#6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa yang kau cari?"

"Apa kau melihat Sassy?"

"Sassy?"

"Iya.. kucing kaliko yang kubawa dari rumah. Apa kau lupa?"

"Ohh.. Sassy.."

"Tidak tau."

Jimin menggeledah kamar asramanya. Ia membuka almari dan memberantakan semua isinya. Dilemparnya pakaian mereka sampai berceceran dimana-mana. Itu membuat Taehyung kesal. Karena, bukan hanya baju Jimin yang dia kacaukan, melainkan bajunya juga. Padahal sudah susah payah ia merapikan helain kain-kain tersebut tadi pagi.

Ini adalah hari pertama mereka akan bermalam di asrama setelah tiba di asrama tadi pagi. Lelah? Mereka pastilah lelah. Ditambah lagi, Jimin yang entah sampai kapan akan mengusik waktu istirahat Taehyung.

"Jim! Rapikan kembali bajuku! Apa yang kau lakukan?? Aku bekerja keras menyusunnya tadi pagi.."

"Kucingku hilang! Aku tidak terima! Pokoknya Sassy harus ketemu!"

"Sudahlah.. biarkan dia hilang. Mungkin kucing itu butuh kebebasan, atau dia punya anak yang ditinggalkan. Kau bisa bayangkan kan, bagaimana rasa cinta induk kepada anak-anaknya?"

"Kucingku masih perawan..."

Sahut Jimin dengan sorot tajamnya.

"Dia tidak punya anak!"

"Darimana kau tau?"

"Para pecinta kucing punya insting yang kuat tentang peliharaannya, jangan kau ragukan aku! Bantu aku cari!"

"Hh.. kau merepotkan! Sekali ini saja, Jim. Setelah ini, aku tidak akan peduli kemana perginya kucing itu. Entah Sassy, entah Christian, mereka bukan lagi urusanku."

"Nah.. gitu dong. Ini baru sahabatku."

Alhasil, Taehyung pun membantu Jimin mencari kucing barunya yang hilang. Bukankah sudah terlihat, pria bermarga Park itu sangat menyayangi kucing peliharaannya? Apapun akan dia lakukan demi mendapatkan kucingnya kembali. Meskipun itu hal konyol yang harus ia lakukan.
.

.

.

Dua jam sudah mereka lalui. Tetapi hasilnya, Sassy tetap tidak ditemukan.

"Apa sebaiknya kita pasang poster dan menyebarkannya ke publik?"

"Tapi aku tidak punya foto Sassy..."

Jimin putus asa.

Taehyung mendelik. Lalu melemparkan bantal dari kasur tidurnya yang berada di atas Jimin. Ya, ranjang mereka memang bertingkat. Jimin dibawah, sementara Taehyung berada di atas.

"Pabo! Berhentilah berpikir gila, Park Jimin! Dia hanya seekor kucing jalanan biasa yang kau pungut! Kalau itu adalah kucing titisan Ratu Inggris, barulah bisa kau pasang poster."

"Lalu aku harus bagaimana? Sassy tidak ketemu. Padahal ini sudah sangat larut. Aku khawatir, apakah dia sudah makan atau belum?"

"Kau terlalu banyak mencemaskan kucingmu. Kau sendiri harus makan, sejak tadi siang kau tidak makan, Jim. Aku jauh lebih mengkhawatirkan keadaanmu saat ini. Kau pun harusnya berpikiran sama sepertiku."

Mendadak, suara Taehyung jadi melembut. Ia bersahabat dengan Jimin sudah sangat lama. Ia kenal betul bagaimana karakter pria tersebut. Pria yang lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Pernah suatu hari Taehyung tidak membawa seragam olahraga di sekolah menegah atas, lalu Jimin meminjamkan bajunya dengan alasan dia malas mengikuti pelajaran tersebut. Hingga, berakhirlah Jimin yang harus berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali. Sejak itu, Taehyung merasa bersalah setiap kali Jimin berbuat baik padanya. Terutama untuk menutupi segala kecerobohannya dan sifat pelupanya itu.

"Baiklah, Park Jimin. Hatimu sungguh lembut sekali. Aku akan membantumu mencari Sassy besok pagi. Sekarang, sebaiknya kau makan.. aku memiliki banyak persediaan ramen di dalam tasku."

"Benarkah? Kau akan terus membantuku kan?"

Taehyung berdeham.

"Wah! Terima kasih, Taehyung-ah!!"

"Aku akan makan!"

"Hmm.. sepertinya tiga bungkus ramen akan cukup memenuhi perutku malam ini!"

Taehyung melonjak dari atas kasurnya dengan tangkas dan melompat tepat di samping tas persediaan ramennya.

"TIDAK BOLEH!"

"Ingat Park Jimin, kita harus berhemat makanan! Satu saja cukup!"

"Huh. Bilang saja kau pelit, kau tidak mau membagi makananmu deganku kan?"

Taehyung menghembuskan nafasnya kuat-kuat. Saat ini bukanlah saat yang tepat untuk marah-marah. Jimin harus makan. Itu mutlak. Ia tidak mau melihat sahabatnya sakit gara-gara maag-nya kambuh. Seperti sebulan yang lalu. Saking parahnya, ia harus dirawat di rumah sakit selama seminggu.

"Iyalah.. iya.. Aku menyerah. Kau paling ahli membujukku.  Makan saja sepuasmu. Asal kau tidak sakit lagi."

Jimin tersenyum. Ia berjalan mendekati Taehyung dan memeluk sahabatnya itu.

"Aku hanya bercanda, Tae. Terima kasih telah mengkhawatirkanku. Kau adalah sahabat terbaik yang pernah ada."

........................

Sinar matahari pagi terasa menyengat di kulit. Jimin menenggak air mineral dari botolnya secara rakus. Tetesan air, mengalir membasahi dagu, leher, sampai ke baju yang dikenakannya.

Beberapa gadis memandanginya kagum. Kagum akan ketampanan dan ke-kerenan Jimin yang hakiki. Kalau mereka tidak kuat dengan pesona Jimin, mungkin kebanyakan dari mereka sudah pingsan di tempat.

"Wow, Jim. Sampai kapan kau akan tebar pesona? Lihat, gadis-gadis itu meneteskan air liurnya hanya karena melihatmu minum. Aku heran.. apa yang terlihat keren dari dirimu sebenarnya?"

"Yang jelas, kau tidak akan pernah menyesal berteman denganku, Tae. Aku ini cowok terpopuler di kampus."

Jawab Jimin sambil menyeringai usil.

"Mulai lagi..."

Taehyung teringat akan tujuan awal mereka mencari Sassy. Kegiatan yang sangat melelahkan hingga mengharuskan mereka membeli sebotol air mineral untuk menghilangkan dahaga. Dan semenjak itu, misi mereka tertunda akibat kebiasaan Jimin yang tak pernah berhenti menjerat hati wanita. Membuat Taehyung merasa jengkel untuk sesaat.

"Apa kau lupa kalau kita harus menemukan Sassy-mu itu?"

"Oh!"

"Oh??"

Taehyung bingung dengan respon Park Jimin yang di luar ekspektasi. Ia menatap Jimin yang pandangannya terpaku pada sesuatu. Taehyung yang penasaran, mengikuti kemana arah mata Jimin berpacu.

Seorang gadis. Cantik. Berambut panjang kecokelatan dan sedikit bergelombang. Matanya bulat menawan, kulitnya seputih susu. Serta tinggi badan yang semampai.

Taehyung sampai tidak bisa menutup mulutnya sendiri. Apakah baru saja ada bidadari yang jatuh dari surga?

"Astaga... cantik sekali.."

"Aku harus memberinya pelajaran!"

"Heh? Park Jimin?? Apa yang akan kau lakukan?!"

Jimin tak menghiraukan sahutan sahabatnya. Ia terus berlalu, menghampiri seorang gadis yang berdiri kebingungan di tengah kerumunan mahasiswa yang berlalu lalang. Keberadaannnya begitu mencolok, kecantikan yang dimilikinya membuat pria manapun terheran-heran menatapinya. Tetapi, gadis itu tidak peka sama sekali kalau sekarang dia menjadi pusat perhatian para mahasiswa di kampus tersebut.

"Hei! Gadis penyusup!!"

Gadis tersebut kaget. Mendadak, Jimin sudah berada di belakangnya dengan wajah menyeramkan. Marah bercampur dendam menjadi satu.

"Gara-gara kau, aku jadi dituduh yang tidak-tidak oleh para penghuni asrama termasuk sahabatku sendiri! Kau harus tanggungjawab!"

"E-eh.. s-siapa ya?"

'Gadis ini pura-pura lupa? Licik sekali.'

"Jim! Apa yang kau lakukan? Kenapa membentaknya seperti itu?? Lihat.. kalian jadi pusat perhatian...."

Bisik Taehyung seolah menjadi penengah.

"Diamlah, Tae! Dia gadis yang kumaksud kemarin! Dia yang menyusup ke kamar kita dan membuat kekacauan di sana!"

"APA?!"

Gadis tersebut terlihat panik. Ia ingin melarikan diri, tetapi gagal karena Jimin mencekal tangannya.

"JADI INI GEBETANMU YANG KAU SELUNDUPKAN KE ASRAMA KEMARIN??"

"Wah. Cantik sekali... baru kali ini pilihanmu bagus.."

'Taehyung bodoh!!!!'

Jimin menyumpahi Taehyung di dalam hati. Anak itu berbicara yang tidak benar di hadapan umum. Pakai teriak pula. Jimin semakin merasa terancam hingga ia pun tidak dapat mengontrol pergerakannya. Gadis tersebut terlepas dari jangkauannya. Ia kabur dan semua itu gara-gara ulah ceroboh Kim Taehyung.

"Haishh! Dia kabur!"

"Bisakah kau berhenti berkata yang tidak-tidak Tae? Apa kau ingin membunuh harga diriku di tempat umum? Kenapa kau bodoh sekali!!"

........................

"Hampir saja tertangkap!"

Gadis tersebut menyeka keringat yang membasahi keningnya.

"Bagaimana? Apa kau menikmati tubuh manusiamu kembali?"

"Hah!"
"Kau lagi? Sudah kubilang, jangan muncul tiba-tiba! Kau membuatku kaget!"

"Aku hanya mengecek kemampuan kalung yang kuberi padamu. Terbukti kan? Aku tidak main-main."

"Baiklah, Namjoon. Aku percaya padamu. Jadi, apa kesepakatan yang harus kupenuhi untuk mendapatkan tubuhku kembali?"

"Tidak sekarang. Aku akan memintanya nanti pada saatnya. Sebaiknya kau kembali pada majikanmu.. jika kau ingin mengembalikan wujud aslimu, Kim Sohyun."

"Maksudmu menjadi kucing lagi dan tinggal seatap dengan pria gila itu?"

Namjoon mengangguk.

"Kau pasti sudah tidak waras!"

"Cepat kembali atau kutarik lagi kalung itu darimu, Sohyun?!"

"Ah.  Iya-iya! Menyebalkan!"

Kim Sohyun, dia mendapat bantuan dari Namjoon, pria yang baru saja dia kenal. Namjoon memberinya sebuah kalung, dimana dengan kalung tersebut, Sohyun bisa menikmati wujud manusianya lebih lama. Kalung yang akan menangkal efek panik yang menekannya sehingga pada saat perasaan itu muncul ia tidak akan mudah kembali ke wujud 'Sassy'-nya.

"Tapi ingat, Sohyun. Kau hanya bisa menikmati keajaiban kalung itu tidak lebih dari dua belas jam. Kau tetap harus menjalani kehidupan 'Sassy'mu. Dan ingat, kalung itu akan kehilangan magic-nya saat ia tersentuh tangan orang lain selain dirimu."

"Uhuh. Apa ada lagi, Tuan Namjoon yang baik hati?"

"Tidak. Sekarang kembalilah. Dalam hitungan menit, kau akan segera berubah."

Sohyun berbalik badan dan meninggalkan Namjoon. Ekspresi wajahnya benar-benar terlihat tidak menyenangkan.

'Ya.. setidaknya aku bisa jadi manusia lebih lama.'

Pikir Sohyun.
























"Pria itu yang akan membantumu mengembalikan wujud manusiamu, Sohyun. Jadi bersabarlah.."

Gumam Namjoon ketika punggung Sohyun sudah tidak kelihatan.























To be Continued.

Hai-hai chingu? Lama tidak bertemu.

Semoga chapter ini bisa membuat kalian puas.

Penasaran, bagaimana Sohyun menikmati waktunya yang tidak lebih dari 12 jam itu sebagai manusia?

Tetep ikutin ceritanya ya.☺

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro