#1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


"Hya! Lee Seowon!"

"Eoh?"

"Apa kau lihat dimana Baek Seunghwan?"

"Tidak. Tapi.. terakhir kali aku melihatnya bersama Sieun."

"Maksudmu Park Sieun?"

"Hm.."

"Baiklah. Terima kasih!"

Seorang gadis 20 tahunan itu sedang berlari-larian. Dari mimik wajahnya dia tampak begitu gusar. Dan sedikit kemarahan terpancar dari kedua mata bulatnya yang berkaca-kaca.

Rambutnya yang panjang kecoklatan, tergerai indah ketika menerjang jalanan kampus yang dipadati para mahasiswa Kedokteran.

Dia melirik ke kanan, ke kiri, ke manapun yang penting ia berhasil menemukan seseorang yang bernama Baek Seunghwan itu.

Gadis itu sangat hafal tempat-tempat yang sering dijadikan pelarian oleh prianya. Dan dengan mudah, ia menemukan pria tersebut.

Nafasnya memburu. Sekali lagi, pria itu menyakiti hati kecilnya. Dia menyesal, kenapa harus jatuh cinta pada pria brengsek bernama Baek Seunghwan. Semalam, Seunghwan mengiriminya pesan singkat dan mengajak mereka mengakhiri hubungan. Tentu saja gadis tersebut tidak terima. Apalagi, sekarang ini Seunghwan bersama dengan gadis perusak hubungannya.

"Baek Seunghwan!!"

Pria yang dipanggil namanya menoleh. Si gadis yang terlihat jauh lebih muda yang duduk bersama Seunghwan juga ikut menoleh.

"Baek Seunghwan!! Apa yang kau lakukan ini?? Kenapa kau memutuskanku begitu saja?? Apa karna gadis ini?!!"

Gadis itu berteriak histeris bahkan tak sanggup lagi membendung air matanya.

"Kim Sohyun!"

"Maafkan aku.. tetapi kita sudah tidak ada urusan lagi sekarang."

"Jelaskan padaku? Kenapa tiba-tiba begini?? Aku sangat mencintaimu!"

"Aku juga.. aku juga sangat mencintaimu. Tapi.. aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita.."

"Seunghwan-ah.."

Sohyun. Gadis itu bernama Kim Sohyun. Ia menangisi nasib buruknya karena terpaksa harus ditinggalkan sang kekasih. Ia juga tidak bisa menyalahkan gadis bernama Sieun. Gadis polos yang berdiri di belakang Seunghwan. Dia tak tau apa-apa. Yang bersalah adalah kedua orangtua mereka yang telah mengatur perjodohan itu. Perjodohan yang membuat hubungan Sohyun dan Seunghwan kandas.

Sohyun melangkah lemas. Ia berbalik dan meninggalkan keduanya. Apalagi yang bisa ia katakan? Jelas-jelas asmara Sohyun dan Seunghwan terhalang oleh perjodohan itu. Hanya saja, Sohyun masih bingung. Kenapa Seunghwan tidak berusaha menolaknya jika ia mencintai Sohyun? Kenapa pria itu malah menerimanya begitu saja?

Seunghwan sama sekali tak mencegah kepergian Sohyun. Sohyun butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Dia perlu menyadarkan diri, bahwa ia dan Seunghwan tak akan bisa melanjutkan cinta mereka.

"Maaf, Sohyun-ah."

Kata Seunghwan lirih setelah Sohyun meninggalkannya.

...........................

Sohyun memutuskan untuk kembali ke 'neraka'nya. Ke tempat dimana ia tak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang. Hanya ada pembantu rumah tangga bernama Bibi Jung yang selalu menemani dan merawatnya. Itu pun tak cukup.

Sohyun membutuhkan orangtuanya ketika ia merasa sedih. Ia ingin orangtuanya memberikan nasihat-nasihat bermanfaat dan menanggapi setiap kejadian yang menimpanya. Sohyun masih membutuhkan bimbingan mereka. Tetapi sungguh sangat disayangkan.

Papa Sohyun, alias Tuan Kim adalah seseorang yang kolot. Di dalam pikirannya, bekerja adalah hal yang prioritas. Sohyun pernah meminta setengah jam dari waktu istirahat papanya, tetapi tak pernah ia puas menikmatinya. Dari setengah jam itu, hanya sepuluh menit yang ia gunakan. Itu pun, dalam kondisi sang papa yang terlalu asyik bertelepon dengan rekan kerjanya.

Sejak saat itu, Sohyun tak pernah terlihat dekat dengan papanya. Meskipun itu sekadar untuk sarapan atau makan malam bersama. Papanya terlalu sibuk. Sangat sibuk sampai dia luoa segalanya.

Bagaimana dengan Mama Sohyun?

Kehilangan sosok sang mama adalah bencana terhebat dalam sejarah hidup Sohyun. Mama Sohyun meninggal tujuh tahun silam. Tepatnya saat usia Sohyun 13 tahun. Mamanya mengalami kecelakaan karena tertabrak oleh sebuah mobil. Sohyun yang kala itu sedang menempuh les tari bersama komunitasnya, seketika langsung menangis dan menuju ke lokasi dimana Bibi Jung mengabarinya lewat telepon.

Sohyun sungguh tak bisa menerima kematian mamanya itu. Apalagi, perkalanya cukup sepele. Mamanya menyelamatkan nyawa 'yang lain' sehingga harus mengorbankan keselamatannya sendiri.

"Bibi Jung!!"

"Bibi!"

"Kemana sih Bibi Jung?"

Sohyun berdecak marah ketika mengetahui ada seekor makhluk hidup yang enak-enakan tidur di karpet depan pintu rumahnya.

Sohyun berkacak pinggang. Suasana hatinya sedang buruk, ditambah lagi kehadiran seekor 'kucing' yang sangat dibencinya.

"Hey! Pergi dari rumahku!!"

Sohyun menggunakan kakinya untuk menggugah tidur hewan 'pemalas' tersebut.

"Kenapa nggak bangun-bangun sih??"

Sohyjn mengambil selang yang ada di kebun rumahnya. Dinyalakannya keran air yang terhubung ke selang itu. Ketika air telah mengucur deras dari ujung yang dipegang Sohyun, Sohyun menyemprotkannya oada si kucing yang berada di depan pintu rumah.

"Pemalas!! Pergi kau dari rumahku! Hewan jelek!!"

Kucing itu terbangun. Ia berlari, namun tak jauh dari halaman depan rumah Sohyun. Sohyun merasa sangat jengkel. Ia pun mengambil kucing tersebut dengan terpaksa. Sebenarnya, ia sangat jijik menyentuh bahkan memandang kucing saja ia tidak sudi.

Tak ada yang pernah tahu, apa yang menyebabkan Sohyun begitu kasar terhadap hewan mungil dan lucu tersebut.

"Lihat saja! Aku akan memberikanmu pelajaran sampai kau tidak akan pernah menginjakkan kaki di rumahku lagi!"

Sohyun melihat timba berisi air sedang menganggur di tebgah kebunnya. Akalnya pun mulai bekerja. Sohyun benar-benar terlihat seperti seorang psikopat.

Kucing yang tak tau apa-apa itu terus mengeong, terdengar seperti suara teriakan bagi para pecinta kucing. Namun Sohyun yang tidak punya hati tak peduli. Tak pernah peduli!

"Rasakan ini!!"

Sohyun mencelupkan kucing itu ke dalam timba berisi air. Ia menenggelamkan kucing itu berkali-kali. Anehnya, di sela kegiatan sadisnya itu, Sohyun menangis. Menangis dalam tawanya. Apa dia tidak waras?

Dia waras. Sangat waras. Sekali lagi, tidak ada yang tahu apa alasan kebencian Sohyun pada hewan mamalia bertelinga runcing itu.

Setelah puas menghabisi si kucing di dalam air, Sohyun berjalan keluar pagar dan melemparkan kucing malang tersebut ke jalanan. Disaat yang sama, sebuah motor melaju kencang. Kucing lemas tak berdaya itu tertabrak. Bahkan sempat tertindas bagian kakinya.

Pengendara motor kabur. Dan setelah itu, terdengar suara teriakan.

"Felix!!!"




Sohyun menyeka air matanya. Ada sedikit penyesalan di dalam hatinya atas perbuatan yang baru saja ia lakukan. Tak tega? Iya. Dia sedikit tidak tega melihat kucing itu terkapar kesakitan.

"Sadis kau Sohyun! Kenapa kau melakukan ini pada kucing kesayanganku??"

"Salahkan saja kucingmu Bibi Han! Dia yang mengacau di rumahku!"

Sohyun tidak mau mengalah. Bukannya meminta maaf, ia justru menyalahkan kucing malang tersebut.

"Kau menyalahkan kucingku??"

"Aku rasa kau yang harus berkaca! Perbaiki dirimu! Kau pikir hanya kucingku saja yang kau aniaya?? Kucing keluarga Lee, kucing Haein, kucing Yeowoon, kucing Hyunri.. semua kucing kau perlakukan dengan kejam!"

"Kemana hati nuranimu, Kim Sohyun??!!!"

"Hati nurani? Kucing itu saja tidak punya hati nurani. Untuk apa aku memeperlakukannya seperti manusia? Dia hanya hewan! Hewan tak berakal!"

"Jaga kucingmu baik-baik Bibi Han! Kalau dia ke rumahku lagi, aku tidak tau akan terjadi padanya! Mungkinnsesuatu yang jauh lebih buruk daripada kematian!"

Sohyun berbalik menuju ke dalam rumahnya. Kakinya gemetaran. Apakah dia terlalu kejam?

Semua tetangganya tahu kalau Sohyun sangat anti pada hewan lucu tersebut. Ia pun jadi bahan gosipan dan dijauhi dari pergaulan sosial di lingkungan rumahnya. Tentu saja papa Sohyun tidak sadar kalau anaknya sudah separah itu. Beliau tidak peduli! Beliau sibuk bekerja.

"Sohyun! Ingatlah! Suatu saat, kau akan mengalami apa yang kucing kami rasakan! Kau akan mengalami bagaimana radanya disiksa! Disakiti! Bahkan dibuang di jalanan! Kau akan menderita karena telah menyakiti kucing kami! Kau akan merasakan akibatnya Kim Sohyun!!"

Sohyun menutup kedua telinganya dan bergegas memasuki rumah.

.................................

Tepat seusai mandi dan merapikan diri, Sohyun berbaring di atas ranjangnya. Ia membuka ponsel dimana pada layar ponsel tersebut terpajang fotonya bersama sang kekasih. Lebih tepatnya 'mantan' kekasih. Sohyun sampai lupa akan hal itu.

Mengapa kehidupan asmaranya harus berakhir seperih ini? Ia bahkan tidak bisa berbuat apapun untuk mencegah perjodohan Seunghwan bersama dengan Sieun. Apakah dia harus memelas pada papanya agar membujuk keluarga Seunghwan untuk membatalkan perjodohan itu?

Mustahil.

Apakah Sohyun harus pura-pura memberikan ancaman bunuh diri di depan keluarga Seunghwan agar mereka membatalkan perjodohan itu?

Tidak. Itu hanya akan mencoreng nama baik Sohyun. Sohyun akan dikenal sebagai pengemis cinta oleh teman-temannya di kampus. Memalukan.

Kepala Sohyun terasa berat. Ia menaruh ponselnya di atas nakas dan membaringkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Mendadak, pikirannya bergelut dengan kata-kata Bibi Han tadi sore.

Beberapa kata yang terdengar ganas seperti sebuah kutukan. Sohyun menyingkirkan pikiran gelapnya. Mana mungkin ada kutukan di zaman sekarang?? Tahayul.

Tapi tetap saja. Sohyun merasa cemas kalau sampai ia menderita gara-gara perlakuannya sendiri yang semena-mena terhadap kucing.

"Sohyun.. oke. Kau akan baik-baik saja. Jangan khawatir..."

Kata Sohyun di dalam hati.

............................

Di pagi yang cerah, Bibi Jung datang tergesa-gesa masuk ke dalam rumah majikannya. Ia kesiangan. Seharusnya, Bibi Jung sudah membereskan rumah dan menyiapkan sarapan untuk Nona muda Kim.

"Aduh.. bisa marah Nona muda kalau saya sampai telat membangunkannya untuk sarapan!"

Bibi Jung setengah berlari menyusuri tangga menuju ke lantai dua. Ke kamar Sohyun berada. Saat Bibi Jung membuka pintu kamar, tak ada siapapun disana. Tetapi...


"Aigo!! Bagaimana bisa ada kucing di kamar ini??"

"Gawat!! Nona muda bisa marah!"

Buru-buru Bibi Jung mengangkat tubuh kucing tersebut dan menaruhnya di luar pagar.

"Maafkan, aku kucing manis... tapi bukan disini tempatmu. Pergilah.."

Bibi Jung menutup pagar rapat-rapat dan kembali masuk ke dalam ruangan.

Kucing tersebut masih terlihat terlelap. Matanya terbuka saat terdengar langkah sergap anak-anak kecil yang sedang berlarian.

"Lihat! Ada kucing di depan rumah Noona!"

"Bagaimana kalau kita membantu Noona mengusir kucing itu?"

"Ide yang bagus!"

Ujar ketiga anak itu bersahutan.

Dengan inisiatif mereka, diambilnya sebuah kardus di dekat tempat pembuangan sampah yang tak jauh dari rumah Sohyun.

Salah satu anak itu memasukkan kucing tersebut ke dalam kardus. Lalu, dengan sebuah lakban yang mereka bawa di dalam tas sekolahnya, kardus itu ditutup rapat sampai tidak ada celah.

Kucing itu mengeong berkali-kali seakan ingin meminta tolong. Namun, naas. Ketiga anak kecil itu telah memasukkan kardus tersebut ke dalam tempat sampah dan meninggalkannya begitu saja.

Sebuah truk pengangkut sampah pun datang dan mengeruk semua sampah baik organik maupun anorganik dari dalam wadahnya.

Siapa yang tahu, kalau kucing tersebut ternyata adalah jelmaan Sohyun.

Karena kesalahannya sendiri, Sohyun harus menerima akibat dari perbuatannya yang tidak memperlakukan binatang dengan baik. Ia harus merasakan betapa sakitnya dibuang dan saat itu tak ada penyayang kucing yang bisa menolongnya. Bahkan mendengar suara kecilnya.

Sohyun menangis di dalam kardus.

Ia tak pernah tahu kalau kutukan itu benar-benar akan terjadi!

Ia bahkan tidak tahu, kemana truk pengangkut sampah itu membawanya pergi.




























To be Continued.

Ini Baek Seunghwan.

Kalo yang udah pernah liat drama 'Blood' pasti nggak asing sama wajahnya. Di aktor kelahiran 1998 guys. :)

Mirip L Infinite ya..

Ini Lee Seowon

Kalo yg ini pasti juga udah familiar banget. Dia kelahiran 1997. Yee.. Oppa-oppa kita yg masih muda. Hehe

Maafkan yg telah menunggu lama untuk FF ini..

Selamat menikmati.. sekali lagi, FF ini berunsur fantasi. Jadi setiap kejadian tidak pernah nyata.

Tetapi, setiap perbuatan yang dilakukan Sohyun jangan pernah ditiru ya..

Sebaiknya kita harus menyayangi sesama makhluk hidup. :)

Next (?)



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro