Percikan?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Taehyung

Sabtu pagi ini rasanya berbeda. Kemarin kami melaporkan hasil penjualan cilok kami bertiga. Lucas, seperti yang sudah diduga dia sudah menjual lima puluh tiga bungkus cilok kuah. Jin sudah delapan belas bungkus. Posisiku sendiri masih dua puluh satu bungkus. Selisih tiga bungkus dengan Jin, tapi terpaut jauh dengan Lucas. Karena itu sejak dua hari lalu, aku mulai memikirkan cara yang efektif serta menyingkirkan rasa gengsi agar bisa mendongkrak penjualan.

Maka, di sabtu pukul tujuh pagi, aku sudah siap-siap memanaskan motor bebek kharisma. Kemudian mengecek alat tempur yang sudah aku siapkan baterainya secara penuh, agar tidak mati saat di medan dagang nanti. Tidak lupa mengecek jumlah cilok kuah aneka varian rasa yang kubawa-dan menatanya dalam keranjang yang sudah aku ikat di atas jok motor.

Deru mesin motor menjadi iringan semangat pagi ini. Kuhela napas dalam-gugup. Karena ini pertama kalinya aku akan melakukan hal yang bisa jadi akan membawa banyak perubahan. Sebelum berangkat, tentunya aku sudah berpamitan pada Mama dan Ayah untuk meminta ijin pada mereka. Melewati kaca depan rumah, sejenak aku memperhatikan penampilanku untuk ke medan dagang.

Jaket, topi, sarung tangan, masker, sepatu Vans, ponsel, semua sudah siap. Mengangguk penuh keyakinan-segera kulajukan motor dengan kecepatan stabil-tidak pelan juga tidak terburu-buru.

Medan dagang! Tunggu aku ya!

***
POV Author

Lok ... lok ... cilokdon

Dicoba ini cilok kuah beda

Lok ... lok ... cilokdon

Banyak aneka rasa

Lok ... lok ... cilokdon

Dibuat penuh cinta

Lok ... lok ... cilokdon

Yang jual ganteng macam ... Taehyung

Dentingan musik akustik terdengar sepanjang jalanan komplek perumahan. Hal ini membuat para warga penasaran. Nada yang mengalun adalah lagu lama yang terkenal milik Guns N' Roses dengan judul Knocking on Heaven's Door. Namun, secara keseluruhan liriknya di bagian reff diubah oleh si sulung Sutisna-Bang Tae-untuk tujuan penjualan cilok kuahnya. Berbekal bantuan beberapa temannya untuk membuat versi akustik dengan lembut berpadu dengan suara Taehyung Pratama yang bass atau lebih ke suara beratnya yang khas itu, membuat lagu jingle ciloknya easy listening dengan lirik simpel dan mudah diingat.

Taehyung Pratama melupakan rasa gengsinya untuk berjualan cilok keliling dengan naik motor dan menyalakan pengeras suara yang sudah terhubung secara bluetooth dengan ponselnya yang sudah terdapat file musik rekaman akustiknya. Meski cara ini ditiru Tae dari tukang tahu bulat digoreng dadakan haneut lima ratusan itu-tapi Tae memodifikasinya dengan sentuhan musik akustik yang lebih easy listening dan lagu yang mungkin bisa menjangkau pasar seluas mungkin-baik tua dan muda. Siapa sih yang enggak kenal engan Guns N' Roses?

Dan ... usaha Tae tidak sia-sia. Di komplek pertama tujuannya, dia berhenti di depan sebuah toko kelontong yang cukup besar, memasuki toko tersebut yang kini sedang ada beberapa gerombolan ibu-ibu yang sedang berbelanja. Saat di depan pemilik toko yang berada di balik meja, Tae memperkenalkan diri seraya melepaskan topinya dan menyapa si pemilik toko.

"Assalamualaikum, permisi, Bu, Maaf menganggu," sapa Tae pada ibu pemilik warung dengan hijab instan warna merah tua-menatap Tae terkejut dan dengan binar mata cerah. Seolah tidak pernah melihat bujang rupawan dengan kulit bersih, rambut belah tengah, dengan senyum yang membuat si ibu pemilik warung lupa bahwa dia masih berada di bumi.

"I-iya," sahut si ibu pemilik warung tergagap. Si ibu pemilik warung bahkan melupakan bahwa di sebelahnya jarak tidak sampai satu meter, ada suaminya yang sedang melayani pembeli, menatap istrinya tidak suka. Namun, diakui pula oleh bapak pemilik warung itu, kalau wajah Tae memang gantengnya di atas normal-membuat ibu-ibu di warungnya menatap pemuda itu malu-malu.

"Saya boleh ijin untuk berjualan di depan warung, maaf saya berbicara dengan ibu siapa, ya?"

Bagus! Pemuda tampan berformalin ini tidak melihatku apa?! Batin bapak pemilik warung.

"Ekhem ... mau jualan apa ya adek ini, soalnya 'kan tempat saya ini adek bisa lihat juga 'kan kalau toko, masa adek ini nyerobot," ucap bapak pemilik warung.

"Maaf, Pak, saya tidak hendak menyerobot. Saya sedang berjualan cilok instan, hanya minta ijin menumpang untuk berada di depan dinding toko bapak, karena tempatnya sejuk, asri dan bagus."

Tutur kata Tae yang tertata, pelan, dan sopan dengan suara khasnya yang berat, menggetarkan hati juga mengacaukan pikiran ibu-ibu dan mbak-mbak yang sedang berbelanja di toko tersebut. Berbagai pikiran di benak masing-masing pun muncul menilai seorang Taehyung Pratama Sutisna

Pemuda ramah.

Duh, udah gantengnya enggak ada obat, sopan lagi.

Itu kulitnya bisa putih mulus gitu tangannya, digosok pakai sabun apa ya.

Ya ampun berondong nikmat, membuat pikiranku tergoda.

Ya Allah jodohan aku dengan laki-laki kayak bocah ini, berikan aku jodoh untuk keempat kalinya dengan berondong hawt hawt kayak Hot Sauce!

Suaranya ngebass banget, bikin telinga meleyot.

Calon mantu idaman.

Kok wajahnya mirip yang di iklan toko online hijau-hijau itu ya.

Orang tuanya siapa sih, rumahnya di mana, pengen segera ngelamar ini cowok!

"Ishh ... Bapak! Biarin aja atuh si Aa ini jualan di depan. Udah bagus anak muda jaman sekarang berani enggak gengsi, mana laki-laki lagi. Bagus itu!" seru si ibu pemilik warung yang diamini oleh semua pelanggan tokonya. Tae hanya tersenyum tipis-malu, karena dia tahu alasan si bapak warung yang tampak cemburu padanya.

Tenang saja, Pak, hatiku sudah ada yang beli, udah enggak bisa dikontrak. Cuma milik Sso. Batin Tae.

Si bapak pemilik warung terpaksa mengangguk setengah ikhlas, karena perkataan istrinya bagaimana pun juga ada benarnya, bahwa pemuda yang di hadapannya ini memang luar biasa-tampak pemuda yang kerja keras dengan tatapan mata tajam namun bukan mengintimadisi. Justru seperti pemimpin yang bisa mengayomi kelak.

Berkat bujukan rayuan si ibu pemilik warung yang lebih terkesan paksaan pada suaminya, Tae diijinkan untuk berjualan di depan warungnya. Tae pun menyalakan musik akustiknya, sembari menata x-banner yang telah disiapkannya, agar bisa dibaca penduduk yang lewat dan menarik perhatian.

Usaha Tae tidak sia-sia. Belum lima belas menit, tempatnya sudah dipadati calon pembeli yang sebagian besar tertarik karena wajah Tae-yang sudah pasti adalah didominasi oleh kaum hawa dari berbagai usia. Ada juga yang tertarik karena musik akustik dan lirik yang menggelitik-yang diputar oleh Tae.

Tidak sampai satu jam, cilok kuah yang dibawa Tae sudah habis. Sebenarnya masih sisa tujuh bungkus yang rencananya akan Tae berikan beberapa untuk pemilik warung yang berbaik hati. Namun, justru si ibu pemilik warung malah menawarinya untuk titip jual cilok kuah instannya di warung tersebut. Tentu saja kesempatan ini tidak akan disia-siakan oleh Tae.

Taehyung Pratama Sutisna tampak sumringah dengan kepala yang sedikit mendongak ke atas. Bangga atas pencapainnya sendiri. Namun, dengan cepat kembali ia tundukkan kepala, karena perjuangannya masih panjang. Ini baru permulaan. Kompetisi masih berjalan untuk ketiga saudara tersebut. Ada hati yang harus ia raih-karena selama ini tidak bisa menyentuh dan merabanya dengan pasti siapa yang disukai oleh Sso-Rasio Larasati.

Setidaknya, sabtu ini dia bisa pulang dengan senyuman serta langkah rian. Kini Tae tahu apa yang akan dilakukannya untuk hasil yang memuaskan.

***

"Bang Tae-" panggil Sso pada Tae yang sedang memakirkan motornya. Gadis itu tadi ke rumah keluarga Sutisna, seperti biasa memberikan oleh-oleh dari sepupunya yang kemarin berkunjung ke rumahnya. Namun, saat mencari-cari keberadaan Tae, Sso tidak melihat keberadaanya. Kemudian adik Tae yang paling bungsu dan cerewet-Dita Karang-memberi tahunya bahwa Tae sedang berdagang cilok keliling.

Sso dengan langkah perlahan mendekat ke garasi rumah keluarga Sutisna. "Kata Dita ... Banng Tae tadi jualan cilok keliling, itu ... beneran?"

"Beneran, kenapa?" tanya Tae balik dengan membuka topinya lalu menyugar rambutnya yang lembut serta membuka dan meneguk botol minuman dingin kemasan dari sebuah produk minuman ion tubuh.

Sso menggeleng sembari netranya lekat menatap Tae-masih tak percaya dan ... terpana.

"Bang Tae ... enggak-maksud Sso, Bang Tae keren!" ucap Sso dengan memberikan kedua jempolnya di hadapan Tae. Awalnya Sso ingin menanyakan apakah Tae tidak malu, tapi Sso tahu, bahwa bertanya hal itu adalah sia-sia. Cowok di hadapannya malah kini terlihat senyum cerah, dan pertanyaan tersebut akan membuat Tae merasa tidak enak hati. Senyum Tae seakan menular pada Sso, kini keduanya saling menatap, begitu dalam dan saling melempar senyuman.

Ada gelenyar rasa yang begitu membuncah di dalam diri Tae yang membuatnya ingin segera mengungkapkan sesuatu pada Sso. Namun, belum saatnya. Tae masih harus menahannya, karena kompetisi ini pun belum berakhir. Maka, Tae hanya mengusap dengan gemas rambut panjang dan halus milik Sso.

"Issh ... berantakan nih rambutku," ucap Sso dengan bibir yang masih tersungging ke atas dan mengusap pelan rambutnya. Kemudian Sso melebarkan matanya-mengingat sesuatu.

"Bang Tae, tunggu di sini dulu, ya, jangan masuk ke rumah dulu. Bentar ... aku mau ambil sesuatu dulu," ujar Sso dengan berlari kecil ke dalam rumahnya. Dengan napas yang terengah-engah Sso menyodorkan sebuah bungkusan pada Tae, "ini wedang rempah, bagus untuk kesehatan, bisa beberapa kali minum juga. Bang Tae minum, ya, biar bisa meningkatkan stamina dan enggak loyo pas keliling jualan."

Tae memandang tidak percaya dengan bungkusan yang masih dalam genggaman Sso. Ada rasa haru menyeruak di dalam hatinya. Gelenyar rasa itu semakin kuat dengan perhatian Sso padanya kini. Bolehkah dirinya saat ini merasa di atas angin atas perlakuan Sso?

"Terima kasih, Sso. Pasti aku minum." Tae berkata singkat tapi nadanya begitu dalam seakan menyiratkan lagu cinta untuk Sso.

"Sama-sama, aku masuk dulu ya, Bang Tae, semangat jualannya!" setelah mengatakan kata-kata tersebut, Sso segera masuk ke dalam rumah. Sedangkan Tae masih berdiri di samping motornya, tangannya mengenggam erat bungkusan wedang rempah pemberian Sso-seakan takut terlepas. Wedang rempah itu tampak berarti bagi Tae.

Di lain sisi, di balik jendela, Lucas kembali melihat interaksi Sso dan Abangnya yang tidak biasa. Mencambuk kuat hati Lucas-hingga terasa perih. Berbagai pikiran berkecamuk dan perang batin. Melawan saudaranya sendiri dalam memperebutkan hati seorang gadis adalah hal yang tidak inginkan oleh Lucas. Namun, kenyataan itu yang dihadapi oleh dirinya. Lalu, melihat interaksi keduanya, membuat Lucas berpikir apakah kini saatnya dirinya menyerah dan mengalah?

(Pict: cr pinterest)

Lucas be like : masih kupantau ya kalian 😒

Gimana nih part ini, masih ada feelnya kah? Aku ngutak ngatik, dan revisi lagi buat beberapa bab terakhir, biar nemu feelnya.

Semoga kalian suka ya.

Hatur Tengkyu vote dan komennya, juga buat kalian yang masih membaca cerita ini, meski aku updatenya lama banget 🥰🙏


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro