#13

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


"Minggir!"

Jimin 'membanting ' tubuh wanita di atasnya sedikit kasar agar ia menjauh. Jimin bangun dan segera membersihkan pakaiannya yang kotor terkena serpihan rerumputan taman.

"Bagaimana kau--?"

"Dimana Sassy??"

"Kenapa kau yang jatuh?"

Jimin seakan kehilangan akal. Beberapa detik lalu, ia melihat Sassy mengeong dari atas pohon. Beberapa saat kemudian, justru seorang gadis yang ia dapati jatuh menimpanya, dan bukan Sassy! Pertanyaannya, kemana Sassy menghilang? Secepat itu kah?

Dan gadis itu adalah gadis yang sama. Gadis yang membuat Jimin selalu merasa kesal. Si gadis penyusup yang tiba-tiba muncul, tiba-tiba menghilang. Gadis yang membuatnya mengepel lantai sebuah pertokoan. Gadis yang sama dengan gadis yang membuat darahnya selalu mendidih setiao kali bertemu.

Darimana gadis itu muncul??

"Bisakah kau sedikit lembut pada perempuan?"

"Kau yang salah! Kenapa mendadak kau menubrukku?? Apa yang kau lakukan sebenarnya? Apa kau punya semacam trik sulap sehingga bisa terlihat sedang berteleportasi?"

Tunggu. Saat itulah Kim Sohyun mulai menyadari bahwa ia tidak dalam bentuk Sassy! Mana mungkin? Itu masih pagi. Bukan saat yang tepat dimana ia berubah menjadi manusia! Apa yang terjadi? Apa aturan 12 jam sudah tidak berlaku lagi? Setelah ini, Sohyun akan menanyakannya pada Namjoon! Ataukah ada kemungkinan kedua, dimana kutukannya hilang total?

"Jangan melamun! Aku bicara padamu gadis aneh!"

Bagaimana Sohyun menjawabnya kalau ia sendiri tidak tau jawabannya.

"Maaf."

Sohyun saking tak bisa berucap lagi hingga hanya kata maaf yang terlontar keluar dari tenggorokannya.

"Aku tidak tahu kenapa kau terus berada di sekitarku. Tetapi, bisakah kau enyah sekali saja? Kau selalu muncul disaat mood-ku sedang buruk! Argh! Dimana Sassy??"

Jimin mengabaikan Sohyun demi mencari kucing kesayangannya. Andai dia tau kalau Sassy yang sedang ia cari-cari kini berada di hadapannya..

"Hei!! Jangan disana!!"

Jimin berteriak lantang, membuat Sohyun sadar dari kekacauan pikirannya sendiri.

"Astaga! Apa yang pria itu lakukan??"

"Bodoh!!"

Sohyun berlari setelah melihat Jimin berusaha menyelamatkan seekor kucing dari jalan raya. Dimana dari arah depan muncul sebuah sepeda motor yang melaju kencang!

"Park Jimin!!"

Sohyun mendorong tubuh Jimin. Bahkan ia melalaikan posisinya sendiri. Alhasil, selamatlah si kucing bersamaan dengan Jimin. Sementara Sohyun yang terkena imbasnya. Ia terjatuh. Lengannya terserempet sisi kanan motor yang melaju cepat tersebut. Tubuhnya terpental jatuh ke samping.

Jimin terkejut!

"Kau baik-baik saja??"

"Apa yang kau lakukan ini??! Apa aku meminta bantuanmu?? Ceroboh!"

Tampak dari raut muka Jimin yang cemas, pria itu dengan gagah menggendong tubuh Sohyun dan membawanya ke tempat yang lebih nyaman. Sohyun tak mengerti, mengapa ia bisa senekat itu menolong orang yang bahkan ia tidak sukai. Hanya saja.. pikirannya menolak apa yang hatinya mau. Sohyun tidak bisa menghilangkan traumanya terkait kematian sang mama. Sohyun tidak mau ingatannya terulang kembali dan membekas untuk selamanya dalam selimut penyesalan.

"Kau gila?"

"Memangnya aku siapa sampai kau mau menolongku begitu?"

Sohyun menunduk dalam. Terlihat beberapa butir tetesan bening jatuh membasahi tangan Jimin yang mencengkeram lengannya.

"Hei.. jangan menangis.. aku tidak bermaksud.."

Tak mendengar kata-kata Jimin, Sohyun justru menangis semakin kencang. Dan Jimin tidak punya piihan lain selain memeluk gadis itu agar bisa lebih tenang.

"Tenanglah.. aku tidak akan memarahimu.. maafkan aku. Aku tidak akan bicara kasar lagi.. maaf.. jangan menangis.."

Jimin tak menduga, Sohyun yang semenyebalkan itu bisa menangis di dalam pelukannya. Jimin sendiri tak mengenali gadis tersebut, ini baru pertama kali bagi dirinya menyentuh seorang gadis tak dikenal dan memeluk tubuhnya dengan percaya diri.

...............................

"Kenapa kau menolong kucing itu?"

"Hm?"

"Kau tau ada sepeda motor melaju cepat, apa kau tidak takut terluka?"

"A-apa yang kau bicarakan ini?"

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!!"

Sohyun memukul-mukul punggung Jimin.

"He-hei!! Heii!"

"Hentikan!"

Jimin menangkap kedua tangan Sohyun hingga dia diam. Matanya tampak berembun. Jimin sadar jika cengkeramannya cukup kuat, Sohyun mungkin akan kesakitan. Dengan menyabarkan dirinya sendiri, Jimin mulai melembut. Tangannya yang tadi mencengkeram kuat berubah menjadi sentuhan hangat.

"Aku menolongnya karena dia makhluk tak berdaya.."

"Tapi dia bisa melukaimu. Apa kau tidak takut akan kehilangan nyawamu demi seekor makhluk tak berdaya?"

"Aku tidak kenal siapa dirimu. Tapi aku rasa kau terlalu berlebihan."

"Aku tidak akan seberlebihan ini kalau saja seekor kucing tidak membuat mamaku mengabaikanku. Kalau saja seekor kucing tidak membuat mamaku pergi jauh dariku! Aku membenci mereka! Mereka kejam!"

Jimin menatap iba pada Sohyun. Pikiran gadis itu telah dibuat salah. Kematian itu takdir, bukan sesuatu yang diakibatkan oleh makhluk Tuhan yang lain. Seekor kucing hanyalah binatang yang tak punya susunan rencana untuk merebut kasih sayang seorang ibu dari anak-anak manusianya. Lantas, mengapa Sohyun begitu awam? Apa yang telah membutakan otak gadis itu sebenarnya?

"Berhentilah menangis! Aku mohon... Sini!"

Jimin meniup luka yang ada di siku Sohyun. Sohyun memedih sakit, namun pada akhirnya amarahnya mereda. Sohyun berhasil mengontrol emosi dan perasaannya.

"Aku baik-baik saja.."

"Diamlah. Aku sedang mengobati lukamu."

"Boleh aku bertanya?"

"Apa?"

"Apa menurutmu aku terlalu kejam?"

"Kejam? Memang kekejaman apa yang kau buat?"

"Aku sangat membenci mereka. Aku merasa marah dan dendam saat melihat mereka begitu disayang manusia. Aku iri, mereka dimanjakan dan selalu diurusi sepenuh hati.. Aku tidak suka."

"Apa kau masih menyinggung soal kucing?"

Sohyun mengangguk.

"Boleh aku tau siapa namamu?"

"Kau tidak mengenalku? Kukira selama ini kau tau namaku, jadi kau selalu mengumpatiku di dalam hatimu."

Jimin terkekeh. Astaga, nasib apa yang mempertemukannya dengan seorang gadis aneh? Gadis yang mengenalinya tetapi ia sendiri terlalu asing dengan gadis tersebut.

"Kau yang mengenalku. Bukan aku yang mengenalmu."

"Aku.. Sa-"

"Aku Sohyun. Kim Sohyun."

"Baiklah.. sekarang aku tau namamu dan kau tau namaku--entah darimana. Sekarang aku akan menjawab pertanyaanmu yang konyol itu."

Jimin menyamankan posisinya duduk di sebelah Sohyun. Matanya memandang jauh ke depan sementara Sohyun memperhatikannya detail dari sebelah.

"Aku menyukai binatang sejak kecil. Termasuk kucing."

"Mereka lucu. Mereka akrab dengan manusia. Mereka hewan yang jinak yang bisa aku anggap sebagai temanku sendiri. Mungkin ini terlihat tidak masuk akal, tetapi bukankah kucing adalah sahabat yang jauh lebih baik daripada manusia? Mereka tidak pernah menyumpahiku. Mereka tidak menggosip dan menjelek-jelekkanku di belakangku. Itulah mengapa, aku menyukainya."

"Dan ya.. mereka tak tahu apapun soal kehidupan manusia. Keberadaan mereka tidak akan mengganggumu. Kau yang selalu merasa terganggu dengan mereka Sohyun.."

"Mungkin kau benar. Tetapi.. aku punya sebuah trauma. Aku tidak bisa melihat seekor kucing didekatku atau aku akan menyiksanya. Aku merasa dendam setiap kali mereka ada. Mereka mengingatkanku pada sosok mama. Mama dulu sangat menyayangi kucing peliharaannya hingga ia jarang mengurus dan menemaniku bermain. Mamaku meninggal akibat kecelakaan saat ia berusaha mengambil kucingnya yang lepas di jalanan.. aku kehilangan mamaku.. dan itu karena hewan perebut kasih sayang itu."

"Sohyun.. kematian itu pasti datang pada waktunya. Jangan menyalahkan hewan tidak berdosa... Atau kau akan terus memendam kebencianmu terhadap seekor kucing. Orang-orang di luar sana pasti menganggapmu gila dan tidak waras."

"Terlambat.. mereka bahkan sudah memusuhiku di kehidupan sosial. Aku pun ikut membenci mereka."

Sampai kapan Sohyun harus bertahan dengan kebenciannya yang irrasional? Ia hanya akan membuat dirinya terpuruk dan dibenci orang. Jimin sendiri merasa kasihan, namun tampaknya butuh waktu lama agar memulihkan mental gadis itu seperti semula. Pikirannya perlu disadarkan.

"Kau mau tau sesuatu?"

"Iya?"

"Apa kau mencari kucingmu yang bernama Sassy?"

"Darimana kau tau?"

"Kalau begitu, akulah yang kau cari."

"Apa???"


























To be Continued..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro