Sixteen

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Permisi,"

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan Ryan?" jawab seorang pegawai apartemen.

"Berikan saya data pengunjung di kamar nomor 214 atas nama Fajar," pinta Ryan.

"Sebentar." Perempuan tersebut mencetak selembar kertas berisi data dari Fajar.

"Terima kasih," ucap Ryan.

"Kehormatan saya bisa melayani Tuan Ryan."

Stev, Ryan, dan Stev pun pergi menuju restoran setempat untuk berbincang.

"Lo mau rencanain apa?" tanya Ryan.

"Gue mau deportasi dia," ucap Stev.

"Caranya?" tanya Ryan.

"Menjebak Fajar melakukannya lagi dan dengan mudah kita mempunyai bukti untuk mendeportasikannya." ide jahil terlintas di pikiran Jessica.

"Lo mau sewa cewek bayaran?" tanya
Ryan. "Ga ada cara lain ya emangnya?"

"Atau kita bikin drama Catty kecewa lagi?" usul Stev.

"Jangan libatin Catty! Lo kan tau kondisi dia." Ryan mendengus kesal.

"Terus mau gimana lagi?" tanya Jessica.

"Gue terserah lah. Intinya, jangan libatin Catty dalam hal ini," tegas Ryan.

"Hai ...," sapa seorang gadis cantik di meja Stev.

"Maaf, lo siapa ya? Kok tiba-tiba nyapa kita. Kita aja ga saling kenal," sindir Jessica.

"Jess, lo lupa sama gue? Stev-Stev, lo ga lupa kan sama gue?" tanya si Gadis itu.

"Hah?! Lo siapa deh? Jangan sok kenal." Stev mendelik jijik melihat gadis itu.

"Ini gue Ara, mantan lo Stev. Masa' lo lupa sih," ucapnya cemberut.

"Mantan gue? ... Ara? Bentar, bentar. Gue inget-inget dulu." Stev berlagak mengingat-ingat gadis yang mengaku mantan pacarnya ini. "Ah! gua inget, lo itu mantan gua yang matre bermuka dua dulu itu 'kan? ngapain ya lo ke sini? masih nyari duit dengan cara ngejablay?"

Plass! Muka Ara memerah karena malu. "Stev please, gue udah berubah ga kaya dulu lagi. Dan gue di sini mau minta maaf sama lo," ucap Ara dengan wajah memelas.

Ryan, Stev, dan Jessica saling bertatapan dan seperti mendapat ide cemerlang.

"Lo boleh jadi temen bahkan sahabat gua--"

"Mau, gue mau Stev. Sebagai tanda maaf gue, gue bakal lakuin apa aja asal lo mau maafin gue," potong Ara.

"Oke, lo harus rayu cowok yang ada di kamar 214, terserah caranya gimana. Gua akan bantu sewa satu orang buat fotoin lu kalo lo dalam keadaan diperkosa oleh cowok itu." Jessica memberitahu.

"Buat apa?"

"Buat Deportasi cowok ini dari Indonesia. Gimana?" tanya Ryan.

"Oke, kapan?" tanya Ara.

"Sekarang juga boleh."

* * *

Tiga hari kemudian ...

Stev, Jessica, Ryan, dan Ara berkumpul di ruang rawat Catty, dengan keadaannya yang masih tertidur.

"Makasih banget, Ra. Atas bantuan lo. Sekarang gua percaya kalau lo udah berubah. Kita sahabat?" tanya Stev.

"Sahabat dong," balas Ara.

"Bang Yan, si Fajar gimana?" tanya Jessica.

"Kemaren, gua udah serahin bukti-bukti deportasi dari negara asalnya ke pihak yang berwajib, sekalian sama foto yang udah kita dapet. Jadi polisi dengan mudah deportasi dia dari Indonesia," jawabnya sembari memakan apel.

"Terus Catty sekarang gimana? Gue ga tega liat badannya selang semua. Itu orang apa kuburan ari-ari bayi segala banyak selang," cerewet Jessica.

"Eh anjir lu ya." Stev menabok kepala Jessica.

Dan terjadilah perang tabok-tabokan di ruang rawat.

* * *

Malam hari pukul 02.45

Catty POV

Aku berjalan menelusuri sebuah lorong, entah di mana aku berada sekarang. Aku terus berjalan hingga menemukan sebuah cahaya terang. Aku terus mengikuti cahaya tersebut. Hingga aku sampai di suatu taman.

"Hai, bisa tolong aku?" tanyaku pada seseorang yang duduk di kursi taman tersebut.

"Kamu Catty, 'kan?" tanya perempuan itu.

"Iya, bisa kau memberitahu aku di mana sekarang? Aku mencari keluargaku."

"Kau berada di tempat yang tidak seharusnya kau datangi, Cantik. Lalu, bagaimana kau bisa sampai di sini?"

"Hmm ... entah lah aku juga tak tahu. Jadi bagaimana aku bisa kembali?" tanya Catty lagi.

"Aku tidak tau, namun kau harus ingat pesanku. Ketika kau kembali ke duniamu, peka lah terhadap apa yang kamu dapat. Dan jangan kecewakan siapapun."

Aku merasa ditarik oleh sesuatu hingga aku tersadar ada di ruang rawat.

"Aaaaaaa!" teriakku.

Multiple POV

"Aaaaaaa!"

Semua yang tertidur tiba-tiba terlonjak bangun mendengar teriakan Catty.

"Catt kamu kenapa? Jess panggil dokter!" ucap Ryan kalut.

"Catt, ini aku Stev, kamu ga apa-apa 'kan?"

"Aku bukan Catt, aku bukan orang lemah. Tidak usah berlaku seperti itu kepadaku!" ucap Catty tiba-tiba.

"Hah?!" ucap Ryan dan Stev bersamaan.

"Cabut semua selang ini, gue ga butuh!" ucap Catty lagi. Ia langsung bangun mencabut infus dengan paksa, dan membuka masker oksigennya.

Dokter, perawat, dan Jessica pun memasuki ruangan. Mereka kaget dengan kondisi Catty yang nampak seperti orang sehat.

"Nona harus istirahat dulu," ucap Dokter.

"Ga perlu, gua mau balik." Catty meninggalkan ruang rawat begitu saja.

"Gue anter Catt," ucap Stev cepat.

"Ya udah jalan ga usah bengong," judes Catty.

Stev mengikuti Catty dan mengantarnya pulang. Sementara Jessica dan Ryan masih terpaku di tempat.

"Ikut saya ke ruangan spesalis Tuan, Nona." Dokter dan perawat tersebut berjalan duluan ke ruangaan para dokter spesialis.

Sesampainya di dalam ruangan, Dokter tersebut membawa Ryan dan Jessica ke meja spesialis jiwa (psikolog). Dokter tersebut nampak membisikkan sesuatu ke dokter spesialis jiwa.

Setelah hanya mereka bertiga di ruangan spesialis, dokter spesialis itu mulai bersuara. "Perkenalkan saya Rizky, saya spesialis penyakit jiwa."

"Adik saya kenapa, Dok? Dia gak gila 'kan?"

"Adik Anda sehat. Namun, karena trauma atau hal lain, ia tiba-tiba saja memiliki gangguan jiwa yaitu Bipolar Disorder. Ini bukan penyakit yang sangat berbahaya, namun jika tidak diwaspadai akan berdampak buruk."

"Bipolar disorder itu apa, Dok?" tanya Jessica penasaran.

"Bipolar adalah gangguan jiwa, di mana perpindahan mood atau biasa disebut mood swing dalam kondisi ekstrim. Yang di mana saat keadaan pasien sedang bahagia, bisa jadi sangat depresi, atau sangat sedih, bahkan sangat terpuruk. Jadi solusi terbaiknya adalah jaga kondisi mood pasien dalam kondisi baik. Jangan biarkan dia terpuruk atau hal semacamnya, bila itu terjadi dia tidak akan bisa berpikir jernih dan putus asa. Ya ...," jelas Dokter Rizky.

"Seperti bunuh diri, Dok?" tanya Jessica.

"Benar!"

"Itu saja, Dok?" tanya Ryan.

"Iya, saya harap pasien cepat sembuh," ucapnya sembari tersenyum.

"Kalau begitu, kami permisi, Dok. Terima kasih atas sarannya dan infonya," pamit Ryan.

Jessica dan Ryan pun pulang dengan pandangan kosong, tak menyangka hal yang barusan mereka dengar dari Dokter Rizky.

"Bang, itu bahaya ga sih?" tanya Jessica.

"Ya, mana gue tau, kan gue ga alamin," jawab Ryan.

"Hari yang melelahkan," ucap Jessica jenuh. "Bentar ... ini jam berapa?"

"Jam 03.30 pagi, kenapa?" jawab Ryan.

"Berasa cabe-cabean gua pulang jam segini."

* * *

Hai readers apa kabar?
Lama banget ya updatenya?
Bener-bener maaf karena ga ada waktu buat baca WP, nulis ataupun segalanya. Kebetulan hari ini aku selesai UTS, dan entah kenapa lagi rajin sampe akhirnya dapet semangat buat nulis.
Oh iya aku buka sesi Q&A di next chap, ada yang mau tanya? Komen aja ya. Makasih sebelumnya.
Yang mau kontak an sama aku? Boleh kok.

Id line : istha_
Instagram : @claristhaimanda & @claristhaimanda_

Makasih juga buat 58,7k+ readernya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro