7. Informan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Delta bersyukur karena Dreval—meski sangat menjengkelkan—bisa diandalkan. Cowok itu membantunya menghubungi Resya dan Julian serta membujuk mereka untuk bersedia menemuinya sekarang. Terberkatilah Pak Dodi karena membuat tugas tambahan semacam itu pada Delta. Adiknya itu memainkan ponsel Delta dengan tampang menyebalkan dan memaksanya menjadi pesuruh untuk beberapa jam. Delta terpaksa harus menahan penghinaan itu supaya kehidupan SMA-nya tetap normal.

Sejak awal, dia tahu Pak Dodi hanya memanfaatkannya saja. Pria paruh baya itu bersikeras kalau pelaku pencurian ponsel Lika adalah anggota komplotan Thi. Padahal belum tentu benar. Dari pelaku itu, dia bisa mendapat informasi mengenai komplotan Thi dan menangkap mereka semua. Sayang, Pak Dodi tidak memiliki banyak informasi untuk menangkap pelaku pencuri ponsel Lika maupun komplotan Thi. Ada beberapa informasi yang tidak bisa didapatkan oleh guru tetapi bisa didapatkan oleh murid, dan begitu pun sebaliknya. Maka, dia menyuruh Delta menangkap si pencuri ponsel Lika karena Delta bisa mendapat informasi di antara murid dengan mudah. Informasi penting—entah apa pun itu—yang tidak bisa didapat guru dari murid. Kemudian, jika pelaku ponsel Lika tertangkap, maka Pak Dodi bisa membongkar komplotan Thi dan berjasa bagi sekolah, sesuai dengan tujuan utamanya.

Kurang lebih, Delta hanyalah umpan untuk mendapat informasi komplotan Thi dari pencuri ponsel Lika. Jika Delta berhasil mengungkap si pelaku, maka Pak Dodi akan mengeksekusi mereka semua tanpa ampun. Saat itu ... Delta akan menutup mata dan menghapus fakta kalau dia pernah berurusan dengan Lika, ponselnya, si Pelaku, dan komplotan Thi.

Delta bisa saja tidak mencari si Pelaku. Dia bisa pergi dari ruang BK tempo hari tanpa memedulikan ancaman Pak Dodi. Sayang, dia tidak bisa mengabaikan dampak ancaman itu. Ada dua alasan. Pertama, Delta ingin mencoba masuk ke perguruan tinggi negeri melalui jalur SNMPTN saat kelas tiga. Kedua, Delta tidak mau ketidaknormalannya diketahui teman-teman. Membayangkannya saja membuat pening.

Sebenarnya, ada satu cara agar keruwetan mencari pencuri ponsel Lika selesai. Jika video CCTV tersebar dan berita dia takut ponsel diketahui banyak orang, Delta resmi bukan pencuri dan namanya bisa bersih. Dia pun bisa tetap ikut SNMPTN karena Pak Dodi tidak memerlukan bantuannya lagi. Sekalipun Pak Dodi tetap memaksa Delta mencari pencuri ponsel Lika, orang-orang akan mempertanyakan hal itu karena Delta bukan lagi si tertuduh. Akan tetapi, jika hal itu terjadi, orang-orang akan menganggapnya aneh dan kehidupan SMA-nya akan berubah total.

Sementara untuk Lika....

Cowok itu meliriknya melalui spion. Cewek ini memiliki rahasia. Mencurigakan. Delta selalu mencuri pandang saat Lika mencoba mengendalikan emosi dengan mengatur napas, atau bertingkah sinis untuk menutupi ekspresi wajahnya. Delta harus hati-hati sambil tetap berada di sisinya. Siapa tahu, Lika memberi sesuatu yang dapat membantu di masa mendatang.

Delta memarkirkan motor di halaman kafe Summer, lalu melepas helm. Lika turun, melepas helm dan menyerahkannya pada Delta. Cowok itu mengaitkan helm pada kaca spion lalu menyugar rambutnya yang lepek karena memakai helm. Lika melakulan hal serupa dan memastikan penampilannya tetap rapi melalui kaca spion motor.

"Mereka udah di sini?" tanya Lika.

Delta mengangkat bahu dan berjalan lebih dulu memasuki kafe. Cowok itu tidak tahu apakah informan yang ingin ditemui sudah di sini atau belum. Dia tidak membawa ponsel sehingga bisa memastikan keberadaan mereka. Sesampainya di dalam kafe, pandangannya menatap sekeliling dan tersenyum puas saat mengenali Resya dan Julian. Dua orang itu sedang duduk di salah satu meja dekat jendela.

Wajah Resya dan Julian diketahuinya lewat sosial media. Dreval mencari tahu dan berhasil menemukan foto mereka. Delta merekam potret dua orang itu di kepala setelah melihatnya selama beberapa detik melalui ponsel yang berjarak lebih dari satu meter.

"Resya? Julian?" Delta memastikan setelah berdiri di dekat mereka. Lika berhasil menyusul dan berdiri di sampingnya.

Kedua orang yang sedang asyik mengobrol itu mendongak dan mengangguk. Raut wajah mereka ramah. Delta menebak mereka tidak pulang dulu ke rumah karena masih memakai seragam sekolah. Satu tangannya segera meraih salah satu kursi dan duduk. Lika ikut duduk di sampingnya. Resya dan Julian tidak berada di satu angkatan yang sama. Resya berada di kelas 12 sementara Julian di kelas 10. Penampilan mereka tidak jauh berbeda. Sama-sama berpenampilan rapi dan menarik meski memakai seragam. Rambut sebahu Resya dihiasi jepit-jepit kecil dan tangannya memakai berbagai gelang yang terbuat dari kain dan manik-manik. Sementara Julian tampak menonjol dengan jaket jins yang melekat di tubuh bagian atasnya.

"Makasih udah mau datang," kata Delta. "Sori gue ganggu waktu kalian."

Julian mengibaskan tangan sambil lalu. "Nggak apa-apa. Gue senang lo mau bongkar kasus ini lagi."

"Betul," dukung Resya. "Gue bakal seneng kalau pelaku pencuri ponsel gue tertangkap."

Lika diam di tempat, bertindak sebagai pengamat. Delta tampak serius memperhatikan dua orang di depannya, lalu mengangguk paham. Ada sedikit rona ramah di wajah cowok itu. Lika merasa iri karena Resya dan Julian bisa mendapatkannya.

"Kalian mau pesan minum? Kita udah pesan minum," kata Julian sambil menunjuk dua gelas di atas meja.

Delta mengibaskan tangan. "Sejujurnya, kita nggak sabar denger cerita kalian."

Julian tidak kaget dengan jawaban itu, malahan mengangguk paham. "Kalian pasti sangat ingin menangkap si pelaku."

"Sangat," tegas Delta.

Julian melirik Resya. "Lo mau cerita duluan?"

Resya menggeleng. "Lo aja."

Julian mulai bercerita dan semua orang mendengarkan dengan saksama. "Orang ini cukup supel dan mudah dikenal sama banyak orang. Dia cowok. Nggak termasuk cowok nakal dan nggak termasuk cowok kutu buku juga. Dia normal. Kayak cowok pada umumnya. Suka main, males belajar dan dikit-dikit bikin ulah. Dia kakak kelas gue dan adik kelas Resya."

Kelas sebelas, pikir Delta. Cara bercerita Julian patut diacungi jempol. Dia membuka cerita dengan si tertuduh versinya dan membuat Delta penasaran bukan main.

"Saat itu gue di kantin, bareng temen deket sekelas gue. Nah, salah satu temen gue kenal sama dia dan ajak dia buat gabung di meja kita. Gue oke aja, karena di beberapa kesempatan kita pernah saling sapa. Dia duduk di sebelah gue. Nggak ada yang aneh selama kita semua ngobrol sambil makan. Tapi pas kita bubar karena udah ada bel masuk, gue baru sadar kalau ponsel gue yang disimpan di saku jaket ini hilang. Gue langsung menduga kalau dia pelakunya. Secara, dia duduk di samping gue dan bisa saja ambil ponsel gue saat gue lengah. Tapi, pas gue suruh semua orang diam dan nyari ponsel gue di antara mereka, ponsel gue nggak ada di siapa pun.

Gue nggak paham permainan apa yang dia mainkan. Saat itu juga gue agak panik sampai mungkin nggak bisa fokus buat nyari ponsel gue. Tapi gue yakin dia pelakunya. Gue lihat sekilas tangannya terulur ke belakang tubuh gue pas gue lagi fokus ngobrol. Alasannya botol minum dia jatuh. Tapi yang gue bingung, ponsel gue hilang dari tempat kejadian. Seolah ada orang lain yang berhasil membawa ponsel itu. Gue pengen menjadikan dia tersangka, tapi nggak ada bukti sama sekali kecuali praduga. Akhirnya, ponsel gue raib gitu aja dan kasus ini ditutup sama guru BK. Well, sejujurnya gue nggak bisa terlalu mengandalkan Pak Dodi sebagai guru BK. Dia agak ... lo tahulah."

Delta setuju. Pak Dodi memang "tidak beres". Lihat saja apa yang terjadi pada Delta saat ini. Dia terpaksa mencari pelaku pencurian ponsel Lika karena tidak sengaja melempar "barang bukti".

Dia akhirnya menyuarakan hal yang paling ingin diketahuinya. "Cowok itu adalah?"

Julian menjawab dengan sorot mata penuh keyakinan. "Arik."

Delta mendengar Lika terkesiap di sampingnya. Dia melirik. Bola mata cewek itu membulat dan tubuhnya kaku bak tersambar petir. Ada sorot tidak percaya sekaligus amarah di matanya. Lika mengerjap untuk mengendalikan diri lalu membenarkan posisi duduk agar lebih nyaman. Mencoba terlihat biasa-biasa saja, seolah responsnya barusan tidak pernah terjadi.

Aneh.

Delta menyimpulkan memang ada yang tidak beres dengan cewek itu.

***

Ada yang baca novel ini? Komen, dong....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro