Bab 7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Makhluk berbulu putih tengah menatapnya dari bawah, sementara giginya menggigit kuat pada celana Gavin. Astaga! Gavin pikir ada hantu, ternyata Grasia yang mengigitnya. Berjongkok, Gavin mengusap lembut kepala anjing itu hingga si anjing melepaskan gigitannya.

"Ada apa? Kau ingin bermain? Tapi ini sudah malam." Meskipun tahu tidak akan mendapatkan jawaban Gavin tetap berbicara pada anjing cantik itu. Jika dilihat-lihat sepertinya Grasia ingin menyampaikan sesuatu padanya, matanya terus menatap Gavin.

Woofh....

Sekarang anjing itu mengeluarkan suara khas nya. Tangan Gavin tak henti memberi usapan pada bulu-bulu panjang berwarna putih. Sesekali ia meremas gemas bagian kepalanya. Teringat dengan pekerjaannya yang belum selesai Gavin tak mungkin bermain-main dengan Grasia. Dia akhirnya mencoba mengabaikan anjing itu, tapi Grasia terus mengikutinya sambil menggonggong.

Astaga! Apa yang Grasia mau? Gavin harus segera mencari pencuri sialan dan berliannya atau selamanya dia tak bisa pergi liburan. Setelahnya Gavin akan dihantui bokong gadis Hawaii selama hidupnya. Tidak!

Karena tak tahan mendengar suara Grasia yang cukup berisik di malam hari, akhirnya Gavin mengalah dan mengikuti kemana anjing itu membawanya. Dilihat dari arahnya Gavin sepertinya tahu tempat apa yang Grasia ingin tunjukkan. Benar dugaannya. Grasia membawa Gavin ke rumahnya.

"Astaga! Jadi kau ingin aku antar pulang? Kenapa tidak bilang?" tanya Gavin dengan menahan gemas. Dia kembali berjongkok dan menjulurkan tangan mengusap kepala anjing.

Woofh....

Woofh....

"Iya, aku tahu kau ingin menunjukkan rumahmu padaku. Sudah, ya? Aku harus melanjutkan pekerjaanku." Gavin berdiri lalu berbalik hendak pergi, namun belum sempat melangkah Grasia sudah bergerak cepat menghalangi jalannya. Memang tidak benar-benar menghalangi, karena ukuran anjing itu yang lebih kecil dari lorong yang menghubungkan rumahnya dan ruangan lain mansion.

"Kenapa lagi? Aku harus pergi, Grasia." Coba tunjukkan wajah melas berharap anjing kecil itu menyingkir. Tapi Grasia malah balik memberikan tatapan puppy eyes padanya. Menggemaskan.

Dan berakhir sudah. Gavin menyerah dan menuruti kemauan Grasia untuk menemaninya bermain. Menit demi menit berlalu Gavin sama sekali tak mengantuk karena Grasia begitu aktif dan menghibur. Dia akan dengan cepat mengambil mainan yang Gavin lempar. Namun, saat dia melempar mainan itu untuk kesekian kalinya Grasia terlihat tidak tertarik lagi. Anjing itu bergerak gelisah memasuki rumahnya, Gavin pikir Grasia ingin istirahat, nyatanya anjing itu kembali keluar rumah dan menggonggong padanya beberapa kali. Heran? Tentu saja. Tak biasanya Grasia terlihat sangat antusias dan rajin bersuara. Apa yang hendak makhluk berbulu itu tunjukkan padanya?

"Kenapa? Aku tidak mengerti apa maumu? Kau bilang ingin bermain. Maka aku menemanimu bermain, sekarang apalagi, huh?" Gavin sudah tidak tahan lagi untuk mengeluarkan unek-uneknya. Dia tidak bisa diperlakukan seperti ini, dia bahkan masih belum menemukan pencerahan apapun.

Woofh.... Woofh....

"Aku tidak akan marah jika kau mau mengerti keadaanku. Kau tahu? Aku sudah lama sekali terjebak di kota kecil tanpa listrik dan air bersih. Rasanya seperti kembali ke zaman purba. Mengerikan. Jadi tolong kali ini saja mengertilah, kasihanilah aku, biarkan aku menjalankan tugas sialan ini, hmm?"

Woofh.... Woofh....

"Apa? Jangan mengejekku seperti itu, aku pasti akan segera menyelesaikan tugas ini. Lihat saja nanti, aku akan menunjukkan foto-foto gadis Hawaii sedang berjemur padamu. Bagaimana? Kau pasti suka." Lihat? Sepertinya Gavin sudah kelewat stres sehingga menularkan sifat mesumnya pada Grasia yang polos.

Kali ini Grasia terduduk seolah siap mendengar semua curahan hati Gavin. Bagus, sepertinya Gavin akan terus bercerita sampai anjing itu tertidur.

"Kau tahu? Sebenarnya aku sudah lama mendambakan liburan. Bukan, bukan karena ingin melihat bokong, lebih dari itu aku ingin bertemu ibuku. Dia sudah berkali-kali mengatakan rindu padaku, tapi seperti yang kau lihat pekerjaan selalu mengejar ku. Seperti sekarang, aku terpaksa menerima kasus ini karena kasihan pada Thomas...."

Woofh....

"Iya aku tahu dia majikan mu. Dan sialnya pencuri itu cerdik sekali. Aku sudah hampir satu Minggu di sini tapi tak ada bukti akurat tentang si pencuri. Petunjuk pun tidak membantu banyak. Omong-omong apa kau tahu berlian punya nyonya Wilson?" Gavin tidak peduli disangka idiot karena bertanya pada seekor anjing. Lagipula dia tidak benar-benar berharap Grasia mengerti ucapannya.

Tapi tak lama kemudian anjing itu menggonggong lagi.

"Kau tahu?" tanya Gavin memastikan jika Grasia memang menjawab pertanyaannya.

Woofh....

Tiba-tiba saja Grasia menoleh ke rumahnya, lalu kembali menatap Gavin. Tapi Gavin tidak mengerti tanda yang diberikan anjing itu sehingga hanya menimbulkan gurat pertanyaan di wajah tampannya.

"Ayolah. Aku kira kau akan tidur jika aku bercerita, sekarang apalagi?" Gavin berdiri seraya ikut menatap rumah Grasia yang dibuat sedemikian rupa. Feminim sekali, ini pasti ide nyonya Wilson. Grasia yang kesal karena Gavin gak mengerti isyaratnya mulai bergerak memasuki kandang, lalu keluar lagi dan menggonggong pada Gavin. Jika perkiraan Gavin tidak salah Grasia sedang mengajaknya masuk ke kandang. Hell! Apa itu artinya Gavin harus menemani anjing itu tidur? Yang benar saja. Dia pasti sudah gila.

Tapi Gavin yang pada dasarnya punya rasa penasaran tinggi menurut saja dengan memasuki kandang Grasia. Kandangnya tida sejorok kandang hewan di luar mansion. Sepertinya Willy sangat rajin membersihkan kandang Grasia lebih dari hewan lain. Anjing ini beruntung karena sangat disayangi pemiliknya.

Seperti kandang pada biasanya di dalam hanya ada kasur, tempat makan dan mainan juga? Mungkin yang membedakan hanya pada ukuran kandang yang lebih besar. Hampir mirip kamar manusia. Gavin berdecak kagum, Grasia pasti bukan anjing biasa. Dia memiliki sesuatu yang istimewa sehingga kandangnya sangat dibuat nyaman. Tidak seperti untuk hewan peliharaan.

"Nah, aku sudah masuk. Sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanyanya pada Grasia yang ikutan masuk.

Woofh....

Grasia mengendus ke segala sudut seolah tengah mencari sesuatu, Gavin hanya diam mengamati seraya menunggu apa yang hendak anjing itu tunjukkan padanya. Entah kenapa Gavin jadi teringat dengan kotoran anjing yang dia temukan di kamar lama Jana. Selain itu di sana juga ditemukan rantai kalung rusak. Tunggu dulu! Mungkinkah dugaannya selama ini benar?

Berlian itu tak dicuri, tapi masih ada di dalam mansion. Gavin sebenarnya merasa ini tak masuk akal tapi rasa penasaran itu terus mendorongnya untuk membuktikan sendiri apakah dugaannya benar atau hanya spekulasi saja. Akhirnya Gavin ikut menggeledah kandang itu, hingga matanya terbelalak melihat Grasia mengigit sesuatu yang menjuntai melewati bibirnya dengan sesuatu yang berkilau di bagian bawah. Apa Gavin terlalu mengantuk sampai matanya salah lihat? Ini sungguh tidak mungkin!

Bukankah itu terlalu cantik untuk disebut kalung permata biasa?

***

A/n: up sebelum habis masa aktif wkwk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro