Adik Fenly

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Fenly keluar dari kelas tambahan diikuti beberapa murid juga ikut berhamburan. Dia melirik ke arah jam tangan.

"Tepat jam lima sore," gumam Fenly.

Fenly bergegas menuju ke parkiran mobil. Adiknya yaitu Zweitson pasti sudah menunggunya di kantin.

Yap! Fenly dan Zweitson satu sekolah, tetapi berbeda kelas. Fenly kelas XI sedangkan Zweitson kelas X.

Lalu kenapa tadi pagi mereka tidak berangkat bersama? Alasannya hanya satu, Zweitson sendiri yang memilih untuk tidak berangkat sekolah bareng. Fenly tak mau bertanya lebih jauh, biar adiknya saja bercerita langsung padanya.

"Sorry, abang telat," ucap Fenly mengatur napas sejenak. Dia habis berlari agar adiknya tak menunggu lama.

Pemuda berkacamata tengah sibuk dengan smartphone berwarna hitam. Dia mengalihkan pandangan ke Fenly. Hanya anggukan kepala kecil sebagai jawaban.

"Kamu mau makan dulu atau langsung pulang?" tanya Fenly lembut.

"Makan dulu," jawab Zweitson singkat.

Zweitson Thegar, kelahiran asal kota Salatiga. Dia pindah ke Jakarta saat usianya menginjak lima tahun. Zweitson memiliki ciri khas sendiri yaitu kacamata bulat mirip anime Jepang 'Nobita - Doraemon'.

Bentuk tubuh kurus dan wajah imut tidak membuat Zweitson berkecil hati. Zweitson seorang anak berprestasi dalam bidang fotografer. Hasil potretnya sering mendapatkan juara 1 tingkat nasional. Gaya potret estetik menjadi ciri khasnya.

"Ayo, keburu malam," ajak Fenly membuka pintu mobil bagian pengemudi.

Zweitson melirik ke kanan dan ke kiri, di rasa sudah aman dia langsung masuk ke dalam mobil dengan tergesa-gesa. Fenly sudah biasa melihat gelagat aneh jika pulang bareng.

"Kamu ada masalah apa sih Son? Cerita dong ke Abang." batin Fenly menatap sendu Zweitson.

Zweitson sedikit bernapas lega. Dia pun lebih memilih bermain smartphone daripada harus mengobrol dengan Fenly.

"Maafin Soni ya bang." batin Zweitson lirih.

Perlahan mobil Fenly meninggalkan perkarangan sekolah. Tanpa mereka ketahui, salah seorang murid melihat kejadian itu sejak tadi.

"Gue jadi penasaran," ucapnya.

__#_#__

Di Mall ...

Dua gadis cantik tengah menikmati momen sebagi perempuan pada umumnya. Seluruh tangan hampir penuh dengan barang belanjaan.

Di salah satu toko sepatu, Yuki dan Nindy melihat-lihat koleksi sepatu keluaraan terbaru dari merk terkenal. Yuki mencoba sepatu berwarna merah muda.

"Nin, cocok nggak sama gue?" tanya Yuki sambil berkaca di depan cermin.

"Nggak! Gue nggak suka warnanya!" jawab Nindy tidak setuju.

"Oke, kalau warna ini?" tanya Yuki kembali. Tangan kanan menunjukkan sepatu berwarna hijau stabilo.

"Hmm ... nggak juga," sahut Nindy.

Yuki cemberut. Padahal dia suka dengan kedua warna itu, tetapi kalau menurut sahabatnya tidak bagus nggak jadi dipilih.

"Gimana kalau ini?"

Nindy menunjukkan sepasang sepatu berwarna oren. Yuki menatap sebentar, lalu menganggukan kepala kecil.

"Oke deh. Gue juga belum punya warna itu," ucap Yuki setuju.

Nindy tersenyum lebar. Akhirnya dia tidak akan terlalu pusing memilihkan sepatu buat Yuki. Nindy memutuskan untuk membeli sepatu yang sama. Sebut saja couple bagi anak milenial zaman sekarang.

Setelah membayar dua buah pasang sepatu. Nindy dan Yuki melanjutkan ke restoran makanan khas Jepang. Kali ini Yuki lagi rindu masakan dari negara Ayahnya.

Yuki Kato merupakan keturunan Indonesia-Jepang. Lebih tepatnya Ayahnya yang berdarah Jepang dan Italia, serta Ibunya yang berdarah Jawa dan Sunda.

Wajah berparas cantik Yuki menjadi idola sekolah. Yuki termasuk murid populer di bidang akting dan model. Kedua hal itu juga merupakan pekerjaan Yuki sehari-hari. Sudah lumayan banyak produk iklan dan serial FTV serta brand majalah pakaian sebagai bintang utamanya Yuki.

"Yuki, lo mau pesan apa?" tanya Nindy.

"Gue Miso Ramen sama Ocha deh," jawab Yuki menatap deretan menu.

"Oke. Gue Kurume Ramen, minumannya samain kaya lo," ucap Nindy.

Nindy langsung memanggil pelayan. Butuh waktu dua puluh menit untuk menunggu pesanan datang. Mereka saling bercerita apa saja walaupun tak penting.

"Nin," panggil Yuki.

"Apa?" tanya Nindy mengalihkan pandangan saat melihat cowok tampan di belakang Yuki.

"Si Fenly kenapa sih suka cari gara-gara sama gue?" tanya Yuki heran.

"Hmm ... mungkin dia suka sama lo kali," jawab Nindy asal.

"Huh! Aduh jangan sampai deh. Lo tahu kan gue sukanya sama siapa?"

Nindy menganggukan kepala kecil. Yuki kesal melihat sikap Nindy yang mencueki dirinya.

"Ish! Lo mah lihat cogan mulu!" kesal Yuki.

"Ehehe ... sorry ya," balas Nindy tertawa kecil akibat ketahuan.

Tak lama datang pesanan mereka. Yuki dan Nindy makan dengan lahap, apalagi Yuki sangat menyukai ramen. Dia berandai-andai kalau lelaki yang disukai mengajak makan dirinya ke sini, pasti hatinya sudah berbunga-bunga.

.
.
.
.

___BERSAMBUNG___

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro