10; Superhero

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa-apaan ini?"

Keempat orang tampak memasuki sebuah rumah. Rumah dimana Laura mantan isteri sekaligus menjadi sahabat Clint saat ini berada bersama dengan semua anak Clint. Clint, Pietro, Wanda, dan juga Vision baru saja menyelesaikan misi mereka yang dilakukan cukup lama, dan Clint datang untuk menjemput Nathaniel saat melihat berita di TV. Tentu saja mereka tidak mengetahui tentang penyakit Peter ataupun tentang identitas Peter yang diketahui oleh dunia.

"Ada apa oldman?"

Pietro mendengar suara Clint saat mereka sedang mencari Sam, Bucky, dan juga Natasha. Clint sedang menonton berita, yang kebetulan menunjukkan berita tentang Peter. Tentang bagaimana identitasnya diketahui, dan bagaimana ia terlihat bersama dengan Steve dan Tony di rumah sakit. 

Ia bahkan cukup kaget karena Steve dan Tony bersama begitu saja. Bukannya ia tidak senang, namun mengenal Tony hampir 20 tahun, ia tahu jika apa yang terjadi bukan hal yang kecil. Ia membesarkan volume berita di depannya agar Wanda, Vision, dan Pietro bisa mendengarnya.

...

"Apakah ini ada hubungannya dengan tidak adanya Bucky, Sam, dan juga Natasha?" Wanda berspekulasi dan menatap semua orang yang terdiam, dan setuju dengan apa yang dikatakan oleh Natasha.

"Kurasa sebaiknya kau menghubungi mereka Clint."

.
.

Apa yang kau lakukan di sekolah hari ini?

Peter menjalani hari-hari setelah itu seperti biasa. Ia sudah mulai terbiasa untuk bangun dengan sedikit rasa sakit, ataupun mendadak tubuhnya sangat lemah. Terpaksa, jika seperti itu ia akan membatasi dirinya seperti meminta izin untuk tidak berolah raga, atau tidak masuk sekolah. Kepala sekolah sudah diberitahu tentang keadaannya, hingga ia menyetujui jika Peter mendapatkan dispensasi jika keadaan tubuhnya kurang baik.

Selain kegiatan baru itu, Wade juga sering menghubunginya untuk memastikan ia sudah makan ataupun minum obat. Memang, setelah kencan itu mereka bertukar nomor. Satu hal yang tidak begitu disetujui oleh Harley dan juga Tony, namun Steve membantu Peter berusaha untuk membujuk Tony agar Peter mendapatkan teman baru.

Alasan yang sebenarnya sedikit dipaksakan mengingat bagaimana Peter benar-benar terdistrak oleh pesan-pesan dari yang entah sejak kapan ia tunggu.

"Peter, bisa kau turunkan dulu handphonemu saat makan?"

Peter tersentak mendengar suara Steve dan ia bahkan lupa jika saat itu ia sedang makan bersama dengan Steve, Tony, Harley, Morgan, Bucky, Sam, Natasha, Pepper, dan juga Rhodey. Wajahnya memerah saat menyadari hal itu, dan ia segera menuruti perkataan ayahnya.

"Maaf pops..."

"Peter selalu tersenyum saat membaca pesan dari Wade," Morgan tampak berbicara dengan nada polos. Peter yang tampak kembali memakan makanannya tampak tersedak mendadak, dan Steve menepuk-nepuk punggungnya. 

"Begitukah?"

"Ya, aku sudah bisa membaca dengan lancar bukan daddy," Morgan tampak bangga dengan apa yang ia lakukan, dan Tony tampak tersenyum dan mengangguk. 

"Bu-bukan hanya... bukan hanya Wade, Ned, MJ, aku selalu tersenyum kalau ada yang lucu yang mereka bicarakan," Peter tampak membela diri dan memalingkan wajahnya yang mendadak terasa panas.

"Eeeeh, jadi siapa Wade yang dimaksud oleh Morgan?" Bucky tampak tersenyum penuh arti dan menatap kearah Peter yang makin salah tingkah karena Bucky dan Sam menatapnya begitu juga dengan Pepper.

"Wade Winston Wilson, anak angkat dari Logan," Natasha tampak santai mengatakan hal itu.

"Wilson?"

"Sama dengan nama belakang masa depanmu James," Natasha balik menggoda Bucky yang tampak menatap Natasha tajam. Sam tampak memiringkan kepalanya bingung, ia tidak begitu lagi membicarakan tentang hubungan lebih lanjut pada Bucky setelah pembicaraan tentang anak dengannya.

"Kudengar ia juga dirawat di rumah sakit itu?"

"Ya, ia juga terkena kanker," Peter tampak tidak menatap semua keluarganya yang mendadak hening. Tentu Sam, Bucky, dan Pepper tidak mengetahui hal itu karena mereka belum pernah menjenguk Peter di rumah sakit, "ia punya adik perempuan yang usianya lebih tua sedikit darimu kau tahu Morgan?"

"Benarkah? Apakah lain kali aku bisa ikut denganmu dan bermain dengannya?" Peter mengangguk dan Tony hanya menghela napas. Ia tidak bisa melarang Peter untuk menemui Wade, "ngomong-ngomong, bagaimana Laura bisa tahu nomor kalian?"

"Logan memberikan nomornya pada kami. Jika anaknya melakukan 'hal bodoh' padamu," Tony memberikan isyarat tanda petik dengan kedua tangannya.

"Bukankah seharusnya Wade yang diberi nomor kalian?"

"Logan bilang Laura lebih dewasa darinya," dan Peter sweatdrop mendengarnya sembari tertawa. Perbincangan itu tampak mengalir sebelum suara handphone berbunyi mendistrak mereka, Steve melihat handphone di tangannya.

"Apa yang terjadi Steve?"

Ia tidak melihat siapa yang tertera di layar saat itu, namun dari suaranya tentu saja ia segera menebak jika itu adalah Clint. Ia menatap Tony yang juga menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Ia menggerakkan mulutnya, mengatakan 'Clint' hingga Tony menyadari jika sisa anggota tim tidak ada yang mengetahui tentang penyakit Peter.

"Uh, aku akan mengatakannya nanti. Bagaimana kalau kau datang kemari dengan semua anggota tim?"

"Steve, ada apa? Ada sesuatu yang terjadi? Karena semua orang cemas, dan aku butuh jawaban sekarang," Clint jarang berbicara dengan nada serius seperti itu. Steve tampak berdiri dan sedikit berbisik. Ia menatap Peter yang masih mengobrol dengan Bucky dan Natasha. Ia berdiri, berjalan menuju ke tempat yang lebih privasi.

"Apakah kau bersama dengan yang lain?"

"Begitulah."

"Bisa kau nyalakan speaker? Kurasa... kurasa aku tidak bisa mengatakannya lebih dari satu kali," Steve tampak menyender pada dinding dan menatap kearah langit-langit. Tidak ada suara apapun dari sebrang sana, "uh, apakah saat ini semua orang sedang duduk?"

"Wha--katakan saja sekarang Steve!"

"Aku serius, kurasa kalian harus duduk saat ini," Steve menghela napas dan mengacak sedikit rambutnya. Mengatakan tentang keadaan Peter selalu menjadi sesuatu yang berat. Clint sepertinya mengerti bagaimana seriusnya perkataan dari Steve, "i-ini... sangat buruk."

...

"Baiklah, baiklah kami sudah duduk," Steve bisa mendengar suara Wanda yang sama bingungnya dengan Clint. Steve menutup matanya dan mengusap dengan sebelah tangannya yang tidak memegang handphone. Ia menarik napasnya.

"Ini tentang Peter," Steve berbisik dan tampak lelah hanya karena mengatakan hal itu, "ia... Peter sakit. Parah. Sangat parah. Ia terkena kanker..."

Steve membiarkan beberapa menit keheningan itu seolah Clint membutuhkan waktu untuk mencerna. Ia mendengar Wanda tersentak, sepertinya yang paling cepat untuk mencerna perkataan darinya.

"...apa?"

"K-kanker otak. Stadium empat, dan kami tidak tahu apakah kanker itu sudah menjalar atau tidak. Tetapi, ada kemungkinan--" Steve menutup mulutnya saat suaranya hampir gemetar. Ia tidak bisa melanjutkan perkataannya, "maaf... apakah suaraku terdengar? Aku tidak... aku tidak bisa melanjutkannya lagi."

"Tidak... u-uh, itu mustahil bukan? Tidak anak itu. Tidak--tidak Peter. Ia--"

"Aku tahu, itulah sebabnya kami memutuskan untuk tinggal bersama dan pindah ke menara Avengers. Maaf, keadaan sangat kacau hingga kami tidak sempat mengabarimu..."

"Tidak. Tidak. Aku mengerti," memiliki anak juga, Clint tentu mengerti bagaimana mendengar bagaimana jika anaknya sakit parah. Terutama ia sangat dekat dengan Peter yang selalu membantunya untuk menjahili semua anggota Avengers lainnya dulu, "stadium... stadium empat? Itu... oh god, itu sangat mengerikan."

Clint sepertinya memberikan handphonenya pada seseorang, ia mendengar suara pemuda itu tampak gemetar. 

"Hei," Pietro, Steve hanya tersenyum mendengar suara itu, "apakah... aku bisa datang sekarang. Tetapi tidak bisa cukup cepat. Kami sedang berada di rumah Clint."

"Kau baru saja kembali dari misi," Steve menghela napas, "tenang saja, saat ini ia baik-baik saja. Kalian bisa menggunakan transportasi biasa."

"Tidak perlu," Steve terkejut mendengar suara Tony. Tony tampak berada di belakangnya dan meminta handphone itu. Steve memberikannya begitu saja, "aku akan mengirimkan pesawat Quinjet. Kalian bisa sampai 3 jam lagi."

"Oh, uh terima kasih untukmu Mr. Stark," Pietro masih sangat canggung didepan Tony. Namun ia tidak lagi membenci Tony, terutama saat ia membantu Wanda yang hampir ditangkap karena menghancurkan beberapa bangunan dan menewaskan beberapa orang.

"Fri, segera kirimkan pesawat untuk mereka," Tony tampak segera memberikan handphonenya lagi pada Steve yang menerimanya dan tersenyum pada Tony. 

"Terima kasih Tony..."

.
.

Steve berdiri di anggar Quinjet yang ada di lantai tengah dari Stark Industry. Ia melihat pesawat Quinjet yang akan mendarat disana, sudah menunggu Clint dan yang lainnya yang sudah menghubungi jika mereka akan segera tiba di menara Stark. 

Benar saja, tidak sampai 5 menit setelah Steve tiba, pesawat itu sudah tiba dan mendarat beberapa meter darinya. Pintu terbuka, dan menampakkan Wanda yang tampak segera berlari dan memeluk Steve. Steve bisa melihat wajah Wanda yang sedikit sembab dan juga bagaimana bekas air mata masih ada di pipinya.

"Oh Steve..."

"Tidak apa-apa Wanda," Steve tampak membalas pelukan Wanda dan mengusap punggungnya, "aku tidak apa-apa..."

Wanda tampak melepaskan pelukannya, memperhatikan dengan baik raut wajah Steve yang tampak sangat lelah. Senyumannya tampak sangat dipaksakan, dan bahkan Wanda tidak perlu membaca pikiran Steve untuk tahu jika Steve sangat hancur karena ini. 

"Hei Cap," kali ini Clint, dan juga Pietro juga Vision. Di gendongan Clint, tampak Nathaniel yang tertidur. Wanda sedikit menyingkir dan membiarkan Clint memeluknya singkat.

"Penerbangan kalian nyaman?"

Clint melepaskan pelukan itu dan tampak menatap Steve dengan tatapan berhenti dengan semua omong kosong basa basi itu. Dan Steve hanya tertawa pelan, dan menghela napas. 

"Baiklah, Peter saat ini sedang baik-baik saja. Hanya beberapa serangan pusing dan juga cepat lelah. Tetapi, kalian tidak bisa membayangkan ia yang dulu," Steve bergumam pelan dan menghela napas.

"Seburuk... itu?"

"Semuanya tidak sama seperti dulu Clint. Berat mengatakan hal ini, tetapi sebelum Peter sembuh, semua tidak akan kembali seperti dulu," Steve berbalik dan berjalan, diikuti oleh Clint dan juga yang lainnya.

"Ini... kacau," Clint tampak mengacak rambutnya dan menggerutu, "aku bahkan belum bisa mencernanya di kepalaku."

"Ya..."

Steve berjalan menuju ke ruang tengah Penthouse. Ia melihat Peter yang tampak sedang bermain dengan Bucky, Mario Kart

"Hei buddy," Steve mengusap kasar kepala Peter yang baru saja memenangkan permainan itu, "tebak siapa yang datang hari ini."

"Siapa?"

"Kau bilang itu kemenangan? Kau hanya menang dari seorang pria berusia 100 tahun buddy," Clint yang memang menjadi lawan bermain Peter saat mereka senggang tampak tertawa dan berjalan mendekati Peter. Peter membulatkan matanya, tampak berdiri dan berlari mendekati Clint. 

"Paman Clint! Hei, Pietro, Wanda, Paman Vision," Peter tampak sangat terlihat senang. Terutama ia juga melihat Nathaniel yang tampak terbangun perlahan dan melihat Peter.

"Peter!" Nathaniel tampak tersenyum senang dan mengangkat tangannya kearah Peter memintanya untuk menggendongnya. Tentu saja Peter tidak keberatan, menggendong anak berusia 3 tahun itu. 

Clint dan yang lainnya melihat Peter. Mereka masih memperhatikan sifatnya yang tidak berubah. Masih ramah dan murah senyum, pemuda yang sangat baik. Terlalu baik untuk mereka semua. 

"Senang bertemu denganmu lagi buddy, kami dengar kalau kedua ayahmu akhirnya berpikir jernih dan kembali bersama. Dengan begini aku kalah taruhan 50$ dari Nat, tetapi menang taruhan dari Pietro 100$," jawabnya sambil mengedipkan matanya.

"Taruhan?"

"Ups, lupakan," Clint tampak mengedipkan matanya dan Peter hanya tersenyum dan memiringkan kepalanya bingung. Clint tampak menatap Peter, menghela napas dan memeluknya pelan agar tidak menyakiti Nathaniel, "I missed you buddy."

Peter hanya tersenyum dan membalasnya dengan sebelah tangan. Clint terdiam, ia segera melepaskan pelukannya dengan pelan atau Peter akan menyadari jika tubuhnya menegang. Saat ia mendekap tubuh pemuda itu, ia baru menyadari. Perubahan Peter bukan hanya wajahnya yang tampak lebih pucat, namun tubuhnya lebih terlihat seperti tulang berbalut kulit.

Setelah itu Wanda, Pietro, dan juga Vision ikut memeluknya bergantian.

"Baiklah, ayo kita bermain Mario Kart dan menunjukkan pada Bucky bagaimana permainan yang sesungguhnya!" Clint tampak segera berjalan dan duduk di sofa, sementara Peter di sampingnya dan tampak mengambil salah satu consol.

Pietro segera muncul disamping Clint dan mengambil konsol ketiga. Bermain bersama dengan Peter juga Clint.

.
.

"Aku menang oldman, kau tidak akan mengalahkanku," Pietro tampak menatap kearah Clint dengan tatapan penuh ejekan. Clint tampak menatap tajam kearah Pietro yang mengalahkannya berulang kali, "Peter, bagaimana denganmu? Kenapa kau--Peter?"

Peter yang kalah dalam beberapa permainan dan tidak menyuarakan protes adalah hal yang baru. Saat Pietro melihatnya, Peter hanya menurunkan konsol game di tangannya dan memegangi pergelangan tangan kanannya. Rasa nyeri pada sendinya tampak muncul kembali. 

"Peter?"

Clint tampak mendekat dan melihat keadaan Peter yang tampak mengibaskan tangannya, "uh, kurasa aku sudah cukup lelah. Besok aku harus sekolah jadi kurasa aku akan tidur..."

...

"Selamat malam Paman Clint, Pietro," Peter tampak tertawa dan mengibaskan tangannya. Keduanya menoleh pada Peter hingga mereka tidak bisa melihat sosok itu lagi. 

"Clint, Pietro, kalian akan menggunakan kamar yang sama bukan? Aku sudah--"

"Apa yang terjadi pada tangannya?" Pietro yang bertanya sambil menatap kearah Steve yang baru saja bertanya pada mereka. Steve tampak terdiam, mencoba mengerti apa yang ditanyakan oleh Pietro sebelum ia bergumam oh pelan mengerti apa yang ditanyakan oleh Pietro.

"Dampak kemoterapinya dan kankernya. Terkadang tangan dan kakinya akan mendadak sakit hingga tidak bisa digerakkan," Steve tampak tersenyum miris, "tenang saja, kalau ia masih tersenyum itu artinya ia baik-baik saja. Dan ia tidak ingin kalian menghawatirkannya..."

Baik Clint maupun Pietro hanya diam tidak mengatakan apapun lagi pada Steve yang tampak meninggalkan mereka.

.
.

Ayahmu bilang kalau adikmu lebih dewasa darimu. Itulah sebabnya Laura punya nomor dari kedua ayahku.

Mulut Wade menganga melihat pesan yang diberikan oleh Peter. Ia menoleh pada Laura yang tampak sibuk dengan handphonenya dan tampak tidak memperhatikannya. Begitu juga dengan Logan yang memilih untuk tidur di sofa kamarnya. 

"Ayahku benar-benar kejam," Wade menunduk tampak kecewa. Laura sendiri mengalihkan perhatiannya, dan menatap Wade bingung. Terkadang kakaknya tidak bisa diketahui apa yang ada di pikirannya. Matanya tertuju pada handphone yang berada di posisi dimana ia bisa melihat kearah layar.

"Peter lagi?"

"Tentu, kau akan tahu jika kau juga bertukar pesan dengannya. Kalau bercerita dengannya, kurasa aku tidak pernah habis mencari topik pembicaraan."

"Aku tahu," Laura menunjuk handphonenya dimana Peter baru saja mengirimkan pesan padanya. Tentu saja Laura juga mengetahui nomor dari Peter dan mereka juga selalu bertukar pesan.

"Huh?"

"Kau tidak istimewa sampai mendapatkan nomornya. Kak Peter sangat baik untuk memberikan nomornya begitu saja padaku," Laura memutar bola matanya dan tampak menatap Wade. 

"Kau tidak pernah memanggilku kak."

"Kau mengatakan sesuatu?" Laura berpura-pura tidak mendengar gumaman dari Wade yang tampak dijawab oleh Wade dengan tawa pelannya yang berubah menjadi batuk yang pelan, namun perlahan ia tampak kewalahan karena batuk itu tidak berhenti bahkan semakin menjadi.

"Hei," Laura berdiri dari posisinya dan akan membantu Wade. Namun, Wade segera mengibaskan tangannya untuk menghentikan Laura yang akan membantunya. 

"Hack," Wade tampak mencoba untuk menghentikan batuknya, menutup mulutnya dengan sebelah tangan hanya untuk melihat sedikit dahak darah yang mengotori tangannya. 

"Ah, it taste like a shit!" Wade tampak mengumpat dan mengambil masker oksigen yang sudah dibawa oleh Laura saat ia akan membantu Wade, karena Wade juga sudah kewalahan untuk bernapas hanya karena batuk tadi.

"You're the one who looks like a shit."

Wade hanya tertawa mendengar itu dan tampak mulai tenang setelah beberapa saat ia mengatur napasnya, menarik napas dalam-dalam menggunakan masker oksigen itu. Laura hanya diam, seperti yang diinginkan Wade, dan hanya menatap kakaknya dengan tatapan datarnya.

.
.

"Besok adalah kemoterapimu bukan Peter? Bolehkan aku dan MJ datang?"

Tidak terasa, sudah 3 minggu lamanya semenjak ia menjalani kemoterapi pertamanya. Sejujurnya, ia sangat gugup dengan pengobatan ini. Ia cukup trauma dengan apa yang terjadi padanya saat kemo terakhir. 

"Uh, tentu saja Ned," ia tidak ingin membuat kedua temannya terlihat tidak diterima. Peter tersenyum, menatap pada Ned dan MJ yang menghela napas lega dan balas tersenyum.

"Aku akan membawakan beberapa lego yang belum kita selesaikan," Ned mencoba untuk seger mengalihkan pembicaraan mereka. Peter mendengarkan, hingga suara handphonenya berdering dan membuatnya terdistrak karena layar menunjukkan nama Wade disana.

Sudah siap untuk besok? :D 
Kau akan bertemu dengan pria tampan ini, Wade Wilson!

Peter sedikit tersedak karena perkataan Wade yang tampak sangat percaya diri. Ia tertawa pelan, dan tampak menggelengkan kepalanya.

Tentu saja Mr. Not To Ugly, aku sangat bersemangat untuk besok.

Ia sedikit menggunakan sarkas pada balasan pesannya tadi. 

Apakah adikmu akan ikut?
Morgan ingin bertemu dengan Laura saat aku menceritakannya.

Ya, ayahku baru saja pulang dari misi hari Sabtu. Jadi, hari Jumat aku harus menjaga Laura.

Bukankah kebalikannya? Laura yang harus menjagamu?

Kau sama kejamnya dengan dia babyboy D:
Aku sudah menyiapkan beberapa DVD film yang bisa kita tonton bersama dan beberapa permainan.

Katakan jika itu adalah Hello Kitty, film yang kau suka.

Laura benar-benar menghancurkan imageku didepanmu...

Peter kembali tertawa, ia dan juga Laura benar-benar suka untuk menggoda Wade. Meski tentu saja lebih banyak Wade menggoda Peter dengan kata-kata dan panggilannya. Ia baru saja akan membalas pesan Wade saat ia menoleh dan menemukan Ned dan MJ yang menatapnya lekat.

"Uh..."

"Lagi-lagi pesan dari Wilson," MJ segera menebak, karena memang selama ini mereka tidak pernah sekalipun tidak melihat Peter bertukar pesan dengan Wade, "dan selalu kau tersenyum atau tertawa membacanya meski sebelumnya kau bahkan tampak sedikit ragu kami ikut dalam kemoterapimu."

"E-eh?" Peter kaget saat mendengar apa yang dikatakan oleh MJ, yang tentu saja tepat sasaran. MJ menatapnya menunggu jawaban, begitu juga dengan Ned, "uh, aku hanya... tidak ingin kalian melihatku dengan tatapan aneh."

"Aneh bagaimana? Peter, kami tidak akan melakukan itu. Kau tetap Peter yang aku dan MJ kenal. Bagaimana mungkin kami akan melihatmu dengan tatapan aneh?" Ned tampak menjawab dengan nada tidak percaya. Peter tampak tersenyum, entah sadar atau tidak Ned dan MJ memang melihatnya dengan tatapan yang tidak biasa.

"Lalu, apakah hanya pesan dari Wilson itu yang bisa membuatmu tersenyum?" MJ mencoba untuk mendistrak pembicaraan mereka, dan menatap Peter yang tampak wajahnya perlahan memerah, "oooh, reaksi yang menarik."

"Berhentilah menggodaku seperti paman dan bibiku MJ," ia menutup wajahnya dengan sebelah tangan. MJ hanya mendengus dan Ned tampak tertawa, cukup senang karena sahabat mereka tampak sangat senang.

.
.

"Petey-Pie~~"

Peter sampai di rumah sakit bersama dengan Tony saat Wade sudah menunggu dan hendak berlari memeluknya. Namun, dengan segera Tony mengarahkan repulsor kearah Wade hingga ia berhenti beberapa centi dari repulsor Tony yang sudah mengeluarkan cahaya.

"Aku hanya ingin mendekat," Wade memalingkan wajahnya saat Tony melihat kearahnya dengan tatapan tajam seolah mengatakan 'Jangan mengira jika aku tidak tahu apa yang ingin kau lakukan.' karena Wade memang ingin memeluknya erat saat itu, "jangan terlalu protektif padanya Tiny Can, ia bukan sebuah boneka kaca."

"Bukan, tetapi aku tahu siapa yang bisa dan tidak bisa mendekatinya. Dan kurasa kau terlalu touchie untuk bersama dengannya."

"Meanie," Wade mengerucutkan bibirnya dan melihat kearah Peter, "ayo, kurasa Miss Cho sudah menunggumu."

Peter yang sekarang mengangguk dan tampak berjalan mendekati Wade. 

"Aku akan berbicara terlebih dahulu dengan Cho. Jangan macam-macam," Tony menatap tajam kearah Wade

"Kudengar adikmu akan datang? Dimana dia?" Wade melihat sekeliling untuk mencari Morgan yang katanya ingin bertemu dengan Laura, "aku sudah memberitahu Laura jika adikmu ingin bermain dengannya.

"Besok ia akan datang. Karena sedikit pilek dan batuk, ia tidak diperbolehkan untuk datang dan hanya di rumah bersama dengan Paman Sam dan Paman Bucky," Wade hanya bergumam dan mengangguk-angguk. 

.
.

"Baiklah, kau lebih tenang daripada sebelumnya. Ini akan selesai sebelum kau menyadarinya," meski Peter tahu, jika Cho mengatakan itu hanya untuk membuatnya tenang. Peter mengangguk, melihat kearah Wade yang tampak masih menerima obat kemoterapi tersebut. Ia baru memberitahu rencana untuk menghentikan pengobatan, belum secara resmi menghentikannya.

Wade memberikan jempol pada Peter yang tersenyum dan mengangguk. Ia menoleh pada Tony, yang sedang menerima telpon. Dari nada bicara Tony yang tampak kesal, dan juga bagaimana pembicaraan itu terdengar sedikit olehnya. Seperti misi, laporan, dan semua hal yang sudah bisa membuatnya menebak jika itu adalah telpon dari Nick Fury.

"Dad," Tony tampak menoleh pada Peter yang memanggilnya, "kau tahu kalau kau tidak perlu menemaniku terus? Aku tidak akan apa-apa."

"Tetapi aku tidak ingin meninggalkanmu Peter. Bagaimana jika kau membutuhkan sesuatu," Tony sudah menutup sambungannya dan tampak mengusap kepala Peter, "kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Steve ayahmu bisa mengatasinya."

"Kau adalah pahlawan super dad, kau tidak bisa mengorbankan keselamatan semua orang  hanya untukku," Peter menghela napas dan menggelengkan kepalanya, "lagipula," sebelum Tony bisa membantahnya lagi, Peter segera memutus pembicaraan Tony.

"Lagipula, nanti akan ada Paman Clint dan juga Pietro. Aku tidak akan apa-apa..."

...

"Tenang saja Mr. Stark, aku akan membantu Petey-pie saat kau tidak apa," Wade mengibaskan tangannya, tersenyum lebar kearah Tony. Mendukung penuh untuk memberikan tugas melindungi Peter padanya, dilain sisi ia sangat senang karena tidak akan ada yang mengganggunya mendekati Peter.

"Aku paling mencemaskannya karena ada kau," Tony menatap tajam kearah Wade yang bersiul tampak seolah tidak merasa bersalah. Ia menoleh kembali kearah Peter kemudian menghela napas dan mengangguk, "kalau kau ingin kami datang, langsung hubungi kami. Percayalah, kami akan datang dalam situasi apapun."

"Tenang saja dad."

.
.

Setelah Tony pergi, tidak butuh waktu lama untuk Clint dan Pietro datang. Mereka segera menyapa dan mendekati Peter untuk melihat keadaannya dan melihat bagaimana alat-alat itu terhubung pada tubuh Peter.

"Bucky menitipkan makanan ini untukmu jika kau merasa lapar," Clint meletakkan pizza buatan rumah yang dibuatkan oleh Bucky. Tentu saja Bucky juga melihat beberapa makanan yang boleh dimakan oleh penderita kanker, juga makanan yang bisa membuat kondisi Peter membaik. 

"Aku akan memakannya nanti," ia tersenyum, tidak ingin membuang makanan dari Bucky karena ia mungkin akan memuntahkannya lagi. Ia menoleh pada Wade yang hanya memandanginya, "kau ingin makan Wade? Kurasa semua yang dimasukkan oleh paman Bucky bisa kita makan."

"Oh, jadi dia adalah Wade?"

Clint tampak menoleh pada Wade sambil tersenyum. Tentu saja ia mendengar tentang Wade yang menjadi pembicaraan dari Natasha, Pepper, dan juga Wanda. Bagaimana mereka mengatakan jika Peter sudah menjadi pria dewasa. Bagaimana Peter selalu bertukar pesan dengan Wade, dan bagaimana itu bisa membuatnya tersenyum.

"Oh, apakah aku cukup terkenal?"

"Cukup terkenal, terutama saat kau membuat para wanita galau karena Peter--" Peter segera menutup mulut Pietro yang menurutnya sedikit ember. Wajah Peter memerah dan tampak menggeleng cepat. Ia tidak ingin sampai Wade tahu ia selalu menunggu pesan darinya ataupun selalu digoda karena ia tersenyum setiap melihat pesan dari Wade.

"Ada apa dengan Petey-pie?"

"Kalian sudah punya nama panggilan? How cute," Clint tampak mengedipkan matanya kearah Peter yang tampak menunduk karena malu, "tenang saja, selama kau tidak membuatnya sedih, aku bukan seperti Tony. Aku akan mendukung kalian."

"Terima kasih paman ipar," Wade tampak menatap dengan wajah berbinar, seolah baru saja diterima lamarannya. Tunggu, apakah Wade baru membayangkan akan melamar Peter? Ia memang menyukai Peter, namun ia hanya suka menggodanya.

"Wade? Wajahmu memerah?"

"Eh? Uh, kurasa cuacanya sedikit panas?"

"Kita menggunakan AC? Apakah ini efek dari obat? Aku akan memanggil Miss Cho," Peter tampak khawatir pada Wade yang tampak mengibaskan tangannya dan menggelengkan kepalanya. Ia tidak mungkin mengatakan jika wajahnya memerah karena membayangkan Peter.

Mungkin ini karmanya karena ia selalu menggoda Peter.

.
.

Obat itu semakin ia rasakan hingga membuat tubuhnya menjadi lemas. Peter menutup matanya sejenak sebelum ia terlihat melihat kearah Pietro dan juga Clint yang tertidur. Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 5 sore, sebentar lagi ia akan menyelesaikan hari pertamanya untuk kemoterapi minggu ini.

Ia menoleh mencari Wade, hanya untuk melihatnya sedang mencoret-coret sesuatu di sebuah kertas. Ia menggerakkan tubuhnya dan tampak sedikit tegak saat menyadari jika Wade sedang menggambar bersama dengan beberapa anak yang tampak mengerumuninya lewat jendela luar.

"Apa yang kau lakukan Wilson?"

"Kau sudah bangun? Aku sedang bermain dengan anak-anak ini," Wade tampak menunjuk dengan pensilnya, "kau ingin ikut?"

Peter bergumam, dan tampak mengangguk perlahan. Tubuhnya masih sedikit lemah, ia berjalan dengan tiang infus yang ia geser mendekati Wade. Ia bisa melihat anak-anak itu yang tampak menggambar sebuah kostum.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Menggambar superhero kami!"

"Superhero?" Peter tampaknya segera tertarik dengan arah pembicaraan ini. Ia duduk di kursi yang ada di dekat jendela itu.

"Kami membuat superhero kami sendiri. Uh, seperti bagaimana jika kita adalah seorang superhero," Wade menjelaskan dan tampak masih mencoret-coret kertas di tangannya, "kau akan menjadi pahlawan super seperti apa Tom?"

"Plastic-Man!" Anak berambut ikal cokelat itu tampak menjawab dengan semangat. Peter memperhatikan bagaimana anak itu menggunakan topi rajutan yang sama seperti Wade, "aku bisa mengendalikan plastik, dan mengangkat semua plastik yang ada di lautan dan juga menghilangkannya."

Peter sedikit kagum dengan pemikiran anak itu saat mendengarnya.

"Apa hebatnya bisa mengendalikan plastik? Lebih keren seperti Thor, ia bisa mengendalikan petir dengan palunya seperti ini," anak lainnya tampak mengayunkan tangannya seperti saat Thor mengayunkan palunya, "whuuush!"

"Aku ingin membuat seragam yang keren seperti Tony Stark dan Harley Rogers Stark," anak lainnya menjawab, dan diikuti dengan beberapa argumen yang mengatakan jika kekuatan super mereka lebih keren. Peter mendengarnya dan tampak hanya tersenyum melihat gambaran mereka semua.

"Bagaimana denganmu? Apa yang kau gambar?" 

"Eh aku?" Wade tampak menunjuk dirinya sendiri, "ah, aku malu. Kau ingin melihatnya? Tidak begitu bagus tetapi aku cukup bangga dengan hasil karyaku," Peter hanya tersenyum, sifat Wade yang selalu Percaya diri dengan apa yang dilakukannya. Ia melihat kearah kertas gambar Wade.

Ia melihat seragam seperti sepasang spandex berwarna merah dengan bagian mata yang berwarna hitam. Seragam itu tampak menutupi seluruh bagian tubuh, dengan dua buah pedang yang tampak ada di punggungnya.

"Sepertinya keren. Apa kekuatannya?"

"Aku membuatnya menjadi seorang mutan," Peter terdiam, melihat Wade dan mendengarnya dengan baik. Ia tahu, kemungkinan besar alasan Wade untuk membuat karakter mutan adalah karena ayahnya yang seorang mutan, "ia tidak bisa mati dilukai seperti apapun. Ia tidak akan takut dengan senjata ataupun penyakit apapun. Bahkan, jika bagian tubuhnya dipotong, maka bagian tubuh itu akan tumbuh lagi."

Peter tampak melihat gambar itu sambil mendengarkan penjelasan dari Wade yang secara tidak langsung mengatakan jika ia ingin menjadi seseorang yang tidak akan takut akan kematian. Baik karena luka, ataupun karena penyakit seperti mereka.

"Pedang di punggungnya terbuat dari bahan yang sangat kuat. Adamantium, seperti yang dimiliki ayahku dan Laura. Ia sangat mahir untuk menggunakan pedangnya, bahkan bisa membelah peluru yang menerjang kearahnya."

"Aku memberikan nama pahlawan super ini... Deadpool!"

...

"Itu terlalu berlebihan Wade!" anak-anak itu tampak protes dengan pahlawan super yang dibuat oleh Wade. Dan Wade tidak mengindahkan protes mereka, "kau hanya meniru kekuatan paman Logan. Itu curaaang!"

"Hei, kau sendiri juga meniru Iron Man dan juga Thor, selain Tom," jawab Wade tampak tidak terima disebut curang. Peter tampak tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya, "bagaimana denganmu Petey-pie? Kau juga ingin menggambar pahlawan supermu? Tidak boleh menggambar keluargamu."

"Aku pernah membayangkannya," Peter meminjam kertas yang ada di tangan Wade dan mulai mencoret kertas itu. Peter menurunkan keahlian Steve untuk menggambar. Ia yang merancang seragam milik Harley, juga beberapa kali membuat rancangan seragam dari Tony. 

Ia juga membuat seragam yang mirip dengan Wade, spandex berwarna merah. Ia menambahkan motif dari jaring laba-laba di seluruh bagian tubuh seragam itu. Begitu juga dengan warna hitam diantara matanya.

"Ia bisa memanjat dinding tanpa terjatuh, memiliki insting yang kuat untuk melihat bahaya, juga pendengaran dan juga penglihatan super seperti Superman," semua anak-anak dan Wade tampak mendengar dengan seksama, "dari pergelangannya, ia bisa menembakkan jaring yang sangat lengket dan juga kuat untuk menahan beban."

"Oh, seperti laba-laba!" Anak-anak itu melompat-lompat, tampak melihat seragam itu selesai dibuat.

"Dan kurasa, aku juga akan menambahkan kekuatan super healing, walau kurasa aku tidak akan seekstrim Wade untuk membuatnya bisa menumbuhkan anggota tubuh saat ditebas oleh musuh," Peter tampak tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "aku hanya akan membuatnya bisa sembuh dari luka apapun lebih cepat daripada manusia biasa."

"Kenapa kau tidak membuatnya seperti Wade?"

"Karena terkadang, kurasa hidup abadi tidak akan semenyenangkan apa yang terdengar," Peter tersenyum, anak-anak tampak tidak begitu mengerti seperti Wade yang tampak hanya menatapnya sebelum tersenyum. Ia tertawa pelan dan menatap Peter yang balas menatapnya, "ada apa?"

"Kau memanggilku Wade," Peter tampak tersentak dan mematung beberapa saat, wajahnya tampak memerah perlahan dan ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, "kau tidak boleh lagi memanggilku Wilson~"

...

"Baiklah," Peter tampak menunduk dan tidak menatap Wade yang masih menatapnya, "W-Wade..."

Entah kenapa ia sangat canggung untuk memanggilnya dengan nama depan. Wade tampak tersentak, ia tidak menyangka jika Peter akan memanggil nama belakangnya dengan nada menggoda seperti itu.

"O-oke, jadi siapa nama pahlawan supermu itu?"

Peter bergumam, tampak memikirkannya sebelum tersenyum.

"Spiderman."

.
.

Clint dan Pietro sudah bangun beberapa saat setelah Peter bangun. Mereka memutuskan untuk tidak mengganggu Peter dan yang lainnya dan hanya mendengarkan bagaimana permainan dari Peter dan yang lainnya saat itu. Clint segera tahu kenapa Peter sampai menghayal seperti itu, menjadi seperti laba-laba.

Tentu itu adalah pengaruh dari Natasha.

"Kalau begitu kita akan menjadi partner, memberantas kejahatan dan melindungi dunia," Wade tampak menambahkannya dan tampak Peter hanya tersenyum dan mengangguk. Sedikit heran temannya itu sangat kekanakan untuk anak seusia mereka.

"Kita bisa membuat satu lagi rekan, dan menggunakan spandex merah seperti kita. Kita akan membuat tim yang tidak kalah hebat daripada Avengers," Wade masih menambahkan dengan semangat, "kita akan menjadi Red Team."

Clint diam-diam memotret gambar yang dibuat Peter dan mengirimnya pada Natasha yang saat ini pasti sedang menjalankan misi bersama dengan Steve dan Tony sementara Wanda, Vision, Bucky, dan Sam menjaga Morgan.

'Sepertinya ia sangat mengidolakanmu. Ia menyebut gambar pahlawan supernya ini sebagai Spiderman.'

Dengan sebuah pesan singkat yang segera dikirim oleh Clint pada Natasha. Ia cukup terkejut saat Natasha hanya membutuhkan waktu beberapa menit sebelum membalasnya dengan sebuah telpon untuknya.

"Tunggu disini," Clint meminta Pietro untuk memperhatikan Peter. Pietro mengangguk, dan Clint berbalik untuk menerima telpon diluar ruangan, "Nat? Apakah kau terlalu terharu dengan pesan yang kukirimkan?"

Hening.

"Nat?" Clint tidak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Natasha karena suaranya sangat pelan dan berbisik. Namun, saat Natasha mengulangi kembali kata-katanya, ia berharap untuk tidak mendengarnya.

"Terjadi kecelakaan saat misi. Kami dijebak, dan..."

...

"Apa yang kau katakan tadi?"

"Steve terluka parah. Ia berada di rumah sakit dalam keadaan koma."

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro