Like Die Lamp

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sejak pagi rumah kami ini sudah heboh terutama di dapur yang sudah mirip kandang bebek.

Lagu-lagu teriakan semangat kesukaanku dan Lukas dari Bondan Prakoso feat Fade2Black terdengar dari ponselku.

Hey kau ekspresikanlah dirimu seperti yang kau mauuuuuuuu

Huhuuuuuuu

Dengan tangan ke atas aku dan Lucas sudah asyik menyanyi dan berjoged ria mengikuti lagu. Tapi keseruan kami tiba-tiba terganggu karena musik berhenti.

"Issh...Bang Tae sama Kang L nggak seru! Lagu kayak punya Dita ini nih, baru keren. Dengerin, nih!" seru Dita.

https://www.youtube.com/watch?v=fBCXsHGFIM4

Dita pun berjoget dengan kedua jempolnya sejajar di depan dada bergerak dengan lihainya. Bocah delapan tahun yang cantik dan imut itu seakan lupa berada di dapur. Ia menganggap dapur sebagai panggungnya untuk tampil.

Dengan lantang bocah itu teriak, "Penonton ayo digoyang, nyanyi yuuuuk!"

Seperti mati lampu ya sayang

Seperti mati lampuuuuuuuuu

Aku dan Lucas hanya mendengkus kesal karena kelakuan adik perempuanku ini. Tapi Jin malah tersenyum tipis melihat Dita yang masih asyik berjoget.

"Tuh ikutan joged juga, Bang, Kang," kata Jin dengan senyumannya tapi kini kelihatan sekali dia menggoda kami.

Aku dan Lucas tetap cemberut. Kami berdua cuek dengan Dita. Aku lebih memilih untuk membersihkan daging sapi dan tulang jando untuk pembuatan cilok saja. Sedangkan Lukas lebih memilih untuk mengupas bawang merah dan bawang putih. Jin tetap setia dengan tugasnya menggambar design dan logo usaha cilok kami nanti sembari melahap sarapannya.

Dari arah tangga dapat aku dengar suara Mamah yang memekik cukup melengking,

"Adeeek! Itu kenceng banget kamu nyalain lagunya ... matiin dulu. Astagfirullah bisa copot jantung Mamah."

Dita pun berhenti ia tersenyum pelan sambil mengerjapkan matanya perlahan tampak memelas. Jika sudah begini pasti dia bakal manja supaya enggak kena amuk Kanjeng Mamah.

"Mah ... maafin adek atuh, kan, lagunya asyik, Mah, dari Oppa Nassar," rengeknya. Tak memedulikan Dita kami para lelaki tampan di keluarga ini masih fokus dengan pekerjaan kami.

"Iyah dimaafkan. Udah sekarang Dita ke depan aja. Hari Sabtu kan nggak ada jadwal sekolah, tuh sana liat kartun," perintah Mamah.

"Ih, Mamah! Dita nggak suka kartun. Apalagi kartun musang warna biru. Dita udah gede, Mah. Sukanya sekarang nonton drama Korea kayak si Teh Sso," ujar Dita memberengut kesal.

"Dita ... Kamu itu masih SD loh! Lha kalo si Sso mah wajar dia udah gede, udah SMA. Nggak boleh nonton drakor banyak adegan kissing lagi. Ya ampyuuun ... Nggak boleh pokoknya!

"Kissing itu apa mah?" tanya Dita dengan rasa penasaran yang besar.

Bocah perempuan ini memang edan dengan rasa ingin tahu yang terlampau tinggi sampai-sampai hal beginian juga ditanyakan. Salah Mamah juga sih keceplosan.

Kuperhatikan wajah Mamah yang memerah malu. Aku pun terkekeh dibuatnya,

"Hayo, Mah, Apa itu kissing? Abang nggak ngerti itu, Mah. Belum pernah ada yang mau diajak gituan," sembari mengerucutkan bibir seperti hendak mencium.

"Enak nggak, sih, Mah kissing itu? Lucas jadi pengen deh?" goda Lucas pada Mamah dengan mengerjapkan kedua matanya.

"Heh! Nggak boleh! Masih pada kecil! Awas ya kalau nakal-nakal nanti!" seru Mamah pada kami semua dengan mata melotot tajam. Aku dan Lucas hanya cengar-cengir saja melihat respons Mamah.

Yah ... Siapa sih yang nggak mau ciuman. Pengen gitu ciuman kayak di film-film bisa sedat-sedot kayaknya lucu gitu ya. Ada yang mau belajar kissing sama aku?

"Udah, ayo fokus. Daritadi, kok, nyiapin bahan cilok nggak jadi-jadi," gerutu Mamah kembali pada kami.

Sontak kami langsung memberi hormat dengan tegas, "Siap, BOS!"

***

Kami masih fokus dengan tugas masing-masing. Hingga menjelang zuhur kami pun masih bergelung dengan kesibukan yang kini sedang membulat-bulatkan cilok.

Cilok yang kami buat bervariasi; cilok tanpa isi, isian daging, isian cabe rawit, isian mozarella, dan juga isian jando sapi. Pokoknya cilok kami ini dijamin mantap rasanya. Cilok yang kenyal dan empuk ini, nanti akan kami sajikan dengan kuah segar dengan perasan jeruk sambal. Hayo udah pada ngiler, kan.

Asal tahu saja ya kami semua ini khususnya aku, Lucas dan Jin belum pada mandi. Si bontot Dita Karang lagi asyik nonton FTV di ruang tamu depan. Sedangkan kami--Aku, Lucas dan Jin harus rela daritadi dengan adonan cilok dan isiannya. Mamah tadi sempat membantu, tapi beliau ijin ke atas untuk membersihkan ruangan di bagian atas dan mengecek jemuran baju sudah kering atau belum.

Karena kegerahan kami bertiga memutuskan untuk melepas kaos atas. Jadilah kami shirtless sekarang. Eh, nggak ding! yang shirtless mah cuma aku dan Lucas. Sedangkan Jin dia masih memakai singlet dalaman. Jangan kira tubuh kami ini punya otot enam kotak di perut. Belum-lah. Kami kan masih dalam masa pertumbuhan jadi perlu makan banyak. Setidaknya kami nggak buncit dan lengan kami bertiga ini cukup kekar lho.

Karena bosan akhirnya aku menyalakan musik saja. Entah mengapa aku malah ingin menyalakan lagu si Oppa Nassar yang tadi diputar si bungsu cantik kami itu. Akhirnya dengan search di Youtube aku pun mulai menyalakan lagunya.

Awalnya aku dan Lucas malu-malu macan untuk menggerakkan badan. Tengsin-lah masa karena musik dangdut sih kami bisa asyik joged begini. Bagiku lagu dangdut paling asyik tuh ya pas di NET TV yang Via Vallen feat Boy William. Pecah abis pokoknya.

Eh ... tapi mengapa sekarang malah kepalaku udah bergerak-gerak kayak uler keket begini ya. Masa aku terhipnotis sih. Aku melirik si Lucas yang malah udah asyik memonyongkan bibirnya setiap kali ada lirik lampu itu. Anak itu memang somplak dan miring!

Jin hanya ketawa-ketawa saja melihatnya. Ah! Bodo ah! Aku pun memutuskan untuk ikutan nyanyi dan berjoged ria bareng Lucas. Posisi yang awalnya kami duduk di meja makan dengan tangan asyik bulat-bulatin cilok kini Aku dan Lucas sudah berdiri.

Kami berdua sudah heboh dan tertawa setiap si Oppa Nassar menyanyikan lirik mati lampu itu.

"Mati Lampuuuuuuu ... " nyanyi si Lucas.

Aku pun berjoged dan ikut bersenandung. Pinggulku malah asyik ke kanan dan ke kiri dibuai sihir lagu yang harus aku akui ternyata lucu dan asyik didengar.

Sembari berjoged aku pun memasukkan adonan cilok pada panci yang sudah berisi air mendidih itu. Setelah selesai memasukkan adonan cilok itu aku masih asyik menari-nari.

Tapi dan tapi lagi-lagi aku dan Lucas dibuat meradang sama si bontot. Karena lagi sedang asyik-asyiknya dia nyelonong masuk dapur.

"Baaaaang ... ada Teh Sso, nih, mau antar kolak," teriaknya.

Aku yang sedang memegang baskom di atas kepalaku dengan pinggul yang tadi bergoyang ke kiri seketika langsung berhenti. Sedangkan Lucas yang sedari tadi kaki kanannya bertumpu di kursi dan berjoged menghadapku pun berhenti lantas menoleh ke belakang.

Aku dan Lucas--wajah kami sudah memerah karena malu. Lagu si Oppa Nassar sudah tak kami hiraukan. Bagaimana tidak malu kami bertiga ini, dengan keadaan atas tanpa baju yang layak, belum mandi pula. Tiba-tiba ada cewek cantik dan manis dengan rambut panjangnya yang halus nan lembut itu sedang tersenyum malu-malu memandang kami yang tampak acak adut dan mengerikan dengan mata jernihnya.

Wajahnya yang mirip dengan artis Korea Kim Sohyun itu selalu membuatku selalu terpana.

"Ditaaaaa!" teriak kami bertiga pada si bontot pipi gembul itu malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi terkejut dan malu kami.

Kami bertiga berlarian masuk dan berebutan ke kamar mandi saking malunya pada si Sso-- Rasio Larasati--dipanggil Sso.

Tubuh kami yang berdesak-desakkan masuk pintu pun malah jadi terjatuh di depan pintu. Ini nih definisi sudah jatuh ketiban tangga ya kayak posisi kami bertiga sekarang.

"Maaf, ya, menganggu, kalian. Aku pulang dulu, ya," ucap Sso dengan suara lembutnya yang masih bisa kudengar dia tertawa tipis.

Duh kali ini muka kami gelap seperti mati lampu ditelan malu.

***

Gimana nih masih mau lanjut sama Cilok Family satu ini?? Eh ada yang ngiler nggak sih ngebayangin cilok buatannya Bang V, Kang Lucas dan Aa Jin?

Vote dan komentar ya...

Hatur Tengkyu 🥰




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro