1. Pencarian Para Arkeolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Syuuuuu~

Angin berembus kencang, menerbangkan pasir-pasir yang menjadi penghambat bagi indra penglihatan. Terik matahari menyengat kulit para peziarah itu tanpa ampun. Namun mereka tidak gentar menghadapi cobaan semesta, demi menemukan sebongkah hal baru yang akan menghebohkan warga dunia.

Syuuuuuu~

Hampir saja salah satu dari rombongan peziarah itu terbawa angin gurun, kalau saja di belakangnya tidak ada tembok perut yang kokoh juga empuk.

"Tuan Archer, apakah masih jauh piramida yang baru terbuka itu?" tanya salah satu peziarah pada pemimpin mereka.

Tuan Archer menoleh sambil tersenyum. "Tidak jauh, hanya 30 km lagi." Seketika mereka semua rubuh dengan kaki gemetaran.

Tuan Archer tertawa geli melihat para pengikut-- atau bisa disebut para muridnya itu. "Tidak, wahai manusia. Hanya 5 meter lagi di depan. Lihatlah, puncak piramid-nya sudah terlihat di bawah sana."

"Tuan Archer benar. Ayo kita percepat langkah! Aku ingin segera berenang di rawa."

Rombongan itu pun melanjutkan kembali perjalanan mereka yang sempat tertunda tadi. Rombongan yang berjumlah 7 orang itu segera menuruni bukit gurun dengan perasaan was-was. Pasalnya, piramida yang akan mereka masuki adalah piramida dengan 5 sisi, dan katanya itu adalah tempat tinggal Dewa Seth, sang Pharaoh Mesir Atas.

Bruk

Mereka melepas barang bawaan dan disimpan di tempat yang agak jauh, lalu mendirikan sebuah tenda sederhana.

"Fyuuhh .... Mari kita masuk!" ajak Tuan Archer.

Para peziarah menatapnya heran. "Tapi Tuan, kita belum memeriksa keamanan di dalam."

Tuan Archer mengambil senternya juga air mineral agar tidak kehausan nantinya. "Kalau kalian tidak mau, tidak apa-apa. Aku akan masuk sendirian. Apa pun konsekuesinya, aku ingin semua orang mengenangku, kalau aku yang pertama kali memasuki piramida itu."

Mendengar kata-kata dari pemimpinnya, rasa semangat mereka berkobar seketika. "Benar juga! Kalau pun aku mati, mereka akan mengenang jasaku karena sudah membuka misteri tentang piramida itu." Kira-kira begitulah yang mereka pikirkan.

"Kami ikut, Tuan!"

Mereka semua mengangguk setuju. Tuan Archer tersenyum, ia lalu memimpin jalan memasuki piramida itu.

Bisa dibilang mereka terlalu terburu-buru untuk melakukan hal yang nantinya bisa membuat kefatalan yang luar biasa. Namun mereka tidak memikirkan sampai ke sana. Tujuan mereka yaitu hanya untuk berlomba dengan peziarah lain, dan membawa pulang artefak yang nantinya akan di ke museum-kan dengan membawa nama mereka.

"Ukh!" Tuan Archer mendorong batu yang menghalangi jalan masuk mereka. Setelah pintu batu terbuka, tiba-tiba semut tentara keluar dari dalam piramida. Otomatis, semuanya berlari menghindari predator kecil itu.

"T-Tuan! Bagaimana ini? Kita belum memasuki piramida-nya, namun sudah disambut dengan binatang mematikan," kata salah satu dari mereka, menyebar kepanikan.

Tuan Archer berpikir sejenak. Ia tahu, tidak akan mudah melewati koloni semut itu, mengingat semut-semut tersebut dapat menumbangkan lawannya hingga mati. Apalagi jumlah mereka yang begitu banyak, berkumpul di pintu masuk piramid, seakan mereka adalah wardennya.

Tak lama kemudian, Tuan Archer menjentikkan jarinya, seperti ada lampu terang yang menyala di dalam kepalanya. "Tolong ambilkan fire torch di dalam tasku!" pintanya. Salah satu dari mereka kemudian mengambilnya, dan menyerahkannya pada Tuan Archer.

Zshuuuuttttt!!

Api biru keluar begitu Tuan Archer menekan tuasnya. Tuan Archer mengarahkan apinya pada semut-semut itu, hingga ada beberapa dari mereka yang mati terpanggang. Ia kemudian masuk terlebih dahulu, disusul rombongannya yang sama-sama menggunakan fire torch.

Setelah memasuki piramid, salah satu dari mereka menutup kembali pintu masuk dengan batu besar, agar semut-semut itu tidak mengganggu nantinya.

"Hah, ada jalan bercabang. Menurut kalian kita harus pergi lewat mana?" tanya Tuan Archer.

"Menurutku, kiri, Tuan. Di sana terlihat beberapa tulisan kuno yang samar-samar." Tuan Archer lalu melihat ke arah yang ditunjuk oleh salah satu rombongannya. Dan benar, di sana terdapat beberapa simbol kuno yang hampir termakan debu tebal.

"Mari!" Mereka pun berjalan mengambil rute kiri.

"Somad, tolong bacakan arti dari simbol-simbol ini." Somad pun menurut dan membacakan arti dari simbol-simbol itu.

"Dikatakan di sini bahwa, .... Seth."

Mereka semua manggut-manggut mendengar perkataan singkat dari Somad. Dan dari kata-kata Somad, terdapat 1001 makna yang ada di dalamnya. Jadi, sebisa mungkin mereka menafsirkannya sendiri, karena Somad tidak mau diminta untuk menjelaskan.

"Di sini ada Seth?" simpul salah seorang rombongan. Somad mengangguk, dan itu sudah menjadi jawaban jelas bagi mereka. Sebisa mungkin mereka harus menemukan misteri yang belum terungkap juga artefak berharga, menghindari Seth, lalu keluar dari piramida ini dengan selamat.

"Baiklah, ayo kita lanjutkan pencarian!" Tanpa menghiraukan makhluk apa yang akan mereka lawan nanti, rombongan itu dengan percaya diri masuk lebih dalam.

Setelah beberapa menit mereka berjalan, akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan besar dengan patung guardian yang tersebar di seluruh sudut.

"Ya ampun ...." gumam Yuyu, perempuan satu-satunya yang mengikuti ekspedisi. Perannya di sini cukup penting, yaitu ia bisa melihat sekilas tentang bayangan masa yang akan dihadapi. Semacam cenayang, atau apa pun itu.

"Kenapa, Yuyu?" tanya Tuan Archer. Yuyu menoleh dengan ekspresi ketakutan.

"Seth. Kita. Tidak selamat."

Mendengar penuturan dari Yuyu, mereka semua jadi panik dan mengeluarkan jimat andalan yang sedari tadi dibawa.

"Percuma, jimat itu tidak mempan untuknya."

"Whut!?" seru mereka secara bersamaan.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Tuan Arhcer dengan nada tenang, menyembunyikan kepanikannya.

"Tidak ada." Semua mengerutkan dahinya tak paham. Yuyu menghela napasnya. "Kau tidak bisa mengubah ketetapan."

Baiklah. Baru kali ini Yuyu memberikan petuah setelah sekian lama mereka berteman. Mungkin itu adalah petuah terakhirnya? Atau petuah pertama yang akan terus diingat?

Mendengar perkataan itu, Tuan Archer juga menghela napasnya. Ia kemudian berjalan maju dengan langkah perlahan, mendekati peti mati yang sedari tadi mencuri perhatiannya.

"Kalau itu memang takdir kita, aku tidak akan mempermasalahkannya." Mendengar penuturan pemimpinnya, Somad ikut maju mengekor Tuan Archer. Tak lama, mereka semua ikut maju dan pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebab semuanya sudah terlambat. Jika Yuyu sudah berkata demikian, kejadian itu mungkin tidak dapat dihindari lagi. Hanya 0.1 persen kemungkinan melawan insting kuat dari Yuyu.

Yang terpenting, mereka sudah berjasa dengan memberitahukan bahwa di sini tidak aman, dan mayat mereka yang akan menjadi buktinya.

Kreeeettt

Peti mati dibuka oleh Tuan Archer. Tapi di dalamnya tidak ada apa-apa, selain secarik kertas lusuh dengan huruf heliograf yang tertulis di atasnya. Tuan Archer pun mengisyaratkan Somad lagi untuk membacanya.

Saat Somad selesai membaca semua simbol itu, matanya langsung terbelalak dan keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya.

Tuan Archer yang jarang-jarang melihat itu segera bertanya kepada Somad, "Kau kenapa?"

Somad perlahan menoleh pada Tuan Archer dengan ekspresi ketakutan. "Di ... belakang ...."

Mendengar itu, perasaan mereka jadi tidak enak. Mereka semua perlahan menoleh ke belakang, dan ....

"BO!"

"Aaaaaa!!"

Seth tepat ada di belakang mereka sambil memegang cambuk dengan senyumannya yang mengerikan. Mereka semua langsung berlari tunggang-langgang keluar dari tempat luas itu. Untungnya mereka tidak terpisah, malah semuanya saling berpegangan tangan, saking takutnya kehilangan.

"Lari, Lari, Lari!!!!" teriak Yuyu.

"Hahahaha!!!" Seth mengejar mereka sambil memecut udara. Mereka tambah panik dan mempercepat larinya.

"Tuan, fire torch!"

Tuan Archer menoleh di tengah lari 'kudanya'. "Apa!?" Mereka sudah berlari jauh, tapi Seth masih tetap mengejar dari belakang.

"Semut! Fire torch!" Tuan Archer mengerti dan langsung mengeluarkan fire torch dari sakunya.

"Dorong pintunya, Babon!" titah Somad.

Babon pun menambah kecepatan larinya begitu melihat jalan keluar dari piramid. Ia dengan segera mendorong pintunya yang lumayan berat itu.

Bruuughhh!

Saking kerasnya Babon mendorong, pintu batu itu langsung rubuh dan menimpa semut-semut yang hampir menggigitnya.

"Cepat keluar!"

Mereka semua pun akhirnya dapat keluar dari piramida berbahaya itu. Namun masih ada satu masalah.

Seth akan keluar juga.

"Tuan! Seth akan keluar dari piramid! Bagaimana ini!?"

Tuan Archer panik mendengar suara tawa Seth yang semakin mendekati pintu masuk. Akhirnya, Tuan Archer menghela napas dan tersenyum pasrah pada para rombongan lain.

"Sepertinya Seth memerlukan jiwa satu manusia dewasa, agar ia dapat terlepas dari kurungan piramida ini. Kuharap kalian dapat belajar banyak dari pengalaman kita kali ini." Ia tersenyum. Para rombongan lain sempat mencerna ucapannya, mereka menatap Tuan Archer tidak percaya.

Tuan Archer pun berdiri dengan tegak di depan piramid yang terbuka itu, menunggu sang Dewa Kekacauan yang akan merenggut hidupnya.

"Hahahaha!"

Suara tawa mengerikan dari Seth sudah semakin mendekat. Para rombongan ingin menghalangi tuan sekaligus gurunya, namun tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkan nyawa ribuan orang selain pengorbanan ini.

Brug

Seth sudah berdiri tepat di hadapan Tuan Archer, namun Tuan Archer sama sekali tidak gentar, ia malah merentangkan tangannya seakan sudah siap dengan pengorbanannya.

Air mata para peziarah itu mulai bercucuran. Mereka menyaksikan Tuan Archer dari kejauhan, tidak ada yang berani mendekat. Mereka semua menutup mata-- tidak berani melihat langsung kematian gurunya.

Tuan Archer mulai menitikkan air matanya. Ia mengingat saat-saat indah bersama orang yang ia sayangi. Muridnya, teman-temannya, istrinya, dan salah satu anaknya yang sudah meninggal.

"Ayah akan menemuimu, Nak." batin Tuan Archer, sendu.

".... Kau sedang apa?"

Tuan Archer juga para peziarah lain kompak membuka mata mereka.

"Kau sedang apa?" tanya Seth untuk kedua kalinya.

Tuan Archer bingung dengan keadaan awkward ini. "Bu-Bukankah kau ingin mengambil hatiku?" Seth mengernyit. "Ma-Maksudku, untuk ditimbang."

"Tidak. Menimbang hati adalah pekerjaan saudaraku, Anubis," jelas Seth.

Tuan Archer mematung. Ia lalu segera berdiri dan membungkuk sekilas, melakukan penghormatan. "Ka-Kalau begitu, kenapa tadi kau mengejar kami?" Para peziarah mulai mendekati keduanya dengan langkah perlahan.

"Oh. Itu karena aku ingin memberikan surat ini." Seth memberikan secarik kertas yang sudah lusuh. Tuan Archer menerimanya dengan tangan bergetar, ia pun perlahan membacanya. Setelah membaca bagian akhir kata, air mata Tuan Archer kembali menitik lagi dengan perasaan campur aduk.

"Apakah ini benar dia yang mengirim?" tanya Tuan Archer, membuat peziarah lain penasaran.

Seth tersenyum. "Ya, itu surat dari anakmu. Jiwanya sudah terhantar ke akhirat."

Tuan Archer yang mendengarnya langsung terduduk kembali, ia menangis bahagia. "Terima kasih, Dewa Seth."

"Sama-sama," balas Seth.

Yuyu yang menyadari adanya keganjilan, langsung bertanya, "Apakah mungkin jika orang yang sudah mati menitipkan surat?"

"Tentu saja mungkin," jawab Seth dengan senyuman. Namun Yuyu masih merasa ada hal yang janggal.

"Aku belum membaca bagian terakhir tentang Dewa Seth, si Pharaoh Mesir Atas. Namun aku sangat mencurigainya. Apa aku bilang pada mereka saja?" pikir Yuyu. Ia kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Perkiraanku sudah meleset tadi. Aku tidak mau membuat mereka kembali panik.

Perkiraan Yuyu memang tidak sepenuhnya meleset. Bahkan dia benar 9.9 persen tentang perkiraannya. Namun Yuyu tidak ingin membuat teman-temannya panik lagi karena dirinya.

"Apakah ada hal lain yang membuatmu berlari keluar, Tuan Seth?" tanya Babon.

"Hmm .... Ya. Ada hal lain."

"Apa itu?"

"Aku ingin mengambil pasir gurun," katanya.

"Untuk apa?"

Seth tiba-tiba menyeringai. Ia lalu menggerakan tangannya dan merapal mantra singkat. Semua peziarah itu memundurkan kakinya.

"Untuk ini."

Zraaashhh!

Pasir gurun langsung menimpa mereka semua tanpa terkecuali. Hingga pada akhirnya pasir di sana kembali seperti semula, tapi tidak menyisakan apa-apa. Terdapat hal janggal, yaitu pasir gurun itu bertambah tinggi, sampai menutupi piramida.

***

End
Penulis
Lvnder_Chan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro