Kos-Kosan KUMal Karya Dyah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dyah Putri Malika
Akun Wattpad: Dyah_putri19
Judul: Kos-Kosan KUMal (Keluarga sUju Malika).
Gen: GEN 7

***

Gema kokokkan ayam tak kunjung menyadarkan beberapa penghuni kos-kosan. Mereka masih terlelap dalam tidur setelah menyelesaikan tugas RKS--ronda kebut semalam. Hanya beberapa yang telah terjaga sejak dini hari, mereka adalah mom-moms kece penghuni blok dua. Sedangkan blok satu dihuni pihak terdahulu yang dianggap senior saat ini. Blok tiga dihuni oleh bocah-bocah ABG labil yang suka ngalong. Namun, penghuni lain mengakui ketidakhadiran penghuni blok tiga membuat kos-kosan sepi. Terakhir, ada blok empat yang ditempati oleh berbagai spesies dari kaum adam.

"Disuruh nangkep ayam gak bisa, mau makan apa nanti?!" sentak Mamabet yang membuat panik penghuni blok tiga. Mereka harus bangkit dari tidur ketika mendengar sorakan dahsyat rentenir bulanan. Tak peduli hanya dengan mengenakan piyama, mereka berlarian ke sana kemari mengejar induk serta anak ayam. Bahkan ada seorang cewek yang membawa serta boneka lobaknya.

"Ayam sialan. Kugorok kamu nanti," rungut seorang gadis berjilbab dengan membawa boneka lobak dalam pelukan.

"Hei, bawa sini lobakmu," ujar pria berwajah kaku. Wajahnya terlihat sangar dengan jaket jeans membalut tubuhnya. Di wilayah kos-kosan ini, pria itu dikenal sebagai Master Ubi. Cukup diherankan bagaimana ia dapat menaklukkan hati kaum hawa di berbagai blok. Perawakannya kaku dengan bahasa yang tak kalah kaku juga. Namun, tak jarang sikapnya itu disukai banyak kaum hawa.

"Lobak? Ini wortel," tegas gadis berjibab putih dengan tangan berkacak pinggang tanda kesal. Boneka lobak itu ia peluk erat, tidak rela menyerahkannya kepada siapa pun. Cewek bernama Ratna, tapi kerap dipanggil Rara ini membantah. Ia memang tidak pernah menyentuh dapur. Namun, bukan berarti dirinya tidak mengetahui berbagai jenis bahan masak.

"Wortel matamu, itu warnanya putih."

Mereka sibuk bercekcok argumen ketika yang lain tengah panik menangkap ayam sesuai titah Mamabet. Berbagai cara dilakukan, dengan cara mengepung bahkan memakai jaring ikan. Namun, ayam-ayam itu dengan mudahnya melepaskan diri dengan tubuh-tubuh mungil mereka. Mamabet sendiri duduk santai menikmati jamur krispinya berteduhkan payung lebar yang dipegangi seorang pemuda. Pemuda itu tersenyum paksa di sebelah Mamabet.

"Bra, ambilin minuman."

Ibrahim mengangguk patuh dan melaksanakan perintah. Ia pernah dipaksa bersumpah kepada Mamabet untuk melayaninya seumur hidup. Bisa ditebak kehidupan remajanya akan menjadi kelabu. Sementara yang lain ....

"ITU AYAMNYA, ITU!"

"EJA, TANGKEP. DIA KE SANA, ARGGHH."

Keriuhan itu bahkan dapat terdengar dari jarak jauh, lebih ramai daripada pasar malam. Mamabet menyeruput minuman hangatnya dengan tenang, tak mempedulikan kehebohan di sekitar. Mamabet menyandarkan tubuhnya di kursi santai dengan tangan sebagai bantalan kepala. Cuaca yang cerah bagi Mamabet, ia tidak perlu mencemaskan jemurannya. Beralih kembali ke pasukan pengejar ayam, Anna yang terlatih sebagai anggota paskib di sekolahnya harus berakhir dengan mengejar anak ayam. Eza remaja cewek yang sering curhat seperti remaja lain rela meninggalkan buku diary-nya, Karif yang masih mengenakan rukuhnya karena baru menyelesaikan shalat duha ketika mendengar teriakan Mamabet. Mereka berlarian ke sana kemari tanpa hasil. Ayam-ayam di sini lebih lincah serta terlatih. Kalian tidak salah baca, ayam-ayam di sini memang terlatih.

"Kalian semua berhenti!" Seorang cewek berpiayama motif polkadot merentangkan kedua tangan. Rambutnya yang dibelah dua jejalkan ke atas membentuk pusungan asal, khas bangun tidur. Terpampang jelas boneka ayam yang ia genggam di tangan kanan. Wajahnya memerah dan terlihat terluka. Cewek ini memandang pada beberapa ayam yang ikut-ikutan terhenti lariannya. Satu per satu ayam-ayam itu berkumpul mengelilingi si cewek berpakaian polkadot. Semua penghuni menatap cengo, tak terkecuali Mamabet serta Ibrahim.

"Kalian semua," ujar cewek itu terlihat terluka. Tangisnya hampir meledak. "Tidak berperikeayaman!"

Ayam-ayam itu ikut bersuara tanda setuju. Dalam sekejap tempat itu dipenuhi kokokkan ayam kuning. Ayam-ayam itu seolah mengemukakan pengintimidasian yang mereka terima. Hewan kecil itu ingin menuntut pada pihak tak bertanggung jawab yang membunuh hewan berbulu ini tanpa surat persetujuan dibunuh. Hak Asasi Ayam telah dilanggar. Mereka melanggar undang-undang tentang kebebasan hidup suatu spesies. Begitu menurut cewek ayam ini yang mengaku sebagai ketua komunitas keayaman.

Nampak seorang wanita dengan raut cemasnya memperhatikan dari luar blok dua. Ia memang belum menjadi seorang istri seperti ciri khas penghuni blok dua. Namun, umurnya cukup mumpuni untuk berada di sana. Kasya menatap khawatir ke arah kerumunan. Mom Hanni yang mendapat predikat sebagai Mama Jaman Now hanya mengabadikan kejadian dari jauh dengan benda persegi panjang tipisnya. Berbeda dengan Kasuk, Mom Kris, Mom Nof, dan Mom sibuk lainnya yang menatap datar tanpa minat. Kak Odi, si cantik yang mengaku tamvan sedang tidak berada di rumah karena lembur bekerja. Kalau tidak, Kak Odi akan menjadi yang terheboh di sini.
5 K (Karil; Karif, Katri, Kapisil, Kapia Palen) yang termasuk penghuni blok tiga berdiri dengan tampang cengo. Di sisi lain, tak jauh dari insiden pemberontakan ayam ini, dua sosok berjalan mendekat ....

... Dan seorang bertopeng bersembunyi di semak-semak.

***

Seorang wanita mengenakan jilbab biru berpipi bapao berujar, "Ndip, pelan-pelan jalannya."

Dua sosok itu berada tidak jauh dari insiden demo para ayam beserta ketuanya. Wanita berjilbab biru ini lebih dikenal dengan sebutan, Kalil. Di sebelahnya berdiri seorang cewek dengan jilbab coklat. Cewek yang terkenal akan gaya berucapnya yang patah-patah.

"Iya. Teteh. Lil."

Cewek berjilbab coklat ini akrab dipanggil 'Kadip'. Gaya ucap patah-patahnya telah dikenal di seantero blok. Kadip memiliki satu anak murid yang setia mengikuti jejak ucap patah-patahnya, yaitu si gadis lobak, Rara. Kadip yang ceriwis dan receh berjalan beriringan dengan Kalil yang berwajah baby face menuju blok tiga.

"Qwik-qwik-qwik. Pepetok-pepetok."
Kokokkan ayam terdengar semakin dekat, membuat dua sosok ini semakin penasaran. "Kira-kira. Itu. Apaan. Teh. Ya. Kok. Ribut. Banget."
Kalil hanya diam tanpa menjawab. Jarinya terulur hendak membenarkan kacamatanya yang oleng. Eh, berbicara soal kacamata, wanita berpipi bapao itu merasa menyayangkan. Kacamata besi antik miliknya dilemparkan secara dramatis ke tembok oleh seorang anak didiknya (Sebagai informasi, Kalil adalah seorang guru TK). Bahkan seluruh toko kacamata telah dimasukinya. Namun, model serupa tak kunjung ditemukannya. Dengan terpaksa wanita pecinta bias korea--Kalil--mengenakan kaca seadanya.
Back to topic, hanya lima puluh meter jarak mereka menuju tempat kejadian. Dari jarak ini nampak bulu-bulu kuning beterbangan di udara. Suara kokokkan terganti oleh kibasan sayap. Namun, tepat ketika mereka berada di tempat kejadian, segala aktivitas serta pemberontakan itu terhenti dan terganti dengan wajah-wajah penuh sesak. Bahkan para moms dari blok dua ikut berkumpul kemari. Kak Odi yang baru pulang dari tempat kerjanya berdiri melongo.

"Kalil! Kadip!" Mereka memanggil bersamaan.

"Senang. Ketemu. Kalian. Lagi ...," ujar Kadip dengan ucapan patah-patah.
Kalil bersuara, "Yo, senang ketemu kalian lagi. Ada yang kangen ibu peri?"

Akhir dari sesi ini adalah tangis berjamaah. Mereka tidak mampu menahan rasa rindu yang telah lama terbendung. Suasana berubah sesak, antara seluruh penghuni kesal karena Kalil serta Kadip baru mengunjungi mereka sekarang, atau bahagia karena lama tidak bertemu.

Suara yang dibuat-buat berwibawa terdengar, "Ekhem. Lili dan Div." Mamabet tersenyum lebar. Tangannya terbuka niat menyambut dua pengurus kos-kosan yang telah lama meninggalkan tempat ini. Mamabet sendiri sebenarnya bukan pemilik tempat ini, beliau hanya ditugaskan menagih uang kos-kosan. Sistem pembayaran di sini cukup aneh, penghuni diwajibkan membayar delapan ratus ribu per-hari selama sebulan. Dengan begitu mereka akan terbebas biaya selama tiga bulan ke depan. Hanya saja, yeah, delapan ratus ribu itu bukan nominal yang sedikit. Di sini juga banyak anak sekolahan yang belum berpenghasilan. Jangan tanyakan mengapa anak-anak itu mengekos di sini, walau tidak punya biaya untuk membayar.

Kalil dan Kadip menyambut Mamabet dengan pelukan hangat. Entah sekejam apa pun Mamabet kepada penghuni kos. Namun, kali ini ia tulus menyambut kedatangan pengurus lama itu. Juga jangan lupakan Kavan si pengurus baru yang dipercayai sebagai bendahara tetap. Kavan jarang mengunjungi kos-kosan karena sibuk mengurus pertunangannya dengan sang kekasih.

"Yo, pada kenapa ni?"

Mereka terdiam mendengar suara itu dan serentak menoleh ke belakang. Wanita bermasker hitam berdiri menyembunyikan perawakannya. Namun, ketika masker tersebut dilepas, teriakan kejut orang-orang di sana menggema.

"KAYOS!"

***

Sorot matahari yang semula menghiasi perkumpulan ini terganti dengan cahaya bulan. Hamparan indah bintang menghiasi langit malam. Burung-burung yang beterbangan di cakrawala terlihat menepi ke pohon masing-masing. Ayam-ayam yang sebelumnya berdemo memilih menyingkir ke sisian. Bahkan cewek polkadot yang mengaku sebagai ketua ayam melupakan pemberontakannya dan larut dalam reuni tanpa rencana itu. Tanpa terkecuali, mereka berpelukan dalam satu lingkaran. Hiruk-pikuk, tangis serta sesak bercampur aduk.

Mereka memutuskan untuk mengadakan acara memanggang di malam syahdu ini. Semua orang sibuk mempersiapkan dekorasi dan makanan. Tentu saja untuk makanan dipersiapkan oleh mom-moms kece, sedangkan dekorasi dipersiapkan oleh kaum adam yang menjadi minoritas di sini. Dan penghuni blok tiga yang terdiri atas remaja-remaja labil, turut andil menyiapkan acara dengan sorakan semangat serta doa-doa mereka. Tak sedikit dari penguni blok tiga curi-curi daging panggang hangat yang baru matang. Berkat blok tiga, acara masak-memasak tak kunjung berakhir.

"Bra, mana air. Cepat ambilin," titah Mamabet. Ternyata kesialan Ibrahim tidak akan berhenti.

Lain dengan Karil dan Karif yang berfoto-foto ria berlatarkan dekorasi acara.

Master Ubi dengan kecerdasan di atas rata-ratanya mengomentari salah satu dekorasi, "Saya yakin itu tidak akan cukup. Coba hitung lagi ukurannya dan pikirkan taktik lain yang lebih cocok."

Dan penguni lain dengan segala aktivitas mereka.

Mereka telah menyiapkan kembang api spesial yang otomatis menyala pada tengah malam. Kembang api tersebut akan menjadi puncak reuni malam ini. Kak Odi merutuki topi pantainya yang terlalu lebar hingga menutupi wajah. Raut wanita itu terlihat kesal, bibirnya mengerucut. Namun, seseorang melepas topi itu dan melelatakkannya di meja. Odi terkejut bukan main dan kontan menengadah.

"Wasi. Kamu bikin odi jantungan tau!"

"Yo Odi, daripada kau mengeluh terus, lebih baik saya lepaskan topi itu," jawab Master Ubi santai.

Beberapa detik sebelum tengah malam, cewek yang sama dengan yang mengenakan pakaian polkadot tadi menghentikan perbincangan dua insan tersebut.

"Sebentar lagi dimulai, ayo kakak-kakakku, " ujarnya seraya berlalu. Cewek polkadot itu memilih duduk di sebelah cewek lobak. Mereka menatap ke atas bersamaan.

3 ... 2... 1 ...

DUARRR!

DARR!

Kembang api indah terlukis di langit, membentuk berbagai jenis rupa bunga hingga bentuk abstrak. Mereka bersorak bersama-sama. Semillir angin menemani aktivitas mereka. Puncak kembang api adalah tulisan indah bertuliskan,

"HAPPY BIRTHDAY THEWWG. "

Sebagai info, WWG adalah nama kos-kosan mereka. Dan ternyata hari ini adalah tanggal yang sama dengan peresmian WWG dulu. Tulisan itu berhenti, berganti dengan gambar ayam kuning besar menghiasi langit. Kalau seperti ini kalian pasti dapat menebak siapa yang menyiapkan kembang api tadi. Melihat betapa antusiasnya cewek polkadot itu memudahkan tebak-tebakan ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro