Romansa dan Balon Udara

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Hari kedua puluh tujuh, Bulan sebelas.


Suara isak tangis terdengar dari ruang rekreasi ketika kami melintas. Aku sudah tahu apa penyebabnya jadi tidak terlalu memperhatikan. Namun rupanya sedu-sedan mereka menarik rasa penasaran Si Bayi Besar, dia pun melongok untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Pintu ruang rekreasi kembali ditutup. Si Bayi Besar kini sudah paham asal sumber suara yang kami dengar. Para pelayan dan bawahan yang sedang beristirahat sedang mengisi waktu luang mereka dengan menonton opera sabun.

"Menarik juga melihat bagaimana belasan orang perempuan dan lelaki, menangisi nasib karakter utama dalam drama," komentarnya, berusaha sesopan mungkin. Sembari kembali berjalan menyusul langkah-langkahku.

"Menurutku, sih ... Konyol banget!" aku menimpali dengan pedas.

"Bukankah terbawa perasaan saat menonton sebuah pertunjukan sudah ada bahkan sejak zaman kesenian klasik?"

"...Bukan itu maksudku," aku kembali menimpali. "Seharusnya bila perempuan itu memang ingin bertemu dengan kekasihnya, tinggal ngepak barang lalu segera berangkat menyusul 'kan bisa ... Daripada meratap berhari-hari di rumah? Konyol!"

"Lanfan ... Kau juga menonton drama yang sama?"

"Aku yang memilih judul dan memesannya, tentu saja aku sudah menonton!" jawabku, sedikit tersinggung. "Tak kusangka ceritanya bakal sepayah itu, tapi karena yang lain sepertinya suka ... Kutinggalkan saja di ruang rekreasi."

Melihat tampang melongonya, Si Bayi Besar pasti tidak pernah mengira aku menonton drama menye-menye seperti itu.

Maaf saja, ya. Biar galak-galak begini, aku juga masih sesekali menonton atau membaca cerita drama romantis. Tidak semua dari cerita-cerita itu berupa sampah cliff-hanger atau melintir terlalu banyak plot twist. Beberapa cukup bagus—walau tetap menguras air mata penontonnya.

Bahkan aku juga punya satu atau dua aktris drama favorit. Tidak sampai membuatku tergila-gila mengejar semua lukisan, poster atau barang-barang yang dipromosikan oleh mereka, memang. Namun cukup membuatku senang bila melihat nama mereka muncul di daftar pemeran.

"Sungguh aku tidak menyangka," komentar Si Bayi Besar—persis seperti dugaanku. "Apakah ada cerita lain yang pernah kau ikuti juga, Lanfan?"

"Tentu saja," tukasku cepat. "Kalau ada cerita drama yang jelek, pasti ada juga yang bagus. Aku menyimpan beberapa kopiannya di kamar pribadiku. Kau bisa pinjam kapan-kapan, kalau mau."

"Boleh juga. Apa ada judul yang kau rekomendasikan?"

"Judul yang kurekomendasikan, ya...?" gumamku seraya membuka pintu ruangan yang kami tuju. "Mungkin ... Balon Udara, cocok buatmu. Itu cerita berseri tentang seorang peneliti dan kekasihnya yang berusaha memenuhi tantangan untuk bertualang mengelilingi dunia dalam 108 hari."

"Siapa yang mengelilingi dunia dalam 108 hari?" tanya sepupuku Shangfei. Rupanya dia sudah tiba lebih dahulu.

"Bukan siapa-siapa, ini hanya cerita fiktif yang pernah kutonton," jawabku cepat. Agak malu juga bila hobimu baru ketahuan oleh orang yang sudah lama kau kenal sebelumnya.

"Apakah anda pernah menonton serial yang sama, Tuan Shangfei?"

Aku heran Si Bayi Besar masih terpikir untuk menanyakan hal yang jelas-jelas tidak mungkin. Sepupuku itu terlalu serius dan terlalu sibuk untuk menonton drama romantis, apalagi yang berseri panjang.

"Aku tidak pernah menonton judul itu," jawab Shangfei, datar seperti biasa. "...Tapi aku baca novel yang menjadi dasar ceritanya."

Kali ini ganti aku yang melongo. Shangfei? Membaca novel roman? Rasanya tidak ada dari dua hal itu yang bisa saling berkaitan.

"Judulnya sedikit berbeda dan genrenya bukan drama romantis," tambah sepupuku seraya membuka salah satu laci mejanya. "Ini dia ... HOT AIR BALLOON, 212 days around the world. Kisah petualangan seorang pencuri artefak."

Di tangannya kulihat sebuah buku dengan sampul bergambar cakrawala dengan sebuah balon udara warna-warni melayang sendiri.

"Wah, saya tahu judul ini!" seru Si Bayi Besar. "Penulisnya sangat ahli menjelaskan apa saya yang dialami oleh karakter utama, bukan? Seperti mengalami sendiri semua petualangan yang ditulisnya."

"F.H D'Russeau?" Aku membaca nama penulis yang tercantum di dasar sampul ketika mengambil buku itu dari tangan sepupuku.

"D'Russeau juga menulis beberapa buku lain, tapi karyanya yang mendunia hanya judul ini saja," jelas Si Bayi Besar dengan mata berbinar-binar. "Coba baca saja bukunya, Lanfan. Kau tidak akan menyesal!"

"...Aku punya beberapa bukunya yang lain kalau kalian berminat," Shangfei menambahkan.

Tentu saja Si Bayi Besar segera menyambut tawaran itu dengan antusias—tetapi tetap menjaga kesantunan. Heran, apa dia tidak lelah ... Terus-terusan bersikap sopan begitu.

Sembari menunggu dua lelaki yang lain masih membicarakan soal cerita di judul yang lain, iseng-iseng aku membuka halaman buku yang kupegang, secara acak. Benar kata Si Bayi Besar, tulisan pengarang satu ini cukup menyenangkan untuk diikuti.

Kemudian ketika jemariku tanpa sengaja membuka satau halaman pembatas antar bab, kulihat sebentuk tanda tangan dengan sebaris kalimat di bawahnya.

"For my dearest nephew."

Mataku membulat. Kalau ada yang layak dipanggil dengan sebutan Paman oleh sepupuku, selain anggota keluarga yang ada di kompleks kediaman ini, adalah kakak kandung ketua klan saat ini yang hilang entah ke mana. Mungkin menyadari dari ekspresiku, ketika aku mendongak kulihat Shangfei mengacungkan telunjuknya di depan bibir.

"Kalian ... Pernah bertemu?" gumamku nyaris tak bersuara.

"Beberapa kali," jawabnya tanpa suara. Lalu kulihat dia melirik pada Alex yang masih asyik memilih judul di antara buku-buku yang berserakan di atas meja.

Mungkinkah ... Paman Feihung kini tinggal di area dalam Plate?

Kudengar dia serba bisa dan sangat tangguh. Yang terkuat sepanjang sejarah keluarga kami. Tinggal di mana pun aku yakin dia mampu bertahan hidup. Aku jadi sedikit iri.

Mereka seperti bebas melakukan segalanya dengan kekuatan yang mereka punya. Sama-sama anggota keluarga, tetapi para pemilik mata rubi ini seperti makhluk yang berasal dari dunia yang berbeda denganku. Bahkan dengan pemilik sulur rubi. Padahal satu keturunan tetapi seperti hidup di dua dunia yang berbeda.

Cover buku yang ditunjukkan oleh Shangfei

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro