12 • Whatever.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebuah benda berbentuk bulat diletakkan di atas motherboard komputer pada ruang tersebut. Begitu menempel, benda tersebut menyala, terkoneksi dengan jam tangan yang dikenakan oleh Ana. Gadis itu kemudian memperhatikan jam tangannya yang sekarang sudah memulai proses pengunduhan data. Teknologi buatan LexCorp memang unggul, mencuri keseluruhan data kapal ternyata tidak membutuhkan waktu sampai satu menit. Hanya dalam hitungan detik saja, semuanya sudah terunduh sempurna.

Namun, kini Ana dilanda pertanyaan dalam otaknya. Kapan dia akan membaca seluruh data yang telah dicurinya? Dia bukan kakak perempuannya yang betul-betul hobi membaca sampai sekian bacaan dalam sehari. Apalagi dia dikejar-kejar oleh waktu. Dalam waktu beberapa puluh menit ke depan, mereka harus membawa kapal ke Gotham Pier untuk menumpaskan rekan penjahat dari The Gotham Syndicate. Untuk informasi lengkap yang diperlukannya lebih baik nanti saja.

"Kamu bisa mengemudikan kapal?" Ana bertanya pada Red Hood yang sekarang menggunakan senter khusus memancarkan cahaya berwarna biru dan disorotkan pada sekitar dinding. Ana tidak tahu apa yang hendak dilakukan dan sedang direncanakan oleh lelaki itu.

"Untuk apa?" Red Hood bertanya balik.

"Tentu saja untuk menuju ke Gotham Pier." Ana menjawab.

Kepala Red Hood memiring sedikit, ekspresi pada topeng yang bisa menirukan mimik muka pemiliknya itu sekarang berubah menjadi persegi panjang kecil pada bagian mata dan bentuk khas seperti cemberut pada bagian mulut. Lantas, Red Hood berkata, "Tidak ada apa-apa di Gotham Pier."

"Bukan di pusatnya tetapi di titik buta. Berdasarkan informasi yang kudapatkan, kapal ini akan menuju ke titik pertemuan di tengah-tengah perairan Metropolis dan Gotham yang kemudian akan melakukan pemberhentian terakhir di titik buta Gotham Pier." Ana menjelaskan tetapi si lawan bicara itu malah memalingkan punggung dan lanjut beraktivitas seakan tidak tertarik dengan penjelasan barusan.

"Amatir," komentar Red Hood tanpa menolehkan pandang.

"Apa?!" Terheran Ana mendengar komentar singkat tersebut atas ucapan panjangnya. Dia sudah memberikan segala hal yang diketahui olehnya tetapi respon yang didapat malah ejekan.

Belum sempat Ana melanjutkan ucapan untuk menunjukkan ketidaksukaan dan protes atas ucapan partner satu kapalnya barusan, tetapi Red Hood sudah lebih dulu berbicara, "Itu jebakan."

"Apa?"

Decakan lidah keluar dari Red Hood. "Apa kau hanya bisa berkata apa?"

"Apanya yang apa, Red Hood?"

Red Hood berdecak lagi. "Ah, sudahlah. Pokoknya kapal ini tidak akan menuju ke sana."

"Aku butuh penjelasan!" Ana berseru. Akan tetapi ia tersentak hanya sepersekian detik lalu kembali berucap, "Tidak dijelaskan juga tidak apa, sih. Aku tetap akan mengikutimu, Say–Red Hood!"

Ana yakin, Red Hood meskipun cukup bar-bar dalam pertarungan tetapi bukanlah orang yang bodoh dalam menyelidiki sesuatu. Bisa jadi, dia yang baru pertama kali keluar dalam menjalankan misi seberbahaya ini terlepas satu atau dua klu. Terbukti dengan kata jebakan yang sedari sebelumnya Red Hood sudah sampaikan. Mungkin tempat itu memang jebakan sehingga mengikuti sang pujaan kini menjadi pilihan.

"Tidak perlu. Amatir sepertimu bisa langsung pulang." Begitu lancar mulut Red Hood dalam melontarkan ejekan.

"Aku bukan amatir," beo Ana tidak terima.

"Orang yang baru memikirkan nama setengah jam yang lalu mau mengaku apa kalau bukan amatir?" Pedas. Mengapa mulut Red Hood bisa begitu pedas? Ana sudah tahu itu tapi tetap saja membuatnya dongkol. Namun, ucapan itu memang tidak lagi bisa dia bantah.

"Whatever." Bola mata Ana bergerak malas. "Lalu, apa rencanamu?"

"Untuk apa kau tahu?"

Helaan napas Ana hembuskan cukup panjang. Agaknya pembicaraannya dengan Red Hood cukup sering pertanyaan dibalas pula dengan pertanyaan. "Bagaimana aku akan mengikutimu jika aku tidak tahu rencananya."

"Aku terbiasa bekerja sendiri."

"Tapi berdua itu asyik, loh." Ana mengedip-ngedipkan mata tetapi topeng mata yang dikenakan olehnya tidak menunjukkan apa-apa sehingga Red Hood tidak melihatnya. Akan tetapi, dari nadanya yang berbicara goda-goda tersampaikan ke telinga Red Hood.

"Ck, kau benar-benar menyebal–"

Dua orang di ruang kemudi itu sama-sama terdiam setelah muncul bunyi beep panjang melalui senter di pegangan Red Hood. Lantas Red Hood memperhatikan bunyi tersebut yang semakin nyaring dan lebih nyaring lagi seiring dia yang menggeser posisi senter. Red Hood baru berhenti menggerakkan senter ketika cahaya yang awalnya berwarna biru itu berubah menjadi merah di sisi samping dinding dekat meja tempat bermain judi anak kapal.

"Ada apa?" Ana bertanya penasaran, mendekat ke arah Red Hood dan berdiri di sampingnya untuk mencari tahu juga.

"Minggir!" Red Hood berseru dingin.

"Ih dasar jutek!" Ana balas berseru.

Red Hood tidak lagi mengindahkan suara Ana dan hanya mulai menggunakan bor untuk melubangi dinding pada bagian yang bertanda merah oleh senter. Red Hood merasakan adanya rongga di ujung bornya sana, dia melubangi dinding tersebut dalam bentuk kotak. Lantas, dinding pada bagian yang sudah kotak tersebut bisa dengan mudah dia ambil, memperlihatkan sesuatu yang membuat keduanya tercengang di balik dinding berongga tersebut.

"Ini ... bom!" seru Ana, cukup terkejut ketika melihat hitungan mundur bom tersebut sudah berada di angka sepuluh detik.

"Fuck!" Red Hood mengumpat.

"Anak-anak!" Ana berseru lagi, teringat pada anak-anak di ruang penyimpanan barang terkurung dalam sangkar.

Bunyi beep sekarang terdengar lagi, bukan dari senter Red Hood melainkan dari bom di dinding yang detiknya sudah mulai bergerak mundur ke angka sembilan.

.
.

Senin, 12 Agustus 2024, 19:00 WIB.

A/N : Kayaknya jiwa aksi sudah mendarah daging, meski niat awal membuat cerita ini adalah bikin romansa angst ternyata malah jadi Action kebanyakan. Rasa ingin ganti judul tapi sayang dah sejauh ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro