Poin 3 : Pedoman Dasar EBI Bagi Penulis Fiksi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Paling malas itu, kita udah nulis capek-capek, tapi ketika kita posting, tiba-tiba ada orang yang komentar dan isinya semua ngebenerin Ejaan Bahasa Indonesia. Duh, kok kayak gue penulis amatiran banget yaaa...

Nah, nggak mau begitu kan?

Biar deh, tulisan gue nggak bagus-bagus amat, yang penting gue paham EBI. Biar yang baca tulisan gue cuma fokus sama isinya tanpa tersandung sama keliru EBI macem-macem. Setuju?

Nah, biar kita kelihatan lebih profesional, yuk belajar lagi! inget-inget poin-poin di bawah ini yaa... Check this out!

PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:

Dia mengantuk.

Apa maksudnya?


2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"

"Kemarin engkau terlambat," katanya.

"Besok pagi," kata ibu, "dia akan berangkat".


3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan

nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.

Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.


4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan

keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:

Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti

nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertetu, nama instansi, atau

nama tempat.

Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

Tahun ini dia pergi naik haji.


5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti

nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau

nama tempat.

Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana

Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian,

Gubernur Irian Jaya.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak

diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.


6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya:

Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai

nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere


7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya:

Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang

dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:

Mengindonesiakan kata asing

Keinggris-inggrisan


8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan

peristiwa sejarah.

Misalnya:

tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari

Galungan, hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipkai

sebagai nama.

Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.


9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya:

Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi

Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah

Baliem, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan,

Teluk Benggala, Terusan Suez.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi

unsur nama diri.

Misalnya:

berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberabangi selat, pergi ke arah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai

nama jenis.

Misalnya:

garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon


10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga

pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.

Misalnya:

Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden

Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, lembaga

pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya:

Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah

dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.


11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang

terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen

resmi.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar

Repulik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian


12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata

ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali

kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".


13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan

sapaan.

Misalnya:

Dr. doctor

M.A. master of arts

S.E. sarjana ekonomi

S.H. sarjana hukum

S.S. sarjana sastra

Prof. professor

Tn. Tuan

Ny. Nyonya

Sdr. saudara


14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti

bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan

pengacuan.

Misalnya:

"Kapan Bapak Berangkat?" tanya Harto.

Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"

Surat Saudara sudah saya terima.

"Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.

Besok Paman akan datang.

Mereka pergi ke rumah Pak Camat.

Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kkerabatan

yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya:

Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.


15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?

Surat Anda telah kami terima.


B. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat

kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:

majalah Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat

kabar Suara Rakyat.


2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,

bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya:

Huruf pertama kata abad adalah a.

Dia buka menipu, tetapi ditipu.

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.


3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing,

kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.

Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'

Tetapi:

Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.


PENULISAN KATA

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Ibu percaya bahwa engkau tahu.

Kantor pajak penuh sesak.

Buku itu sangat tebal.


B. Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya:

bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.


2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan

kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda

hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)

Misalnya:

bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.


3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,

unsure gabungan kata itu ditulus serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,

Bab V, Pasal E, Ayat 5.)

Misalnya:

menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan


4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu

ditulis serangkai.

Misalnya:

adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat,

biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna,

ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional,

introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral,

narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panteisme, paripurna, poligami,

pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional,

subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern

catatan:

1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di

antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya:

non-Indonesia, pan-Afrikanisme

2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang bukan kata

dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

Misalnya:

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

Marilah kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.


C. Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupukupu,

kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk, mondar-mandir,

ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang,

berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar,

hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra


D. Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya

ditulis terpisah.

Misalnya:

duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis,

model linier, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.


2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan

pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang

bersangkutan.

Misalnya:

Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan,

ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.


3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya:

Adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali,

bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti,

darmawisata, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada,

karatabaasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal,

paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati,

sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturrahmin, sukacita, sukarela, sukaria,

syahbandar, titimangsa, wasalam


E. Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan -nya

ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa yang kumiliki boleh kaumabil.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.


F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam

gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)

Misalnya:

Kain itu terletak di dalam lemari.

Bermalam sajalah di sini.

Di mana Siti sekarang?

Mereka ada di rumah.

Ia ikut terjun di tengah kancah perjuangan.

Ke mana saja ia selama ini?

Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.

Mari kita berangkat ke pasar.

Saya pergi ke sana-sini mencarinya.

Ia datang dari Surabaya kemarin.

Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.

Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.

Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

Ia masuk, lalu keluar lagi.

Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

Bawa kemari gambar itu.

Kemarikan buku itu.

Semua orang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.


G. Kata Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.


H. Partikel

1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Bacalah buku itu baik-baik.

Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?

Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.

Siapakah gerangan dia?

Apatah gunanya bersedih hati?


2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.

Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.

Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

Catatan:

Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun,

bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,

sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.

Misalnya:

Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.

Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.

Baik mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.

Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.

Walaupun miskin, ia selalu gembira.


3. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat

yang mendahului atau mengikutinya.

Misalnya:

Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.


NOTES :

- Di + kata kerja = ditulis serangkai. Contoh : dimakan, ditangkap, dibuang, ditilang.

- Di sebagai kata depan = ditulis terpisah. Contoh : di depan, di belakang, di samping.

- Nama tempat di luar negeri tidak ditulis miring (italic).


SESI Q-A :

Q : Selain kata yang menunjukkan tempat, selain di antara itu harus digabung kan ya? (Lena)

A : Iya, betul sekali. Antara dan di antara penulisannya dipisah karena termasuk kata tunjuk letak juga.

Q: Kalo misalnya kayak gini, "Hewon karnivora diantaranya adalah harimau, singa, dll." Itu gimana kak?(Fahmi)

A : Tetap dipisah. Yang benar jadi di antaranya.

Q : Kata di mana kalau bukan menunjukkan tempat itu penulisannya digabung. Misalnya?

A : Misalnya, suspensi adalah sediaan yang berupa dispersi kasar, dimana partikel padat terdispersi dalam medium pendispersi. (Kania)

Q : Apa bedanya apa pun sama adapun? (Putri)

A : Kalau apa pun, 'pun' nya partikel, jadi penulisannya dipisah. Sedangkan adapun, 'pun' nya bukan termasuk partikel, melainkan bagian dari kata itu sendiri, sehingga penulisannya digabung.

Q : Tak apalah. Itu penulisannya pisah apa enggak? (Lena)

A : Disambung ya.

Q : Kalau penggunaan nama ditambah –lah, gimana kak? Disambung atau dipisah? (Fahmi)

A : Penulisannya ditambah tanda (-) untuk memperjelas makna. Contoh : Fahmi-lah yang datang kemarin sore.

Q : Kalau dikasih tanda -. Apa-pun yang terjadi aku tetap mencintaimu. Itu boleh nggak? (Putri)

A : Apa pun penulisannya dipisah. Tidak boleh pakai tanda -.

Q : Soal –tah itu apa maksudnya ya? (Lena)

A : -tah itu partikel. Sejenis dengan –kah, -lah. Di KBBI –tah diartikan sebagai kata tanya untuk bertanya pada diri sendiri.

~~~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro