarang, tidak ada lagi Little Changsub. Kau juga bisa tidur tenang, tanpa ompol dan kenakalannya."

Il Hoon cemberut. Jujur saja, sebetulnya setelah show berakhir ia merasa ada yang kurang ketika little Sub dibawa oleh Changsub pergi.

"Padahal aku sudah mulai menyukainya,"

"Kasih yang terlambat." celetuk Hyunsik, kemudian keluar 'cek-cek' dari mulutnya. Persis cicak bersuara dibanding berdecak-decak, pikir Il Hoon.

"Memang begitu. Perasaan terkadang selalu terlambat disadari." Maknae paling muda menambahkan.

"Sebenarnya, siapa nama anak itu, Hyung?" Peniel sepertinya penasaran.

Changsub tersenyum sesaat. "Lee Changsub."

"Kau bercanda?" tanya Eunkwang, tidak menyangka.

"Serius. Nama anak laki-laki itu Lee Changsub. Entah kebetulan atau bagaimana. Tapi aku berharap, ketika dia sudah dewasa bisa setampan diriku."

Enam anggota lain menghembuskan napas bersamaan, menganggap kata terakhir Changsub konyol.

"Dan, apa kalian tahu? Anak bernama Lee Changsub itu unik. Dia selalu memanggil pria asing selain ayahnya dengan sebutan 'Ayah', jika dia merasa orang itu menyayanginya."






.
.
.





Selesai ~





Tambahan^^...



Ciee... calon ayah masa depan. Awalnya dia panik ragu gitu pas mau gendong si bayi Jepang. 😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro