Eight

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Catty yang hanya berpura-pura pingsan terhenyak, ternya Stev menyukainya. Ia dapat menyimpulkan bahwa cintanya terbalas. Ia sangat senang. Setelah merasa bahwa Stev tertidur di atas sofa UKS, Catty membuka matanya melirik Stev. Setelah itu, Catty pun ikut tertidur.

* * *
Setelah tiga jam Catty tertidur di ranjang UKS, ia pun terbangun. Seketika, ia terkejut melihat pemuda tampan yang tertidur di sebelahnya sedang menggenggam tangannya. Stev--pemuda itu--terlihat lucu apabila dipandangi lebih dalam. Wajah tampannya membuat para wanita menyukainya. Hidung mancung, kulit putih, tinggi badannya yang lebih dari 170 cm, serta bibir merahnya menjadi daya tarik yang ada pada dirinya.

Merasa sesuatu bergerak di tangannya, Stev pun bangun. "Hey, Catt, kamu udah ga apa-apa?" tanya Stev setengah sadar. Catty tertawa dalam hatinya. "Iya, udah mendingan. Aku mau ke kelas aja Stev," pinta Catty.

Stev menggeleng dengan gemas. "Kamu harus istirahat, biar ga kaya gini lagi." Stev berkata sembari mengangkat tubuh Catty menyandarkan di dadanya. Kini Stev telah duduk di atas ranjang sembari menahan tubuh Catty dalam dekapannya. Ia mengelus puncak kepala Catty dan merangkulnya erat. "Jangan sakit lagi, aku ga tega liat kamu sakit." Stev berkata dengan lirih.

"Ozy, kalau sakit kan kita ga bisa prediksi kapan datang. Kita cuma bisa cegah dan mengobati. Kalau sudah waktunya aku sakit, ya sakit aja. Toh, nanti akan sembuh. Ga usah khawatir," nasehat Catty bijak.

"Halo, halo, halo, halo, halo, halo!" Jessica datang sembari mengucapkan kata 'halo' dengan irama dangdut.

Sontak kedua insan yang tengah dimabuk asmara itu menengok ke arah Jessica yang baru datang dengan cengirannya.

"Ciee, pagi-pagi udah pacaran," ledek Jessica sembari tertawa. Sementara Catty hanya memasang wajah datarnya --sangat datar-- sementara Stev mengerucutkan bibirnya sembari menatap adiknya dengan tatapan kesal.

"Dateng-dateng rusuh amat sih, Jess!" seru Stev kesal.

"Ya udah sih, biasa aja kali. Catty aja biasa aja, sewot amat. Mending jadian biar ga gantung," cerocos Jessica seenaknya.

"Rese lo, Jess. Yuk, Catt, balik ke kelas," ajak Stev menarik tangan Catty dan meninggalkan Jessica di taman tersebut.

"Ish, abang macam apa lo, Stev. Minta ditabok mah iya, bete gue bete." Jessica menghentak-hentakkan kakinya. Ia merasa kesal karena diacuhkan oleh abangnya.

* * *

Sepulangnya ia menjadi siswi VIS, Catty langsung bersiap untuk menghadiri rapat para penyumbang dana sekolah dan kepala sekolah serta seluruh karyawan sekolah. Jadwal dipercepat agar ia bisa lebih cepat pula menyelesaikan semuanya.

Suasana aula khusus rapat ini sudah mulai ramai. Perwakilan 10 guru, 10 karyawan, dan beberapa satpam telah hadir dan duduk di kursi yang telah disediakan. Sementara sang Kepala Sekolah belum menunjukkan batang hidungnya di aula rapat. Padahal, 5 menit lagi rapat akan dimulai.

Setelah lima menit terlewati, tanpa basa-basi, Catty langsung memulai rapat. Dengan pakaian kemeja putih lengan panjang yang dipasang pita pada ujung kerah, dipadu dengan celana bahan berwarna biru donker, serta wedges berwarna biru tua polkadot putih menjadi pakaian yang sangat cocok untuk seorang CEO.

"Baik, selamat pagi semua," sapa Catty mengawali rapat.

"Pagi," jawab para hadirin.

"Sebelumnya saya berterima kasih untuk para pekerja yang bekerja dengan baik di sini termasuk guru-guru di sini. Tapi yang akan saya bicarakan di rapat kali ini adalah, sebuah kasus pembullyan dan kasus penggelapan dana sekolah. Sewaktu awal saya sampai di sini, ada satpam yang bercerita bahwa ia hanya mendapat gaji satu juta lima ratus, padahal gaji terkecil di VIS sebesar lima juta rupiah. Lalu, ketika saya melihat ruang musik, itu benar-benar hancur. Padahal Kepala Sekolah sangat sering meminta dana untuk perbaikan ruang musik serta eskul musik. Bahkan saya pernah dengar ketika ia berbicara melalui telepon dengan istrinya bahwa akan meminta iuran pada siswa apabila saya tidak memberikannya uang." Catty menghela napasnya sebentar menahan emosi.

Para guru dan yang lainnya tampak serius mendengarkan kasus Kepala Sekolah mereka itu.

"Sebaiknya sa--"

"Permisi, saya telat," ucap sang Kepala Sekolah dengan enteng.

"Apa seperti ini kelakuan seorang Kepala Sekolah yang dihormati, Pak Ridwan?" sindir Catty dari kursi khususnya.

"Anda siapa berani bicara seperti itu dengan saya? Anda sangat tidak sopan duduk di kursi saya!"

Lo bilang gue duduk di tempat lo? Dasar Ridwan sialan! batin Catty kesal.

"Tidak perlu banyak bicara. Duduk di tempat yang telah disediakan. Sudah telat, bukannya meminta maaf malah merendahkan orang lain." Catty langsung melanjutkan rapatnya membahas program-program yang akan dibuat di VIS.

Setelah kurang lebih 4 jam, rapat pun selesai dilaksanakan. Para guru dan karyawan sekolah serta Kepala Sekolah itu pun meninggalkan ruang rapat. "Keisha, tolong awasi pergerakan KepSek itu. Ingat, pelaksanaan ulang tahun putrinya tidak lama lagi. Dan saat itu pula akan saya masukan dia ke penjara," seringai Catty bangga.

"Baik, Nona." Keisha pun membungkuk dan keluar dari ruang rapat. Ia melirik jam di tangannya. Waktunya buat quality time, batik Catty.

Dengan segera ia menuju mobilnya dan memacu kecepatan tinggi menuju rumah.

* * *

"I'm home!" seru Catty ketika ia sampai di rumah.

"Hai, putri tersayang."

Betapa kagetnya Catty ketika ia melihat kedua orang tuanya berada di ruang tamu yang sedang berkumpul dengan abangnya.

"Mama, Papa? Are you kidding me? Seriously?" Catty benar-benar merasa bahagia. Sudah lama ia tak berjumpa dengan kedua orang tuanya. Ia berlari menuju sofa dan memeluk ibu serta ayahnya.

"Rose Aderson and William Aderson, hmm?"

"Kamu pikir orang tua kamu siapa lagi, Catty. Just me, Rose. And your father, William." Rose memeluk Catty haru. Ia juga sangat merindukan putrinya.

"Bagaimana keadaanmu, Sayang?" tanya William.

"Baik, Pa. Ya, hanya ada satu masalah tersisa. Setelah masalah perusahaan selesai, aku mendapat laporan dari salah satu sekolahku yang terkena masalah. Biasa, korupsi." Catty menjelaskan secara singkat apa yang tengah ia lakukan.

"Baiklah, lanjutkan tugasmu itu. Jangan lupa makan, Sayang. Jaga kesehatanmu juga," ucap Rose tersenyum bangga.

"Udah cukup dramanya! Mendingan kita jalan-jalan aja. Udah lama ga makan bareng, liburan bareng. Ayo!" ucap Rian dengan semangat.

"Ada ide?" tanya William.

"Mall? Bosen, piknik? Kurang persiapan, jalan santai? Enakan pagi. Terus ke mana dong?" tanya Catty bingung.

"Gini aja, untuk hari ini kita cukup makan di luar. Terus sekalian kita main di area bermain. Besok baru kita persiapkan mau kemana. Gimana?" usul Rose.

"Setuju!" kompak William, Catty, dan Rian sembari tertawa hangat.

Ya, hari itu dilewati dengan suka cita. Kedatangan orang tua yang sangat mereka rindukan menjadi penyemangat sendiri dalam hidup mereka. Keluarga adalah segalanya. Sebaik-baik apapun tempat, maka tempat kembali kalian adalah keluarga.

* * *
Typo dan kesalahan selalu ada. Mohon pengertiannya. Terima kasih sudah membaca:")

Terima kasih banyak untuk 2k readernya.
Ga nyangka ada yang mau baca, vote, sampe masukin reading list.

Thank you, makasih buat semuanya^^
Aku masih nawarin duet chap, ga ada yang mau? atau sumbang ide gitu.

Masih butuh saran dan kritik.
Vote dan komentar anda penyemangat saya:)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro