3 Versi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kisah kasih di masa SMA pastilah yang akan selalu dikenang. Begitu pula dengan ketiga sahabat sejak kecil selalu bersama membuat kisah mereka sendiri.

Di bagian salah satu unit perumahan elit, tinggallah seorang cowok bertubuh kekar. Cowok itu tengah menikmati udara di pagi di balkon kamar.

Ricky Zakno. Seorang siswa yang memiliki begitu banyak bidang prestasi yaitu kesenian. Ricky sangat menyukai menggambar sejak umur 6 tahun.

"Selamat pagi dunia," ucap Ricky menatap langit cerah.

Ricky pun memilih untuk membersihkan diri. Pagi ini seperti biasanya kegiatan sekolah.

Selama kurang lebih duapuluh menit. Ricky sudah rapi dengan seragam sekolah berwarna biru.

Minyak wangi keluaran terbaru disemprotkan di seluruh tubuh. Ricky sangat menyukai parfum, makanya dia sangat disukai siswi di sekolah karena wangi dan juga ramah. Jangan lupakan wajah tampan, tubuh kekar dan sopan santun.

"Tas, baju olahraga, buku, alat tulis dan ... ah iya perlengkapan untuk menggambar."

Ricky siap berangkat sekolah. Dia sarapan dengan roti selai cokelat dan segelas susu.

"Semoga hari ini menyenangkan seperti hari-hari sebelumnya," ucap Ricky tersenyum tipis.

__#_#__

Di lain tempat, seorang cowok berambut kecokelatan sudah sibuk di dapur. Kegiatan untuk membuat sarapan di pagi telah menjadi jadwalnya.

Perlengkapan masak dan bahan-bahan masakan telah tersedia rapi di dapur. Kali ini cowok berparas tampan akan membuat sarapan berupa nasi goreng spesial telur mata sapi.

"Oke, saatnya untuk eksekusi," ucapnya memegangi spatula.

Fenly Chirstovel. Seorang siswa yang memiliki segala gudang prestasi di bidang akademik. Berbagai macam lomba nasional sudah dia menangkan.

Jika, kita lihat sebuah lemari besar di ruang tamu terdapat banyak macam piala maupun mendali. Fenly juga selalu menduduki peringkat tiga besar di kelas.

Selama duapuluh menit, Fenly berhasil menyelesaikan masakan. Dia pun membereskan dapur, lalu menaruh dua buah piring berisi nasi goreng.

"Son, sarapan sudah siap nih. Ayo turun ke bawah," panggil Fenly.

Fenly merupakan dua bersaudara. Jarak mereka hanya kurang setahun saja. Mereka sangat akrab satu sama lain.

Kedua orang tua Fenly saat ini berada di luar negeri untuk mengurusi pekerjaan. Fenly lebih suka bersama adik dan kedua sahabatnya.

"Son, gue berangkat duluan ya. Mau ada ujian soalnya," pamit Fenly tanpa mendengar jawaban adiknya. Dia menaruh kotak bekal di dalam tas, lalu berangkat sekolah.

__#_#__

Di perumahan berlantai dua. Suara ketukan pintu menggema.

Seorang cowok masih tertidur pulas di balik selimut tebalnya. Lampu kamar dibiarkan nyala, karena dia tak menyukai kegelapan.

"Aji, ayo bangun nak. Sudah jam setengah tujuh loh."

Ibu berusia sekitar tigapuluh tahun terus mengetuk pintu kamar anaknya. Tak habis akal, Ibu itu menggunakan cara terakhir agar anaknya bangun.

"Aji, tolongi Ibu nak. Aji!"

Fajri Maulana. Nama pemuda yang akhrinya terbangun setelah mendengar teriakan Ibunya dari luar kamar.

"Ibu,"

Fajri membuka pintu cepat. Di sana dia dapat melihat sosok Ibunya tersenyum datar sambil kedua tangan dilipat di dada.

"Bangun juga kamu ya," ucap Ibu menjewer telinga sang anak.

"Aduh Bu, sakit Bu. Iya Aji sudah bangun nih," ringis Fajri kesakitan.

Telinga kanan sudah memerah sempurna. Fajri mengusap lembut telinga akibat di jewer.

Fajri menatap Ibunya sekilas, lalu masuk ke dalam kamar mandi cepat. Dia tak mau sampai Ibunya marah dan terlambat sekolah.
.
.
.
.

______Bersambung_____

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro