Ten

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah dipastikan posisi Catty sudah benar, para suster pun meninggalkan ruang rawat tersebut.

"Catty, cepet sembuh, Sayang." Rose mencium punggung tangan kanan Catty. Sementara Rian dan William duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

* * *

Sementara itu di ruang Kepala Sekolah ....

"Apa benar kamu yang melakukan itu Bianca?" tanya Ridwan-KepSek tersebut-

"Ya bukan lah, Pah. Kurang kerjaan banget, Bianca ngerjain bocah cupu kayak si Catty. Kayak ga ada urusan yang penting aja," sanggah Bianca.

"Terus kalo bukan lo siapa lagi, Bi? Jelas-jelas di video nunjukkin kalo lo yang nyuruh Vita, buat sampein pesan palsu ke Catty. Jangan pikir gue bego ya kaya otak lu itu, Bi!" ucap Jessica marah. Sementara Stev yang berada di sebelah Jessica hanya memutar bola matanya malas.

"Sudah-sudah, kan anak saya sudah bilang bukan dia yang melakukan. Sebaiknya kalian pergi dari ruangan saya." Ridwan menyuruh Jessica dan Stev untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Giliran semua itu terbongkar, habis lo semua!" ancam Jessica.

Stev dan Jessica melangkah keluar ruangan dengan perasaan kesal. Sementara Bianca menghembuskan napas lega.

"Thank you, My Dad," ucap Bianca.

* * *

Eskul musik segera dimulai. Stev dan Jessica yang menjabat sebagau Ketua dan Wakil Ketua eskul, membuka kegiatan hari ini.

"Selamat siang semua," sapa Jessica.

"Siang," jawab anggota eskul.

"Hari ini kita akan praktek menyanyi. Setelah minggu kemarin udah kita kasih materi sekaligus kita ambil nilainya. Bagi yang mau menggunakan alat musik juga bisa," jelas Stev.

"Mengerti?" tanya Jessica.

"Mengerti, Kak," koor anggota eskul.

Suara bisikan dan alat musik mulas terdengar. Mereka diberikan kesempatan 15 menit untuk berlatih, sementara itu Stev berusaha menghubungi Catty. Ia berharap bahwa gadisnya itu sudah sadar. Tak ada jawaban sama sekali. Stev pasrah, setelah eskul berakhir, ia akan langsung menuju rumah sakit menjenguk gadisnya.

"Oke dimulai dari Arya, silahkan perkenalkan diri dan sebutkan lagu serta nama penyanyinya," suruh Jessica.

Satu per satu murid mulai bernyanyi sembari dinilai oleh Stev dan Jessica.

Seandainya ada Catty di sini, pasti akan menyenangkan, batin Stev.

"Oke terima kasih buat semuanya. Sebagai penutup, saya akan menyanyi satu lagu untuk kalian." Jessica bersiap di depan microphone sementara Stev memetik gitarnya mengiringi lagu adiknya itu.

Jujur saja ku tak mampu
Hilangkan senyummu di hatiku
Meski malam menganggu
Hilangkan wajahmu di mataku
Kusadari aku cinta padamu

Meski kubukan yang pertama
Di hatimu tapi cintaku terbaik untukmu
Meski kubukan bintang di langit
Tapi cintaku yang terbaik

(Cassandra-Cinta Terbaik)

* * *

Catty membuka kelopak matanya perlahan, menyesuaikan dengan cahaya di sekitarnya. Setelah pandangannya jelas, ia melihat kakaknya yang sedang memainkan telepon genggamnya sangat serius. Saat Catty melirik ke arah kiri, ia mendapati kedua orang tuanya yang sedang tertidur di sofa khusus.

Saat ia menyadari bahwa ia sedang berada di rumah sakit, Catty menghembuskan napasnya kasar, sehingga Rian melepas pandangan dari teleponnya menuju Catty.

"Catt, kamu udah sadar? Ada yang sakit, atau ada yang luka, ada yang sesak ga?" tanya Rian tak sabar.

"Ga apa-apa, jangan berisik, Mama sama Papa lagi tidur. Pasti cape." Catty tersenyum.

"Kamu mau makan atau apa?" tawar Rian.

"Ga kok, hmm. Kak, tolong hubungi sekretarisku suruh ia datang ke sini untuk membahas acara ulang tahun anak KepSek VIS," pinta Cattt.

"Oke," jawab Rian.

Sambungan tersambung.

"Halo, Keisha?"

"Ya, dengan siapa ini?"

"Saya Rian, kakak Catty."

"Oh, ada apa, Tuan Muda?"

"Datang ke rumah sakit Catty, kamar VVIP nomor 11. Catty ingin kau membahas tentang acara ulang tahun itu."

"Baik, Tuan Muda."

Klik! Sambungan terputus.

30 menit kemudian ….

"Permisi," ucap Keisha sembari masuk ke dalam ruangan Catty.

"Apa yang sudah dipersiapkan oleh Pak Ridwan?" tanya Catty tak ingin berbasa-basi.

"Sejauh yang saya tau, beberapa undangan, catering sudah mulai dipesan. Rencananya pesta akan dilaksanakan di ballroom Hotel Adrian, Nona."

Catty nampak berpikir sebentar. "Tolong pesankan satu set gaun termahal beserta aksesoris dan sepatunya. Bungkus paket itu dengan koran." Catty tersenyum sinis.

"Baik, Nona. Saya permisi." Keisha meninggalkan ruangan tersebut.

"Kenapa pake koran sih, Dek?" heran Rian.

"Nanti juga lo tau." Catty memeluk abangnya possesive.

* * *

Sepulang sekolah, Stev dan Jessica langsung menuju rumah sakit tempat Catty dirawat. Jessica mengetuk pintunya. "Masuk," suara khas Rian terdengar dari dalam.

Cklek!

"Catty!" seru Jessica heboh. Ia langsung berlari memeluk Catty dengan antusias. "Lo gak apa-apa kan? Ada yang luka ga? Atau lo pusing? Sini-sini gue elusin. Mana Catt?" Catty yang mendengar kekhawatiran temannya itu terkikik geli, sementara Stev hanya bisa menepuk jidatnya. Malu!

"Gimana keadaan kamu?" tanya Stev perlahan. Ia tersenyum dan mengelus puncak kepala Catty.

"Ekhem!" deheman Rian membuyarkan aktifitas Stev. Stev lupa bahwa ada orang lain selain Jessica dan Catty di sini.

"Eh, sorry, lo siapa-nya Catty?" tanya Jessica. Hatinya dag-dig-dug melihat ketampanan Rian. Astaga, ciptaan Tuhan memang sempurna.

"Gue ...."

"Dia saudara temen aku, Jess," ucap Catty memotong ucapan Rian.

"Ohh," balas Jessica.

"Pertanyaan aku jangan dikacangin lah," kesal Stev.

"Eh, maaf. Aku ga maksud, aku udah baikan kok," ucapnya sambil tersenyum manis.

Cklek!

Bianca datang! Stev, Jessica, dan Catty terkejut melihat kedatangan Bianca. Sementara Rian memandang sinis penuh terhadap Bianca.

"Ada urusan apa Anda datang ke sini? Apa lagi yang mau anda lakukan?" sinis Rian langsung.

"Terserah gue lah mau ngapain, ini kan tempat umum. Lagi pula bukan rumah sakit lo kan? Udah deh, gue cuma mau ambil pacar gue doang kok."

What the hell?!

Mereka semua hanya bisa tercengang mendengar perkataan Bianca yang tidak tahu malu.

"Kalo ini rumah sakit gue lo mau apa? Gue bisa panggilkan pengurus rumah sakit ini sebagai bukti gue pemiliknya!" Rian tak bisa menahan emosinya. Ia tak mau adiknya disakiti oleh orang lain siapapun itu.

"Halah, gue ga perduli. Sayang, Stev ayo kita pergi. Ngapain di sini, banyak kuman dan bakteri. Mending kita lunch bareng. Yuk," ajak Bianca.

"Lo siapa sih? Cuma cewek gatel yang deketin abang gue, ga punya sopan santun. Kelakuan kaya pelacur malam. Mendingan lo yang pergi sebelum gue panggil satpam!" ujar Jessica kejam.

"Lo tuh ya--" bianca mengambil ancang-ancang menampar Jessica namun Stev menahannya.

"Cewek kasar yang bisanya jadi perusak itu bukan type gue!" Stev marah, "sebaiknya lo pergi dari sini."

"Shit!" maki Bianca. Ia langsung keluar ruangan dan membanting pintu tersebut.

"Itu orang gila apa gimana sih?" heran Rian.

Mereka hanya mengendikkan bahu tak tahu.

* * *

Masih butuk Krisar dan Voment nya:)
Masih pemula dan jauh dari kata sempurna. Karena yang saya tanamkan saat awal menulis adalah menulis untuk hobby, bukan untuk dikenal atau dipandang.

Typo dan kesalahan selalu ada. Mohin maklum:)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro