Bab 9. Pembalasan Langsung

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seluruh perhatian tentu saja tertuju pada ketua OSIS, Kak Robby dan juga wakilnya datang untuk berkenalan dengan siswa-siswi baru. Tak terkecuali niat Robby yang memanfaatkan ketenaran dirinya sebagai ketua OSIS.

Menggerutu dalam hati, rasanya ingin sekali Anjarani sumpal mulut manis ketua OSIS itu. Ia masih berdiri di depan kelas dan kakak OSIS yang memandanginya tidak suka. Siapa yang tidak kesal?

"Terima kasih, aku sudah boleh duduk Kak?" Tanyanya pada Kak Yolanda. Dia tersenyum ketika menyadari Robby diacuhkan oleh Anjarani.

"Silahkan."

Sudah seperti seonggok manusia tidak berguna, Robby sedikit tersinggung dan kemudian memasang wajah tidak sukanya pada Anjarani.

'Sialan ini cewek! Sok jual mahal banget.' Batin Robby berdiri di depan kelas.

Naluri pria yang selalu ingin menang langsung bangkit setelah Anjarani tipe cewek yang akan sulit untuk ditaklukan. Pikirnya semua cewek akan sama saja, terlebih Robby populer di kalangan kakak dan adik kelas.

"Perkenalkan, nama saya Robby Okta Chandra. Ketua OSIS kalian dengan masa jabatan 2020 - 2021. Saya dari jurusan IPA kelas sebelas C, hobby joging, makanan kesukaan bakso, minuman kesukaan jus alpukat-"

Anjarani malas sekali mendengar ocehan Robby tentang informasi dirinya sendiri. Ia lantas melirik ke samping dan mendapati Indra yang sibuk menggambar sesuatu di belakang buku barunya.

"Kamu bisa gambar karikatur Ndra? Keren banget!" Bisik Anjarani langsung menegakkan punggungnya agar bisa melihat karya yang Indra gambar di bukunya.

"Ck! Pengen abadiin aja muka reseknya itu. Dia manusia yang sudah nyebarin gosip aku cowok sok-sok an. Aku ini kan aslinya cowok berhati suci walaupun mukaku memang kaya ngajak orang berantem." Bisik Indra sambil menoleh ke arah Anjarani.

Dan selanjutnya, Indra berani bersumpah! Baru kali ini dia lihat cewek bisa langsung jatuh cinta. Anjarani yang meliriknya dengan gaya culunnya itu masih terlihat cantik walaupun kepangan rambutnya menyedihkan.

"Tolong ekspresinya buat sejelek mungkin Ndra. Seumur hidup aku gak pernah pengen ngehina orang kek gini." Indra tersenyum.

"Hadap depan terus, nanti mereka curiga." Anjarani tentu saja menuruti perintah Indra.

Acara perkenalan siswa kemudian dilanjutkan, dengan Robby dan wakilnya yang masih setia berlama-lama di kelas. Betah dengan memandangi Anjarani dari sudut kelas. Belum lagi dengan giliran Indra yang maju ke depan kelas.

Anjarani tersenyum mengejek dengan wajah menjengkelkannya sampai Indra ikut tersenyum lantaran perhatian Anjarani tertuju padanya.

"Perkenalkan, nama saya Indra Danajaya Yudistira, panggil aja Indra. Saya dari SMP Pelita, tinggal di daerah kilo dua. Cukup." Indra langsung mengakhiri perkenalan dirinya dengan sopan. Tapi tampaknya Kak Siska tidak puas sama sekali dengan secuil informasi yang Indra berikan.

"Tinggi badanmu berapa?" Celetuk Kak Siska ingin tahu.

"175." Kak Siska langsung tersenyum lebar.

"Ikut ekskul Paskibra mau gak? Tinggimu pas banget."

Robby langsung bersedekap menatap Indra kesal karena tingginya kalah lima senti dari Indra. Robby bisa saja mengajak Indra untuk ikut ekskul basket karena tinggi badannya. Tapi sayang Robby tidak kalah tenar dengannya.

"Maaf kak, gak tertarik ikut ekskul."

"Sadis!" Desis Jessie langsung.

Penolakan Indra seperti baru saja menolak perasaan cinta kakak kelasnya. Anjarani tiba-tiba terpikir ekskul apa yang akan ia masuki nanti. Lantas ia mengangkat tangannya bermaksud untuk bertanya.

"Kak, disini ada ekskul apa aja?" Kak Yolanda tampak berpikir sejenak.

"Banyak dek. Ekskul tari daerah, ekskul Paskibra tadi, ekskul sepak bola, basket. Banyak pokoknya, nanti kalian bakal dibagiin selembaran ekskul kok."

"Kamu memangnya nyari ekskul apa Ran?" Tanya Robby yang lagi-lagi sok akrab.

Indra dengan cepat memotong arah pandang Robby dengan sengaja melewatinya untuk kembali ke tempat duduknya. Makin lama Robby makin resek banget di mata Indra. Caranya dia berusaha ngejar Anjarani itu terang-terangan sekali sampai Indra geram sendiri.

"Gak kak, cuma tanya aja." Putus Anjarani cuek.

Robby masih menahan sabarnya. Anjarani memang cantik, yang tercantik dari semua anak baru yang ia lihat. Tapi tingkat kesombongan Anjarani ini terbilang di atas rata-rata sampai Robby sekelas ketua OSISnya saja tidak berkutik.

"Udahlah Robb, tahan dulu. Balik ke ruang OSIS sekarang. Kita belum ada persiapan di aula." Robby mendengus kasar.

"Kalo bukan karena cantik aja gak selera banget aku sama cewek sombong kaya dia. Cabut Jez."

Tidak lama setelah berbasa basi ala kakak OSIS, akhirnya bel pun berbunyi. Perut-perut yang sudah keroncongan berhamburan keluar kelas menuju surganya pada siswa, yaitu kantin sekolah.

Tak terkecuali Anjarani, Jessie dan juga Indra yang kali ini ikut bersama dengan Anjarani ke kantin. Karena ramainya kantin dan mereka tidak ingin melelahkan diri untuk berdesak-desakan, mereka bertiga memutuskan untuk menunggu sebentar sampai sedikit ada ruang untuk mengantri.

"Eh Ran. Kak Robby kok bisa kenal sama kamu sih? Udah kenal dari lama juga?" Tanya Jessie sambil menunggu antrian.

"Gak tau aku Jess. Gila aja, ngapain aku temanan sama orang kaya dia. Nambah beban pikiran yang ada."

"Siapa yang gak suka sama Robby. Ketua OSIS, ganteng, ketua tim basket, orangnya ramah, asik. Tipe laki-laki brengsek kaya dia banyak yang mau. Mau sama popularitasnya aja." Jessie langsung tertawa.

"Hahaha betul!"

Sreett

Byuur!

"Eh! Sorry, sorry. Gak sengaja."

Sedang asyiknya mereka berbincang-bincang, tiba-tiba saja sebuah siraman es langsung menghantam punggung Anjarani. Seragam putih birunya langsung kotor dengan noda berwarna coklat dari es kopi.

Anjarani berbalik dengan cepat untuk melihat siapa pelaku yang berani menyiramkan es ke punggungnya. Matanya tentu saja memicing ketika melihat kakak senior yang tertawa cekikikan menatapnya.

"Duh! Jadi kotor yaa seragamnya. Aku gak sengaja lho, tanganku tadi kepleset."

Jessie langsung berdiri di samping Anjarani, berniat untuk membelanya jika sewaktu-waktu kakak senior itu berniat berbuat lebih jauh. Indra langsung menandai wajah-wajah mereka.

Empat orang kakak senior kelas dua yang dandanannya paling tidak sedap dipandang mata. Siswi kelas dua SMA yang dandanannya sudah seperti wanita penghibur. Jijik sekali Indra melihatnya.

"Iya kak, gak apa-apa. Namanya juga gak sengaja." Ucap Anjarani tenang.

Dagunya terangkat dengan sorot mata merendahkan, Anjarani tersenyum simpul setelah memikirkan ide untuk membalas kelakuan kakak kelas yang membulynya.

Anjarani sudah mengira bahwa salah satu dari mereka pasti akan menjegal kaki Anjarani ketika lewat di samping mereka. Dan, hal itu sungguh terjadi. Karena Anjarani berniat jatuh dengan gaya lebay, maka kedua tangannya langsung meraih kerah baju kakak senior.

Akibatnya dua orang senior, termasuk ketua mereka, orang yang menyiramnya tadi langsung ikut tertarik bersama Anjarani jatuh ke atas lantai yang becek karena siraman es tadi.

Brukk!

"Aduh! Sakit tolol!" Maki kakak senior itu. Anjarani dengan ekspresi polosnya balik menatap tatapan tajam kakak seniornya.

"Maaf kak, aku gak sengaja tadi." Jessie melongo di tempat. Demi apapun juga ia tidak menyangka Anjarani seberani itu.

Menggeram emosi, kakak senior itu marah dan langsung berdiri meninggalkan kantin dengan perasaan malu setengah mati. Di depan banyak orang Anjarani membalasnya, terlebih anak baru! Permainan kotornya dengan mudah dibalas oleh anak baru.

"Astaga Ran... kamu waras kan? Mereka kakak kelas!" Pekik Jessie takjub.

"Memangnya kakak kelas itu tuhan sampai harus ditakuti? Kalem yaa kalem. Salah banget mereka cari gara-gara sama Anjarani."

Indra termenung sesaat. Sejak Robby terang-terangan mengejar Anjarani, perlahan-lahan sudah terjadi penistaan seperti ini. Tapi jika sampai Anjarani jadi korban bullying disini, dia tidak akan tinggal diam.

"Yaudah ke toilet sana. Basuh bajumu sedikit biar gak terlalu keliatan nodanya."

"Iya Ran. Yuk!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro