#11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


"KAU?!"

"Lepaskan! Dress ini milikku!!"

"Apaan?! Aku yang melihatnya duluan!"

"Aku yang mengambilnya duluan!!"

"Tidak bisa! Aku yang sampai di toko ini lebih dulu!"

'Kenapa harus dia lagi?!'

Sohyun tersulut emosi. Mengapa kehidupannya tidak lepas sedetik pun dari seorang pria yang kenyataannya adalah tuannya sendiri?

"Park Jimin! Aku minta kau mengalah padaku! Aku menyukai baju ini, jadi lepaskan tanganmu. Lagipula buat apa kau membeli pakaian perempuan?"

"Bukan urusanmu! Yang jelas, aku tidak akan pernah mau melepaskannya. Aku yang akan mengambilnya duluan."

"Memangnya kau punya uang berapa? Apa kau tidak lihat price tag-nya?"

Celetuk Jimin sambil mengangkat kedua tangannya lalu disilangkan di depan dada. Sohyun tidak melihat sebuah ejekan disana, yang ia lihat adalah kesempatannya membawa baju itu lari ke kasir dan segera meminta Namjoon membayarkannya.

"Setidaknya aku punya dompet berjalanku. Bye Park Jimin... Wekk.."

Sohyun berlari menggondol dress favoritnya. Sesekali lidahnya terjulur meledek Jimin yang kalah cerdik darinya.

"Hey! Kembalikan! Itu milikku!!"

Jimin mengejar Sohyun. Mereka berdua berputar-putar di dalam toko. Menyelinap diantara pakaian yang lain dan berulah seperti anak kecil yang bermain di taman bermain.

Sohyun berhenti sejenak. Ia terasa lelah bahkan nafasnya ngos-ngosan.

"Kena kau!! Serahkan baju itu!"

Jimin mencengkeram salah satu ujung pakaian yang dibawa Sohyun. Sementara, tangannya yang lain menarik kerah baju bagian belakang Sohyun.

"Tidaaaakkkk! Tidak! Dia milikku! Carilah yang lain!"

"Tidak ada warna merah selain ini, aku mau yang ini! Kau saja cari yang lain!"

"Rrggghhhh.. Jimiiiinnn!"

Jimin tak memedulikan mata Sohyun yang mendelik lebar. Dengan berani, ia malah menarik pakaian itu dari kuasa Sohyun. Sohyun menariknya kembali dan hal seperti itu terjadi tiada henti. Hingga...

Kreeettt...

Keduanya pun terkejut. Tarikan mereka yang sama-sama kuat membuat pakaian yang memisahkan mereka terbelah menjadi dua.

"Oh, tidak! Tidak!"

"Kenapa jadi sobek?"

Jimin mengangkat potongan kain yang ada ditangannya. Begitu pula Sohyun.

"Gara-gara kau!"

"Aku? Hey! Kau yang memulai pertengkaran ini!"

"Tapi kau keterlaluan! Itu pakaian wanita, apa kau tidak malu berebut dengan orang yang lebih pantas membelinya?"

"Aku juga pantas membelinya! Memang kenapa kalau anak cowok membelikan baju untuk ceweknya? Apa salah?"

Sohyun melengos. Gagal sudah tubuhnya memakai dress merah yang indah itu.




"Astagaa! Ada apa ini? Barang jualanku!!"



Tanpa disadari, sang pemilik toko datang. Jimin dan Sohyun beradu pandang.

"Eh.. tenang Bi. Tenang. Jangan marah dulu.. Dia yang akan menggantinya. Dia sangat menginginkan baju itu."

Tukas Jimin dengan mengatupkan kedua tangannya.

"Heh! Apa katamu? Sedetik lalu kau mengajakku berdebat demi mendapatkan baju ini!"

"Tidak Bi! Dia yang akan membayarnya. Dia kan cowok.."

"Kenapa memangnya kalau aku cowok? Bukan berarti aku cowok, aku yang harus bertanggungjawab atas segalanya. Memang kau siapaku?"

Sohyun menggeram.

'Ihh!! Park Jimin!!! Aku membencimu!'

"Saya tidak mau tahu! Mau kamu?! Atau kamu yang merusak bajuku, kalian harus menggantinya entah bagaimanapun caranya!"




"Permisi, Nyonya. Apa yang sedang terjadi?"

'Malaikat penolongku datang..'

Lirih Sohyun setelah menyaksikan kedatangan Namjoon.

............................

Sohyun mengelap keringat yang keluar dari keningnya dengan resah. Sungguh gagal total acaranya membeli baju baru karena lelaki bernama Park Jimin. Bahkan saat ini, ia harus terjebak bersama 'majikan' menyebalkan itu!

"Hya!!! Bersihkan di tempat lain juga! Sudah setengah jam kau mengepel dan berputar-putar di sudut yang sama!!"


"Ck."

Tak menanggapi Sohyun, Jimin pun berpindah ke sisi lain membawa alat pel yang mulai mengering di tangannya. Sohyun merasa bahwa Jimin sok pintar itu memanglah munafik. Mengingat alasan apa yang melatarbelakangi mereka berdua mendapat hukuman membersihkan toko, semua adalah gara-gara Jimin.


" 'Memangnya kau punya uang berapa? Apa kau tidak melihat price tag-nya??' "

Sohyun menirukan suara Jimin beberapa saat lalu dengan bibirnya yang membentuk huruf O.

"Kelihatannya saja kaya, waktu diberitahu harus mengganti 26.000 won bilangnya 'Nyonya, dompet saya ketinggalan'. Huh!! Sok sekali!! Sombongnya selangit! Tuan tidak punya modal!"

Jimin yang masih tetap diam, tiba-tiba membanting alat pel-nya.

"Heh!! Bisakah kau berhenti bicara?! Selesaikan saja pekerjaanmu! Dan jangan menggangguku! Aku benci suaramu!"

"Kau!!! Berhentilah bertingkah seperti seorang bos! Kau itu tidak lebih bodoh daripada keledai!"

Entah mengapa, Sohyun menjadi marah-marah tidak jelas kepada Jimin. Ia teringat bagaimana perilaku Jimin yang tidak adil pada Taehyung sementara dirinya lebih memilih kubu sepupunya, Yerin, yang penghianat itu.

"Apa yang kau tau dariku? Kau tidak mengenalku dan aku tidak mengenalmu! Jadi jangan coba menghakimiku!"

Jimin mendekati Sohyun. Wajahnya ia dekatkan ke wajah Sohyun, meneliti ekspresi gadis tersebut dengan sedetail-detailnya.

"Dan...."

Sohyun merasa agak gelisah. Bola matanya berputar ke kanan, ke kiri, ke atas dan ke bawah seperti orang gila. Bagaimanapun caranya, ia tidak mau bertemu tatap dengan Park Jimin! Hal itu hanya akan mengingatkannya pada kejadian ciuman semalam.


"Dan.. semalam itu..."

"Kau..."

Jimin membelai pipi Sohyun dan membuatnya menjadi memerah.

'Apa yang dilakukan anak ini?!'

"Kau yang menciumku duluan. Jadi jangan pura-pura membenciku. Aku tau kau menyukainya.."

Bisik Jimin pada telinga kanan Sohyun sebelum dia meninggalkan toko.

Sohyun membuka mulutnya. Melongo mengetahui betapa percaya dirinya Park Jimin pada seorang gadis!

Sungguh, Sohyun sudah menduga hal ini sebelumnya!

"Lihat saja Jimin! Aku tidak akan membiarkanmu lolos setelah menghinaku!"

Namjoon yang menunggu Sohyun di luar toko turut mengamati kepergian Jimin yang tampak terburu-buru.

"Sebenci apapun kalian satu sama lain, takdir tidak akan pernah berubah. Karena itu, aku ada."

Senyum pun terukir di bibir tebal namjoon.

..................................

"Ashhh!!! Sial!!!"

"Astaga Hyung! Kau mengagetkanku! Kenapa berdiri di depan pintu dengan wajah seperti itu?"

Tanya Jungkook yang mendadak terkejut saat Jimin masuk kamar asramanya dengan mendobrak pintu.

"Cewek itu! Karena cewek itu aku jadi gagal membelikan pakaian mahal untuk Joy!!"

"Gara-gara diaaaa!!!"

Jungkook terkekeh.

"Gadis mana lagi sih, Hyung? Rose?"

Jimin terkejut.

"Eh! Bagaimana kau mengenal Rose? Apa aku pernah memberitahumu?"

"Tadi gadis itu menemuiku sepulang sekolah. Dia stalker yang handal asal kau tau. Dia bahkan bisa menebak kalau aku teman sekamarmu yang baru. Dia cantik, tapi kenapa Hyung tampak membencinya?"

"Aku tidak pernah membencinya. Seandainya dia bersikap selayaknya gadis idamanku."

"Hyung... Hyung. Kau menyia-nyiakan gadis yang menyukaimu. Sebenarnya, hatimu ini milik siapa? Aku tidak yakin kalau itu Joy."

Setergila-gilanya Park Jimin pada Joy, Jungkook cukup paham mana rasa kagum dan mana yang rasa cinta. Jimin hanya sekadar mengagumi sosok Joy yang sesuai kriteria idamannya. Namun, dibalik itu semua, pemilik hati Jimin masihlah menjadi misteri.

"Dimana Sassy?"

Tanya Jimin kepada Jungkook yang asyik dengan komiknya di atas kasur.











































To be Continued...😻😻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro