Hadiah Natal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"DIA HAMIL!"

Demi pori-pori besar Spongebob, ini hari Natal, tidak seharusnya Hyunsik bersama Peniel berada dalam kamar Yook, lalu mendengar suara keras si pemilik kamar. Sebelum Natal tiba, mereka sudah menyusun acara masing-masing, namun runtuh hanya karena perempuan kesayangan Sungjae.

Iya, perempuannya Sungjae.

"Sami mengidam, dia hamil!"

Rasanya Hyunsik akan segera mengunjungi dokter spesialis telinga sehabis dari rumah Yook. Sementara tersangka utama sedang berbaring miring, kepala terangkat sedikit demi memandang tiga laki-laki di depan mata. Sami akan tidur kalau orang ini tidak berisik; majikannya.

"Sungjae?"

Pintu kamar terbuka dari luar, Ilhoon masuk usai menyebut nama orang yang telah berhasil membuat dirinya rela menembus udara dingin, lalu muncul kemari. Rencana Ilhoon di hari Natal memang mendekam di rumah selesai misa.

Melihat semua anggota dalam kamar—lengkap di satu ruangan, Ilhoon jadi merasa akan menghadiri konser bertajuk 'Barisan Paling Muda BTOB'. Atau, bisa juga judulnya begini; 'Barisan Anggota Paling Tampan BTOB'. Seketika gurat-gurat senyum terpampang menghias di wajah Ilhoon. Memang suka sekali Jung memasuki alam imajinasinya.

"Aku kira kau sakit, makanya meminta diriku buru-buru ke sini. Tapi kulihat kau sehat, ada apa?" tanya Ilhoon, dan lagi, imajinasi Ilhoon menggambarkan kalau Sungjae terbaring di kasur saat dirinya dalam perjalanan. Bayangkan, Sungjae menulis pesan berkalimat kapital tanpa koma: HYUNG SEGERA KE RUMAHKU PENTING!

Wajah melas tersuguh, Sungjae menunjuk gumpalan daging gemuk, berbulu, dekat dinding, atas karpet. "Sami hamil...."

"Heh?" Ilhoon hampir terkejut kalau tidak berpikir itu akan berlebihan. Wajar Sami hamil. Kalau Sungjae yang hamil, baru tidak wajar. "Wah, berarti dalam waktu dekat kau akan punya cucu. Selamat ya, hadiah Natal dari Sami memang indah."

"Indah apanya?!" Sungjae berjongkok dramatis. "Hamil diluar perkawinan, tidak tahu siapa ayahnya, Hyung kira ini bagus? Siapa pejantan yang menghamilimu, Sami? Siapaaa?" Sungjae mengalihkan pandangan pada Sami yang tidak punya kalimat apa-apa selain 'meong'. Kedua mata bulat Sami selalu membuat Sungjae luluh, dia tidak bisa memaksa Sami lagi untuk menjawab.

Ilhoon tidak habis pikir, apa Sungjae berencana mengadakan pesta pernikahan kalau seandainya Sami pulang membawa kucing jantan? Duh, Ilhoon tidak menemukan jejak pola pikir Sungjae.

"Jangan-jangan, kau meminta kami ke sini hanya untuk menyaksikan drama menyedihkanmu?" Hyunsik mulai membuka suara, sarkastis, ciri-ciri Lim jika sudah jemu oleh keadaan.

"Tidak, bukan, aku membutuhkan peran kakak-kakak sekalian," sahut Sungjae, bicara menggunakan bahasa layaknya pengisi acara. Dia kembali berdiri—kali ini menghadap tiga orang tertua darinya. "Hyunsik Hyung selalu memiliki lebih dari satu sudut pandang, Peniel Hyung bijak, dan Ilhoon Hyung realistis. Karena itu, tunjukkan padaku jalan untuk menghadapi kekecewaan yang telah Sami ciptakan."

Hiperbolis Sungjae kambuh. Begitu pikiran Peniel, hanya saja tidak disuarakan, biar bagaimana juga, dirinya mesti menjaga perasaan Sungjae yang sedang retak saat ini.

"Setelahnya, aku akan mencari pejantan mana yang telah merenggut kesucian Samiku, dia harus bertanggung jawab. Gadisku—tidak, Sami bahkan tidak bisa disebut gadis lagi... ini benar-benar...." Sungjae kehabisan kata. Serius, Sungjae akan menyeret siapa pun pejantan di luar sana, beraninya mengawini Sami tanpa izin.

"Memang Sami benar hamil? Kau yakin?" Hyunsik belum percaya masalahnya, kemudian meneliti bulu-bulu kucing ras bengal kebanggaan Yook menggunakan kerlingan mata. Tidak ada tanda-tanda rontok berlebih. Bulu kucing biasanya akan rontok dan menipis kalau memang hamil.

"Yakin! Sami hilang semalam, lalu pulang-pulang saat pagi buta, dia muntah. Sami juga memakan jerukku sisa kemarin, itu apa namanya kalau bukan mengidam? Kesimpulannya, Sami hamil."

Ini Sungjae tidak bosan, menekan kata 'Sami hamil' terus? Ilhoon geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Mungkin Sami sedang masa pubertas," kata Peniel, baru ingin mengatakan 'biar saja', suara heboh Sungjae kembali terdengar.

"Tidak masalah jika hanya masa pubertas, tapi sampai hamil, itu menjadi masalah! Lihat, bahkan perutnya membuncit."

"Perut Sami memang buncit, 'kan? Sami sukanya setelah makan langsung tidur." Kali ini Ilhoon yang berbicara. "Kenapa tidak dibawa ke dokter hewan saja, atau panggil dokter hewannya ke sini? Supaya kau, dan kita semua tahu, Sami benar hamil atau tidak."

Saat Ilhoon mengeluarkan realistis pikirannya, maka lampu dalam otak Sungjae yang gelap baru menyala.

"Mengapa Hyung tidak bilang dari tadi?!"

Sungjae saja yang bodoh, pikir Ilhoon.

---

Dokter hewan baru keluar dari rumah Yook sekitar pukul setengah dua siang. Beruntung dokternya masih mau datang, mengingat sekarang sedang hari besar. Beliau mengatakan, muntahnya Sami disebabkan duri ikan yang menyangkut sehingga melukai tenggorokan. Sami juga akan makan apa saja dikarenakan fase penggemukan tubuh—termasuk buah, atau bahkan tanaman yang ada di sekitarnya.

Padahal Sami sudah gemuk, pikir Yook. Bukan cuma itu, Sungjae tidak mengerti mengapa Sami bisa ketulangan, padahal Sami seekor kucing yang semestinya dalam kamus perkucingan, tulang tidak pernah menyangkut dalam tenggorokan.

Di sofa, sambil mengelus bulu-bulu pendek Sami, Ilhoon berbisik. "Mi-ya, kau tidak berniat ganti majikan?"

"Aku mendengarnya, Ilhoon Hyung," kata Sungjae, muncul dari arah pintu rumah, sehabis mengantar dokter ke luar.

Mendekati Ilhoon, Sungjae mengangkat tubuh Sami, menggendongnya. Sudah jelas, Yook lega Sami tidak hamil.

"Kau konyol. Lagipula kucing tidak mungkin hamil dalam jangka waktu satu malam. Manusia saja butuh waktu." Ilhoon mencibir, mengingat betapa paniknya Sungjae menjelaskan kepada dokter bahwa Sami hamil, belum lagi Sungjae yang meminta dokter mendeteksi siapa pejantannya. Itu tidak masuk akal sekaligus memalukan.

"Jangan menyimpulkan sesuatu sebelum kau tahu yang sebenarnya, Sungjae. Kebiasaan. Nanti kalau mendengar berita tidak benar, kau lantas percaya tanpa mencari tahu lebih dulu."

"Hyung tidak paham rasanya, memiliki peliharaan sama seperti memiliki anak." Sungjae bukannya menolak nasihat Ilhoon, hanya dirinya tidak mau kalah bicara jika bersama kakak nomor enam itu.

"Seperti sudah punya anak saja," gumam Ilhoon.

Meninggalkan pembahasannya bersama Ilhoon, Sungjae mulai memberikan petuah pada Sami.

"Kau harus bisa jaga diri ya, Sami. Kau itu kucing betina, harus jual mahal, kalau ada laki-laki yang mendekatimu, cakar saja, oke?"

"MEONG!"

"Aww sshhh, SAMI-YA!"

Garis merah memanjang terlukis cantik di pergelangan tangan Sungjae. Ilhoon yang melihat tertawa terpingkal. Mungkin Sungjae lupa kalau dirinya termasuk ke dalam spesies laki-laki.

Bekas cakar Sami adalah hadiah Natal yang sesungguhnya untuk Sungjae. Tanpa rasa bersalah, Sami melepaskan diri dari sang majikan, mendarat ke lantai secara mulus, dan segera menuju singgasana istirahatnya.

Sementara Peniel dan Hyunsik sedang menikmati kue buatan ibunda Sungjae dalam dapur, mengabaikan kerusuhan di ruang tengah. Baik, pada akhirnya mereka merayakan Natal di rumah Yook. Tidak masalah, Peniel bersama Hyunsik bisa cicip-cicip makan sebelum pulang.

Jadi, mereka harus berterima kasih kepada Sungjae yang sudah ribut melalui pesan—meminta mereka mendatangi rumahnya, atau justru kesal sebab acara merayakan Natal masing-masing gagal?

.
.
.

Selesai ~

Merry Christmas Oppa-deul~ 🎄

Selamat Hari Natal juga bagi Melody dan semua umat Kristiani yang merayakan, semoga damai Natal menyertai kita semua. God bless us all!

Ngomong-ngomong, besok persiapkan hati yaa, siap-siap ambyar tak tersisa, hahaha. Ciee, maknae kesayangan kita rilis digital single, rasa jatuh cinta lagi dan lagi dong aku tuh. 💙

Di atas itu, Enjae kayak anak terlantar, ya? Siapa yang mau angkut, dipersilahkan. Hihii.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro