(1) Boy Crush

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ah, Xingqiu, Chongyun!"

Kedua laki-laki yang dipanggil itu sontak menoleh, mendapati seorang laki-laki berambut pirang tengah berjalan ke arah mereka seraya melambaikan tangannya. Ia diikuti dua laki-laki lainnya.

"Selamat pagi, Mika," sapa Xingqiu, mengangkat tangannya untuk membalas lambaiannya. Ia terkekeh kecil menyadari Chongyun mulai panik harus menghadapi dua orang tak dikenal di belakang Mika.

"Halo! Kalian sudah menunggu lama?" tanya Mika begitu ia telah berada di hadapan mereka berdua.

Xingqiu menggelengkan kepala. "Tidak juga, kami masih menunggu Xiangling, Yunjin, dan Pak Zhongli. Mereka akan membawa Qiqi."

"Baguslah kalau begitu," Mika menghela napas sebelum seketika teringat akan dua laki-laki lain di belakangnya itu. "Oh! Kalian belum kenal satu sama lain, 'kan? Xingqiu, Chongyun, ini Bennett dan Razor dari Adventurer's Guild."

"Halo! Aku Bennett," laki-laki yang bernama Bennett itu mengangkat suara seraya tersenyum lebar. "Ini Razor. Maafkan dia kalau dia tak banyak bicara ya. Dia tak terbiasa dengan orang banyak."

Razor, yang berada di sebelahnya, hanya mengangguk sebagai perkenalan, membuktikan perkataan Bennett.

"Salam kenal, Bennett, Razor," Xingqiu membalas. "Panggil saja aku Xingqiu."

"H-Halo. Aku Chongyun," ujar Chongyun yang akhirnya membuka suara setelah panik sejenak.

"Mohon bantuannya untuk beberapa hari ke depan ya!" seru Bennett bersemangat. "Aku tak sabar bertemu dengan yang lainnya. Aku telah mendengar banyak cerita dari Mika dan Sir Kaeya!"

Meskipun tak mengatakan apapun, Razor mengangguk antusias, menyetujui perkataan Bennett.

"Ngomongin Sir Kaeya, apa dia berhasil membujuk Klee dan Diona?" Mika bertanya.

"Mungkin dengan bantuan Noelle dan Barbara?" Bennett meringis, mengingat banyaknya bom yang ingin Klee bawa tadi pagi.

"Oh? Aku mencium cerita menarik," Xingqiu menyela penasaran.

Sisa waktu mereka dihabiskan dengan cerita Klee dan kenakalannya di Mondstadt. 'Sir Kaeya', yang seharusnya bertindak sebagai penjaganya, seringkali malah berperan sebagai pendukung kenakalan Klee.

Tak lama, seperti tahu sedang dibicarakan, seorang anak kecil yang kini grup itu ketahui sebagai Klee datang berlari ke arah mereka.

"Klee! Hati-hati bajumu kotor!" teriak seorang pria yang tengah menyusul si cilik dengan cukup santai.

Mendengar suara itu, Klee memelankan kecepatan berlarinya sebelum berbalik untuk menunggu pria itu, bersama dengan tiga perempuan lain yang mengekorinya. "Ayo, cepat, Kak Kaeya, Diona, Barbara, Noelle!"

"Seru lari-lari, hm?" Pria berambut biru itu bertanya begitu berhasil menyusul Klee. Ia beralih menatap yang lain ketika perhatian anak kecil itu beralih pada Diona, Barbara, dan Noelle yang menyusul di belakangnya. "Halo! Maaf kami agak terlambat. Ada seseorang yang sangat ingin membawa eksperimennya, tapi akhirnya sudah ditinggalkan di rumah."

"Sir Kaeya! Bom Klee akhirnya ditinggal? Untunglah," Mika tersenyum lega. "Oh, ini Xingqiu dan Chongyun! Xingqiu, Chongyun, ini Sir Kaeya yang aku ceritakan tadi."

"Oh? Aku dibicarakan?" Kaeya mengangkat alisnya, tapi akhirnya tertawa kecil. "Yang baik-baik, 'kan, Mika?"

"Em," Mika bergumam, membuat Kaeya tertawa lagi.

"Bercanda, Mika. Jangan takut begitu," kekeh Kaeya sebelum akhirnya beralih pada Xingqiu dan Chongyun lagi. "Aku juga sering mendengar tentang kalian dari Mika. Salam kenal, Xingqiu, Chongyun. Mohon bantuannya untuk beberapa hari ke depan ya."

"Salam kenal dan mohon bantuannya juga, Sir Kaeya," Xingqiu berujar, tersenyum kecil melihat tingkah Mika.

"Duh, kalian terkena virus Mika dan Bennett juga? Tidak usah panggil aku 'Sir', panggil saja Kaeya, seperti Razor, hm?" Kaeya bergerak menepuk kepala Razor pelan, yang dibalas dengan usekan pipi Razor pada telapak tangannya.

"Tapi panggilan 'Sir' untuk Sir Kaeya paling tepat," balas Bennett, sedikit resah memikirkan tidak memanggil seseorang seperti Kaeya dengan panggilan penuh hormat.

"Setidaknya panggil aku dengan sebutan 'kak'," Kaeya cemberut, membuat Mika dan Bennett panik lagi. Hanya selang beberapa detik, Kaeya sudah tertawa lagi, berusaha menenangkan mereka berdua.

"Hm, untunglah pengawas dari Monstadt terlihat seru," Xingqiu berkata pada Chongyun. Ketika ia tidak mendapatkan balasan, ia menoleh untuk mendapatkan temannya itu masih menatap Kaeya terang-terangan, dengan kedua mata terbuka lebar dan pipi yang merah.

Oh.

Ohhhhh.

Xingqiu tak berhasil menahan tawa. Suara tawanya itu berhasil mengambil perhatian dari temannya dan membuat kedua pipinya semakin merah.

"Oh? Ada yang suka seseorang nih?" Xingqiu terkekeh, senang ada yang bisa ia jahili dari temannya selama acara camping ini.

"A- Itu- Aku- Ahh! Xingqiu!" seru Chongyun masih dengan pipi merah, kesal karena dijahili dan kesal karena temannya itu benar.

Lagi pula, apa salahnya? Sir Kaeya ini tampan, cantik, dan ramah dalam satu paket.

"Kamu suka Kaeya?"

Pertanyaan itu membuat keduanya tersontak kaget, tidak menyadari ada orang lain selain mereka yang tengah mendengarkan. Keduanya menoleh mendapati Razor tengah menatap mereka dengan kepala yang sedikit dimiringkan. Kaeya dan Mika telah berpisah, berbincang dengan yang lain dari Mondstadt.

"Eh? Eh?!" Chongyun kebingungan harus menjawab apa. Apa Razor marah dia menyukai seseorang yang mungkin merupakan role model-nya?

Tanpa diduga, Razor kembali melanjutkan, "Aku juga suka Kaeya."

"Ha?"

Kali ini, Xingqiu sama kagetnya dengan Chongyun.

Jadi, Razor bukan marah, tapi ... mencari teman?

"Kaeya cantik," Razor menambahkan. "Baik. Kuat."

Chongyun kebingungan, tapi mengangguk setuju. "...Bagaimana rasanya dielus Sir Kaeya?"

"Enak. Lembut. Terbaik," Razor menjawab, seakan-akan seorang pengulas makanan handal.

Meski—masih lagi-lagi—kebingungan, mata Chongyun berbinar, membayangkan deskripsi Razor.

"Mika juga suka Kaeya," lanjut Razor tanpa dosa.

"Oh? Uh," Chongyun yang masih mencerna apa yang baru saja terjadi mengerjapkan matanya beberapa kali. "Bagus?"

Razor mengangguk. "Tunggu."

Dengan itu, laki-laki itu pergi meninggalkan mereka berdua. Hanya untuk sesaat, sebelum Razor kembali dengan Mika di sampingnya.

"Mika, Chongyun juga suka Kaeya."

"Eh?" Laki-laki berambut pirang itu tampak bingung sejenak sebelum kedua matanya terbelalak. "Oh! Serius? Chongyun?"

"Em," Chongyun hanya mengangguk, masih kebingungan. "Ya?"

"Ehhh?!" seru Mika, kini tampak semangat. Ia menjabat tangan Chongyun dengan antusias. "Selamat bergabung di klub kami!"

"Klub?"

"Oh, ya, banyak sekali yang suka dengan Sir Kaeya di Mondstadt. Bisa dibilang banyak pesaing, tapi kami sadar diri tidak bisa bersanding di sebelah seseorang seperti Sir Kaeya," Mika menjelaskan dengan wajah serius. "Beberapa dari kami berkumpul setiap minggu sebagai acara klub."

Wow, pikir Xingqiu, ternyata di Mondstadt ada fanclub lokal juga, seperti punya Pak Zhongli.

"Apa seorang dari Liyue boleh bergabung?" Chongyun bertanya malu-malu.

Mika mengangguk, masih sangat bersemangat, kini lebih terlihat seperti seorang penjual kaki lima yang tengah meyakinkan pembelinya untuk berbisnis. "Kami menerima dari berbagai kalangan kok! Ada seorang dari Inazuma yang datang setiap bulan ke sini untuk bertemu."

Sebelum Chongyun bisa meminta detail lebih lanjut, Kaeya datang menghampiri, memotong pembicaraan mereka. "Halo, maaf mengganggu pembicaraan kalian, tapi benarkah dua pria ini yang akan mendampingi dari Liyue?"

Zhongli, salah satu pria yang ditunjuk Kaeya, menganggukkan kepalanya kepada mereka berempat, menunjuk Qiqi yang menempel pada kakinya. Ia tampak sengaja mengabaikan pria di sampingnya, seseorang yang Xingqiu dan Chongyun tidak duga akan datang.

"Em," Chongyun bergumam, tidak tahu bagaimana cara memberi tahu Kaeya mengenai betapa berantakannya suasana di antara Zhongli dan Childe—belum lagi mengenai pekerjaan pria berambut oranye itu.

"Dia dari Fatui ya?" Kaeya berbisik pada mereka. Wajahnya serius, tapi masih tersenyum ramah. "Dia sedikit memaksa ikut dan sepertinya pengawal kalian yang satu lagi tidak begitu masalah dengannya, tapi kalau dia ada macam-macam dengan kalian beri tahu aku ya?"

Penasaran, Chongyun memutuskan untuk bertanya. "Sir Kaeya tahu dari mana kalau Childe itu...?"

"Jangan pakai 'Sir'!" Kaeya pura-pura cemberut lagi, melupakan ekspresi seriusnya beberapa detik yang lalu. "Dan, heh, anggap saja aku mahatahu." Dia mengakhiri kalimatnya dengan sebuah kedipan mata dan senyum rahasia.

Kali ini, Xingqiu bisa mengerti perasaan Chongyun. Ia berusaha menahan tawanya ketika menyadari ketiga laki-laki di sampingnya itu tengah membatu, salah tingkah setelah kelakuan Kaeya.

"Baiklah, ayo kita berangkat saja sebelum makin siang," Kaeya berujar, senyuman ramah kembali di wajahnya. Ia kembali berjalan menjauh, menghampiri Klee, Diona, dan Qiqi yang sedang berbincang.

Xingqiu, yang melihat temannya berubah menjadi seorang fanboy di depan matanya sendiri, kali ini bisa tertawa lepas. Wajah Chongyun sangat merah sekarang.

"Barusan!" seru Chongyun, berbalik menatap Mika dan Razor.

"Kan!" Mika balas berseru, diikuti dengan anggukan semangat Razor.

Tawa Xingqiu kembali meledak ketika ia menyadari bagaimana Chongyun mencuri pandang pada Kaeya—yang terlihat sadar akan kelakuan aneh anak itu, tapi tidak tahu alasan dibaliknya dan terlalu baik untuk berasumsi yang tidak-tidak—selama perjalanan mereka menuju Bishui Plain.

Camping selama beberapa hari ke depan akan menyenangkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro