CD Vol.6 - Jaran Goyang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

CD. Vol.6 - Jaran Goyang
By Bluebellsberry

===================

Cewek lugu dua puluh dua tahun itu menarik napas panjang, matanya terpejam dengan tangan mekar dan jemari jumpalitan di atas tungku api kecil kompor masak-masakan. Ada kendi kecil berisi air mendidih ditaburi kembang tujuh rupa yang berbuih karena mendidih. Bibir tipis cerinya komat-kamit asal.

"Gimana, Yong, bisa enggak?" Seorang cewek berwajah cantik tapi ngaku pas-pasan menunggu dengan gelisah.

"Sssttt!" Iyong berdecak, mantera yang dia komat-kamitkan ambyar semua. "Ron, lo jangan ganggu konsentrasi gue, dong!" Protesnya. "Ambyar, nih, jinnya enggak mau keluar!"

Cewek bermata belo dan berbibir seksi itu mencebik, "Yah, terus kuda gue gimana?"

"Kuda apaan Kutilang Darat?!" melotot tiba-tiba, kebingungan dengan kalimat tanya Eron yang tak semestinya.

"Bukannya lo kemari mau minta ajian pelet?" Dukun yang merupakan bocah kemaren sore itu malah balik bertanya.

"Iya, gue mau minta jaran goyang!" Eron sewot. "Pokoknya BangKu harus nurut sama gue!"

"Enggak pake nge-gas, keles!" Iyong mencibir tak kalah sewot. "Ya, terus apa hubungannya sama kuda, woy!"

"Jaran bukannya bahasa jawanya kuda?" Eron berdecak dan mendengkus sekaligus. "Ah, enggak canggih, maneh teh, Yong!"

"Kalo gue canggih, udah jadi nyi pelet, woy!" Iyong menaburkan lagi kemenyan di kendi kembang tujuh rupanya. "Kalo gue canggih, gue ... pasti enggak jomlo lagi."

Hening. Mendadak suasana suram. Eron dan Iyong sama-sama meratapi ke-jones-annya. Rupanya Eron ... cewek cantik tapi kurus tinggi langsing dada rata, mau melet Mas Kulin. Dasar Kutilang Darat!

Ditengah kemuraman durja dua anak perawan tercetar di komplek Metro Ambyar itu, Mak Ipeh, Enyaknya si Iyong Mar Kiyong malah heboh di depan rumah.

"Iya, iya ,iya! Eh, buset dah ini, sapa yak nyang naro kontener gede banget di mari?!" Mak Ipeh berkacak pinggang sambil gigitin kacang. "Eh, Iyong, ini langganan lu bukan nyang parkir treg di mari?!"

"Apaan, sih, Nyak?" Iyong teriak dari dalam, Eron ikut-ikutan keluar. "Kan Iyong di dalam, Nyak!"

"Lha, terus ni sapa parkir di mari? Kaga tau apa ini tanah dulunye punya Engkong lu? Sembarangan aje naro beginian segede gaban depan rumah Enyak!"

"Mak, rodanya ada enam belas." Eron mengerjap kikuk.

"Gue kagak nyuruh lu ngitungin roda, Neng Eron, buset dah!" Mak Ipeh makin heboh tak karuan, rasanya gendang telinga Iyong mau pecah. "Cariin, dah, orangnye! Nutupin jalan, tau enggak!"

"Iye, Nyak, iye." Iyong mengalah. "Entar si Eron yang nyari, ye?"

Eron auto syok, "Elah, Yong, kok gue?!"

Cewek itu mengeloyor masuk tanpa menggubris suara mistis, eh, protes dari Eron. Padahal Iyong sudah mendengar suara Mak Ipeh yang cetar sejak dalam kandungan, tapi tetap saja dia merasa budek dadakan setiap Emak heboh begini. Begitu pula Eron yang sudah tinggal di komplek Metro Ambyar sejak dua puluh tahun lalu, cewek kutilang darat itu yakin suara Mak Ipeh bisa banget buat alternatif kalau toa masjid rusak.

"Assalamualaikum." Seorang cowok tiba-tiba turun dari kendaraan besar yang terparkir di depan rumah Iyong. "Bu'e, Maryana Inge  ono po ora, yo?" (Bu, Maryana Inge ada apa enggak, ya?)

"Iya, iya ,iya! Oh, jadi elu tong nyang parkir treg segede gaban di mari?" Mak Ipeh berdecak sebal. "Ngapain lu nyariin perawan gue?"

"Yo pengin takon saran ben cepet ndue jodoh, Bu! (Ya, mau tanya saran biar cepat punya jodoh)" Cowok itu manggut sopan.

"Apaan? Ngomong yang jelas, gue kagak ngarti omongan lu, Tong!" Mak Ipeh berdecak lagi.

"Iku lho, Bu, maksudnya saya mau minta wejangan sama Mbak Maryana biar cepat dapat jodoh." Dia melanjutkan dengan dialek jawa yang kental. "Tapi, ya, kalau Bu'e mengizinkan ... saya disuruh merawani si Mbak-nya juga ndak papa."

"Eh, jangan sekate-kate lu kalo ngomong! Sembarangan! Enyak beli pala lu, baru tau rasa lu, ye!" Mak Ipah jadi terbawa esmochi, padahal es milo, es mambo, dan es-es yang lain juga enak.

"Iyo, iyo, Buk, ampun. Saya cuma bercanda. Mbak Maryana-nya ada?" Cowok itu nyengir kaku, takut juga dia kalau pulang dari sini yang bawa kontainer cuma badan ... enggak pake kepala karena keburu dibeli Mak Ipeh.

"Iyong di dalem, masuk sono. Jangan lama-lama. Itu kontener malang pintu sampe ke tetangga ujung!"

Cowok itu cuma manggut-manggut sebelum masuk ke dalam. Begitu masuk alunan lagu merdu Jaran Goyang koplo sudha memenuhi ruangan.

"Anu, Mbak Inge, eh Mbak Maryana-"

"Panggil gue Iyong." Iyong langsung memotong ketidakjelasan lelaki pirang berdialek jawa kental di depannya ini. "Mas'e saka ngendi? Arep njaluk opo mengene? (Mas-nya dari mana? Mau minta apa kesini?)

Eron takjub, ternyata Iyong multikultural sejati. Selain latar keluarganya yang terasa Bhineka Tunggal Ika, kemampuan bahasanya juga beragam. Bayangkan ... Mak Ipeh bebal alias Betawi dapet Sisa-sisa Belanda, Bapaknya cipok alias China Depok, dan Neneknya phuket alias Purwokerto Kalimantan. Iyong tercipta dari serpihan kisah penjajahan dan diracik dengan darah campuran. Lengkap.

"Iku, lho, Mbak Iyong. Awakku arep njaluk ajian semar mesem, ben cepet ndue bojo (Itu, lho, Mbak Iyong. Saya mau minta ajian semar mesem, supaya cepat dapat istri)

"Oh, sama kayak Eron, ya, mau melet. Ya Rabb, kenapa ini jomlo-jomlo ngenes pada ngumpul di rumah gue, hiks!" Iyong memijat pelipisnya.

Apa salah dan dosaku, sayang?
Cinta suciku kau buang-buang.
Lihat jurus yang kan 'ku berikan.
Jaran goyang, jaran goyang.
Sayang, janganlah kau waton serem.
Hubungan kita semula adem.
Tapi sekarang kecut bagaikan asem.
Semar mesem, semar mesem.

"Betewe, nama Mas-nya siapa?" Eron penasaran. "Gue cuma kepo, kok, jangan GR ... enggak naksir sama bule karbitan."

"Nama lengkap opo panggilan, Mbak?"

"Lengkapnya Abdule Sugiyono, panggilannya Abu, bener 'kan?" Iyong tiba-tiba menyahut. "Lahir tahun 93, shio ayam, wetonnya selasa pahing 'kan?"

Cowok itu mengerjap beberapa kali, kemudian mata sipitnya berbinar-binar. "Kok, ya, Mbak Iyong tahu? Wah, ndak salah saya datang kemari."

"Ya, tau lah!" Iyong tersenyum bangga. "Wong fotonya Mas Abu langsung ada di google, terus tanggal lahirnya nempel di facebook, ya tho?

"Ealah, Mbak, tercengang saya." Senyuman di bibir Abu sirna.

"Yong, masih lama enggak kuda goyang gue?" Eron akhirnya bersuara, dia pengap dengan bau kemenyan di depan mata.

Jurus yang sangat ampuh, teruji, terpercaya.
Tanpa anjuran dokter, tanpa harus muter-muter.
Cukup siji solusinya, pergi ke mbah dukun saja.
Langsung sambat, "Mbah, saya putus cinta."

Kalau tidak berhasil, pakai jurus yang kedua.
Semar mesem namanya, jaran goyang jodohnya.
Cen rodok ndagel syarate, penting di lakoni wae.
Ndang di cubo, mesti khasil terbukti kasiate, gejrot.

"Sini-sini mendekat lo berdua!" Iyong kembali fokus pada perlengkapan perdukunannya.

Lantunan musik Jaran Goyang masih terdengar, kali ini bukan versi koplo. Iyong komat-kamit sementara Abu dan Eron mendekatkan diri pada dukun abal-abal yang tengah berusaha memanggil arwah nyi pelet jadi-jadian itu.

"Kurang deket, nanti enggak sampe lho manteranya!" Iyong masih memejamkan mata.

Tak lama Iyong mengambil segelas air di nakas dan memasukkannya ke mulut sampai pipinya menggembung. Bak dukun profesional Iyong menyemburkan air surga dari mulut bernapas jengkol itu pada Abu dan Eron.

Byuuuurrrr!!!

Apa salah dan dosaku, sayang?
Cinta suciku kau buang-buang.
Lihat jurus yang kan 'ku berikan.
Jaran goyang, jaran goyang.
Sayang, janganlah kau waton serem.
Hubungan kita semula adem.
Tapi sekarang kecut bagaikan asem.
Semar mesem, semar mesem.

"IYONG!!" Eron berteriak murka. "BANGKE EMANG, MULUT LO BAU JENGKOL, ANJAY!"

Iyong mengerjap beberapa kali, kemudian nyengir kaku ala jaran ireng.

"Masih ada sekali lagi biar manjur, Ron ...." Iyong bicara takut-takut.

"Ah, enggak waras lo, Yong!" Eron mengusap-ngusap wajahnya dengan kain bekas lap meja, sebelum menjejalkannya pada Abu. "Nih, makan kain lap!" Cewek itu lantas menggunakan jurus kaki seribu, kabur sebelum semburan kedua.

Iyong dan Abu meratapi kepergian Eron, tak lama kemudian cewek itu kembali komat-kamit sambil meneguk segelas air lagi dan-

BYUUUURRR!

Semburan aroma jengkol kedua sukses membuat bule jantan karbitan itu megap-megap lepek.

Abu ternganga pasrah, "Sabar, sing penting ndue bojo."

=================

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro