🍫 CHOCO FOR YOU 🍫

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

____________________________________

"Nee, [Name]-chan! Di hari Valentine nanti, kau mau membuat coklat untuk siapa?"

Gadis bernama [Name] [Last Name] itu pun mendongakkan kepalanya sembari bergumam. "Valentine? Hmmm, sepertinya tidak ada."

"Oh, ayolah!〜 Ah, benar! Kenapa tidak untuk Akashi-san saja?"

"TIDAK! Tidak mungkin, aku yakin jika aku tidak bisa memberikannya kepada Akashi-kun."

"Heh? Kenapa?"

"Kau tau kan, para fans fanatiknya Akashi-kun tidak akan membiarkan. ku―"

Bukannya menyemangati [Name], temannya itu malah tertawa terbahak-bahak.

"Hiiro-san!"

"Ya, habisnya, kau lupa, ya? Kau itu siapa? [Last Name] [Name], wakil ketua OSIS dan manager tim basket Rakuzan! Kenapa kau harus takut?"

Mendengar sahutan temannya tersebut, [Name] mendongak. Memang ia menjadi lebih terhibur dan lebih percaya diri, tapi hanya sedikit.

"Ku rasa, aku akan mencoba membuatnya. Maa, kalau aku tidak sedang malas――"

"Woah?! Maji?!!!"

Melihat lawan bicaranya menjadi lebih bersemangat, [Name] kembali menghela nafas berat sambil bergumam, mengiyakan.

Lebih baik kalau sekarang temannya itu bisa diam.

🌹🍫🌹

Gadis bermarga [Last Name] tersebut melangkahkan kakinya sembari menyandang sebuah tas di bahunya. Seraya berjalan, [Name] kembali teringat dengan saran dari teman baiknya, Hiiro.

"Ya, habisnya, kau lupa, ya? Kau itu siapa? [Last Name] [Name], wakil ketua OSIS dan manager tim basket Rakuzan! Kenapa kau harus takut?"

"Aku tidak takut, itu cuma alasan. Aku malas berurusan dengan setan merah itu―"

"Mencaci orang lain itu tidak baik, terutama tunanganmu sendiri, [Name]."

Deg.

"Dia datang," batin [Name] sambil membuang muka.

Laki-laki bermanik heterochromia tersebut menatap dengan penuh arti sembari berjalan mendekat, menghapus jarak yang memisahkan mereka berdua.

"Akashi-kun, apa kau punya urusan denganku?" tanya [Name], membuat seorang Akashi tersebut tertawa pelan.

"Ini salah satunya," ucap sang surai merah sembari menyodorkan secarik kertas putih kepada [Name].

Dengan ekspresi bingung, [Name] mengambil secarik kertas tersebut, kemudian membacanya.

Isinya? Ah, setan ini sungguh sangat meresahkan.

"Kenapa kau melarangku untuk bicara dengan Hiiro-san?"

"Aku tidak suka bersaing dengan laki-laki jadi-jadian."

Alis [Name] menukik setelah mendengarnya. Menurut [Name], Akashi sendiri adalah manusia jadi-jadian, dasar tidak sadar diri.

"Asal kau tau, Hiiro-san itu perem――HAH?! Yang benar saja! Kau sendiri kan bisa meminta pelayanmu untuk membelikannya atau membuatkan coklatnya untukmu, jadi kenapa harus aku?!"

"Aku hanya ingin buatanmu."

"Kau yakin, tidak takut kalau nanti ku masukkan racun ke dalam coklatnya?"

Samar-samar sang surai merah menyeringai, "Kalau aku mati, orang yang pertama ku gentayangi adalah kau."

[Name] mendecih sambil membuang muka, "Sudahlah, [Name]. Ikuti saja kemauannya," batinnya pada dirinya sendiri.

🌹🍫🌹

Sambil menghela nafas berat, [Name] mengetuk pintu ruangan OSIS, kemudian ia membukanya.

Sosok yang pertama kali ia lihat tidak lain dan tidak bukan adalah Akashi, orang yang membuatnya hampir benar-benar menuangkan racun ke dalam coklat yang dibuatnya.

"Aku sudah meminta gadis-gadis itu untuk tidak mengganggu ku hari ini, aku sudah mendengarnya dari 'Hiiro -mu' itu. Kau membawa apa yang ku minta, kan?"

[Name] secara otomatis memasang ekspresi wajah ingin menghujat ketika Akashi menekankan kata "Hiiro -mu."

"Sudah ku bilang, Hiiro-san itu perempuan! Bisa-bisanya kau tidak tau―"

"Kalau begitu, aku ingin mencicipi coklat buatanmu itu."

Sekali lagi dengan secara otomatis, ekspresi [Name] kembali berubah, menatap mahluk titisan setan ini dengan tatapan penuh hujatan.

[Name] mengeluarkan sekotak kecil berisi coklat dari kantongnya, kemudian ia meletakkan coklat tersebut di atas meja Akashi.

"Silahkan dinikmati, dan matilah dengan tenang," ucap [Name], kemudian ia duduk di kursi yang berada tak jauh dari di mana Akashi duduk saat ini.

Si manik heterochromia itu tersenyum tipis kemudian ia mencicipi coklat yang diberikan [Name].

"Hm?" Akashi bergumam setelah menemukan sebuah kalimat terdapat di bagian bawah kotak tersebut, sebelumnya Akashi tidak menyadarinya karena tertutup oleh coklatnya.

"Pffttt― Jadi sedari awal kau memang berniat membuatnya untukku?"

[Name] mendecak sambil memutar bola matanya, "Teruslah bermimpi."

"Happy Valentine, Fiancée? Jadi kau sudah mengakuinya?"

[Name] hanya memalingkan wajahnya, namun mata Akashi terlalu sulit untuk dibohongi. [Name] memalingkan wajahnya karena ia malu, buktinya telinganya saja sudah memerah.

"Nyonya Akashi?" panggil Akashi sambil tertawa kecil, yang dipanggil hanya meliriknya dengan tajam.

Brak!

"Menyebalkan, seharusnya kemarin ku masukkan saja racun ke dalam sana. Aku sudah berusaha keras untuk membuatnya, ughh!―"

Blam!

Sambil terus mengomel, [Name] berjalan menjauh dari laki-laki bersurai merah tersebut. Sedangkan si surai merah hanya bisa terkekeh pelan sembari menikmati coklat dari tunangannya tersebut.

____________________________________
-FIN-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro