Cinta satu gelas pt. 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Permisi paket Tenncchi_

Ngok tanda tangan disini, ngok~
/kasih kerdus.

Pair : TennErin
Yang terancam karam, hiksu :'(

Met baca~

'•'

"Hanya satu gelas? "

Pemuda yang baru saja datang membawa gelas berisi minuman pesanan gadis dihadapannya itu hanya mengangguk pelan, mendudukkan diri tepat didepan gadis yang menatap gelas yang dibawanya sambil mengucutkan bibirnya.

"Hanya tersisa ini untuk rasa yang kau inginkan. "

Pemuda itu membuka topi yang dipakainya dan meletakkannya diatas meja setelah mengatakan satu kalimat yang menjelaskan mengapa ia hanya membawa satu buah gelas minuman digenggamannya. Masker dan kacamata tetap ia kenakan, mencegah orang lain mengetahui siapa ia sebenarnya.

"Lalu kau akan minum apa, Tenn-san? "

Pemuda berambut merah muda bernama Tenn itu tak langsung menjawab pertanyaan gadis yang duduk dihadapannya.
Menurunkan sedikit masker yang dikenakannya, satu buah donat diambil lalu digigit perlahan. Rasa manisnya segera memenuhi rongga mulutnya.

Gadis itu semakin mengucutkan bibir, merasa kesal karena pertanyaannya diabaikan. Pemuda dihadapannya itu malah memilih memakan donat miliknya yang sudah dipesan terlebih dahulu sebelum jam pertemuan mereka.

"Kau minum saja, Erin. Aku cukup dengan donat ini. "

Erin menyatukan dua alisnya, menatap gelas berisi minuman favoritnya. Perasaannya bimbang, antara minum tanpa peduli dengan Tenn atau memberikan saja minuman ini pada Tenn.

Tapi sejujurnya ia haus juga.

"Minum saja, Erin. Aku memakan donatmu sedangkan aku memberimu minumanku. Adil, kan? "

Erin berkedip-kedip, membenarkan dalam hati perkataan Tenn. Jika seperti itu maka ia tak perlu merasa bersalah meminum isi dari gelas ini, lagipula donat yang ia pesan belum tersentuh tangannya.

Erin memuji betapa cermelangnya otak Tenn, tentu dalam hati. Bisa disemprot nanti jika ia blak-blakan memuji pemuda berambut merah muda itu. Ingat, dia galak bak guru bimbingan konseling disekolahnya.

Bahkan guru pembimbing konseling disekolahnya dua kali lipat lebih ramah dari Tenn, tapi jika Tenn menjadi guru bimbingan konseling disekolahnya Erin rela tiap hari memasuki ruang BK hanya untuk berbasa-basi atau bahkan menjadi murid 'sedikit' bermasalah asal diberi konseling oleh Tenn.

Baiklah. Mungkin otaknya perlu sedikit dipukul agar mur yang lepas bisa kembali ketempat semula, terlalu ngaco memang pemikiran yang baru saja muncul dibenaknya.
Dia anak OSIS, mana boleh melakukan pelanggaran sembarangan.

Erim menggeleng pelan, mengenyahkan pikiran durjana nan tak penting dari benaknya. Mendekatkan gelas pada dirinya, Erin mengembangkan senyumnya kearah Tenn.

"Aku menyukaimu, Tenn-san! Ah... "

Erin yang masih melebarkan senyumnya mulai berkeringat dingin, menampar pipinya sendiri ketika menyadari kesalahan besar yang baru saja ia lakukan. Jeritan nista ia teriakan, menyumpahi diri sendiri.

'Terima kasih, Tenn-san! Itu yang benar, bodoh!!! '

Erin mengusap wajah, frustrasi dengan mulutnya yang seenak jidat mengucap kalimat cukup memalukan. Mana jauh dari kalimat yang harus ia katakan, ia harus beralasan apa ketika ditanya atau yang paling buruk–

"Berisik, aku juga sudah tahu. "

Tenn berucap pelan, fokus memakan donatnya. Pemuda itu tak terlihat mempermasalahkan ucapan yang baru saja dikeluarkan oleh Erin, terbukti dengan seberapa datar ekspresi yang terpasang diwajahnya.

Erin menghembuskan napas lega, respon Tenn sama seperti biasanya ketika ia mengungkapkan isi hatinya.
Antara sedikit terasa nyeri didada dan lega karena tak ada pertanyaan yang menuntut.

Setelah tertawa kikuk sebentar, Erin akhirnya membawa gelas itu kedepan bibir dan menyesapnya perlahan. Rasa khas dari minuman favoritnya memang tiada dua–

"Tapi aku juga suka. "
"Pfft–"

Erin meletakkan kasar gelas yang ia pegang, terbatuk-batuk sambil melotot lebar kearah Tenn yang mengunyah donat tanpa rasa bersalah. Minuman yang baru saja masuk kerongga mulutnya harus keluar dengan kecepatan tinggi dari dalam mulut karena ucapan tak terduga dari Tenn.

"Ha-hah?! "
"Minumannya. "

Erin mengaruk canggung belakang lehernya, kembali meruntuk dalam hati. Menyesali dirinya yang terlalu narsis 'disukai' oleh pemuda berambut merah muda itu.

Tapi hei... Ucapannya terlalu ambigu, tahu.

Erin menghela napas, kembali ia mendekatkan gelas itu kebibirnya dan naas perkataan tak terduga Tenn kembali membuatnya merasakan sesak karena tersedak.

"Ah. Sekalian dengan orang yang meminumnya. "
"Uhuk–"

Erin mendelik kembali, menatap dengan wajah memerah padam paras Tenn yang sedang tersenyum simpul kearahnya yang sialnya terlihat tampan.

Menyumpahi Kujou Tenn saat dan detik ini bukan sesuatu yang tak sopan, kan?

__________________________________

Ekspresi Enthor ketika selesai bikin keUwUan TennErin :

"Protect this ship!!! "
/angkat spanduk, hidung kembang-kempis.

Dan ekspresi Enthor ketika ada potensi uwu antara Iori dan Erin :

"Menarik~ Sasaran empuk untuk haluan selanjutnya, khukhukhu~
Enthor salah satu penumpang ship ini, anak muda, khukhukhu~ "

Tak apa jika tak bersama Tenn, balikan saja dengan Iori, khukhukhu~
/mengipasi wajah dengan lipatan kerdus.

Tapi aku tak merestui jika kapal TennErin karam. Enthor juga ingin melihat hawa uwu diantara Iori dan Erin. Terdengar membingungkan?
Maaf bila membingungkanmu, anak muda. Khukhukhu~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro