03 Jangan Menangis

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alif tengah mengejar seorang gadis yang baru saja putus dengan pacarnya. Gadis itu menuruni anak tangga. Sampai-sampai ia tak melihat adanya genangan air disana.

Kakinya terpeleset dan dia akan jatuh. "Aahhh!"

Kedua mata ia tutup rapat. Sekian lama menunggu ia tak merasakan sakit apapun di tubuhnya.

Keiza Bianca atau biasanya di sapa Key. Nama gadis tersebut. Ia merasakan sebuah tangan memeluk erat pinggangnya.

Ia membuka matanya perlahan. Terpampang jelas wajah seorang pemuda tampan di sampingnya. Reflek ia melepaskan pelukan itu.

Deg!

Jantungnya berdetak kencang.

"Eeeehh... sorry-sorry," ujar Alif.

Key menatap tajam pemuda tersebut. Tapi ia merasa tak enak hati, karena berkat pemuda itu ia tak terjatuh dari tangga.

"Thanks," ucap Key pelan.

Ia pun segera pergi dari hadapan Alif. Ia sudah tak menahan air mata yang sudah ingin berontak keluar.

Key sudah menghilang dari pandangan Alif. Sontak Alif segera mencarinya.

Entah kenapa. Ia merasa mengenal sosok gadis tersebut.

Kini Key berada di taman belakang sekolah. Di tempat inilah ia mencurahkan seluruh hatinya. Ia menangis tersedu-sedu.

"Loe brengsek! Loe udah selingkuh sama sahabat gw sendiri!" seru Key mengutarakan rasa kecewa di hatinya.

"Gw benci sama loe, Bastian!" jeritnya kencang.

Sudah hampir limabelas ia menangis. Ia menatap taman bunga yang berisi bunga-bunya yang tengah mekar.

Seulas senyuman tipis terukir. Tiba-tiba sebuah sapu tangan berwarna merah muncul di hadapannya.

Key menoleh ke atas. Ia menemukan seorang pemuda yang menolongnya di tangga.

"Siapa loe? Ngapain loe di sini? Jangan-jangan loe ngikutin gw ya!" bertubi-tubi pertanyaan ia lontarkan.

Alif bingung harus menjawab apa. Ia hanyalah seorang anak baru yang sudah tiba-tiba berurusan dengan orang yang tak di kenal.

"Gw Alif. Maaf, gw emang ngikutin loe daritadi, sejak loe berantem sama pacar loe." jawab Alif akhirnya.

Key semakin kesal. Ia tak suka ada yang mengikuti dirinya dan ikut campur urusannya.

"Lebih baik loe pergi dari sini!" seru Key tajam.

Alif menelan ludah. Ia paling anti berurusan sama cewek yang sedang dalam mode marah.

"Loe ambil sapu tangan ini buat menghilangkan air mata berharga itu." ucap Alif.

"Sayang air mata loe keluarin cuma buat mantan yang nyakitin loe itu." lanjutnya.

Ia pun segera pergi dari hadapan Key. Namun, rasa penasaran akan nasip Key masih mencuat di hati.

"Semoga tuh cewek gak bunuh diri, gara-gara di selingkuhin pacarnya sendiri." batin Alif ngeri.

Key menatap punggung Alif yang sudah mulai menghilang. Kata-kata Alif melayang-layang di pikirannya.

Ia mengelap air matanya menggunakan sapu tangan pemberian Alif. Seuntas senyum terukir kecil.

"Thanks,"

🍃🍃🍃🍃🍃

Jam pelajaran terakhir telah selesai. Semua murid-murid membubarkan diri. Begitu pula dengan Alif dan Angga.

"Lif, loe langsung balik?" tanya Angga.

Alif yang tengah melamum di buat terkejut. Logat bahasa jawanya pun keluar.

"Ora, aku arep menyang toko buku." jawab Alif medok.

Angga di buat ternganga. Ia pun tertawa keras. "Hahaha... bahasa alien loe keluar juga," ledeknya.

Pletakk!

Alif memukul kepala Angga kesal. Gara-gara dia bahasa aslinya keluar.

"Sialan loe!" gerutunya kesal.

"Woii sakit! Loe kira kepala gw ini bola basket yang dipukul-pukul!" seru Angga geram.

"Bodo amat!" sahut Alif.

Ia pun pergi meninggalkan Angga yang masih mengelus kepalanya. Sampailah ia di parkiran mobil.

Ternyata di sana ada seorang siswi yang tengah menatap mobil Ferrari F12 Berlinetta Alif lekat-lekat.

Gadis itu memiliki ciri-ciri berambut panjang sedikit bergelombang. Dan berparas cantik.

Alif yang curiga langsung menghampiri gadis itu.

"Wah... keren banget nih mobilnya. Numpang foto ahh," ucap gadis itu.

Ia segera mengeluarkan ponselnya. Lalu berpose di dekat mobil merah Alif.

Cekrek!

Beberapa foto telah ia ambil. Saat akan menyimpan kembali ponsel miliknya.

Sebuah tangan menepuk bahunya pelan. Ia pun reflek menolehkan kepala.

"Eh.. iyaa,"

"Ngomong-ngomong loe ngapain ngeliatin mobil gw gitu amat," ujar Alif heran.

Gadis itu langsung membuang muka. Ia merasa malu telah ketahuan oleh sang pemilik mobil.

"Ma-maaf, gw nggak ada maksud apa-apa kok. Suerr dah!" jawab gadis itu sambil menunjuk dua jarinya.

"Hahaha... lucu juga loe, kalau di lihat-lihat... Zalfa," balas Alif sambil melirik nametage gadis itu.

"Mampus gw!" batin Zalfa. Nama gadis itu.

"Sorry, gw mau pergi dulu," ujar Zalfa.

Zalfa pun buru-buru meninggalkan perkarangan parkir mobil. Ia menutupi wajah malunya dengan kedua tangan.

"Sial banget gw hari ini. Tapi di liat-liat tuh cowok cakep juga, hehehe...," gumam Zalfa senang.

Alif yang melihat kepergian Zalfa hanya mengeleng-gelengkan kepala. Hari pertama sekolah, ia harus bertemu dengan tiga orang cewek yang berbeda. Di tambah Angga, Ridwan dan Malvin yang mungkin akan menjadi teman di sekolahnya.

Ia segera masuk ke dalam mobil. Lalu melajukan mobilnya keluar gerbang sekolah. Tujuannya untuk siang ini yaitu toko buku di pusat kota Jakarta.

🍃🍃🍃🍃🍃

Alif telah sampai di rumahnya. Ia juga sudah selesai membeli buku-buku untuk keperluan selama di sekolah.

"Assalamualaikum,"

"Assalamualaikum,"

Salam Alif tak ada yang menjawab. Ia pun langsung masuk ke dalam rumah.

Kosong. Tak ada seorang pun di dalamnya.

"Lagi-lagi pada sibuk dengan kerjaan masing-masing," keluh Alif lirih.

Selama ini ia selalu menuruti perkataan kedua orang tuanya. Apapun yang diminta, selalu ia turuti dengan baik. Namun, orang tuanya tak dapat mengerti kemauan Alif yang sebenarnya.

Kesepian. Itulah yang Alif rasakan sampai saat ini. Ia hanya butuh waktu lebih bersama kedua orang tuanya. Mencurahkan isi hati, cerita tentant kegiatannya di sekolah dan teman-temannya.

Tapi, itu semua tak pernah terjadi. Kedua orang tuanya selalu sibuk dengan urusan kerja mereka yang tak dapat ditinggalkannya.

Alif menghela napas pelan. Ingin rasanya ia menghibur diri di kamar menyendiri.

Ia pun beranjak dari ruang tamu menuju kamar pribadinya. Ia menyetel lagu sekencang-kencangnya.

Di lain tempat...

Seorang gadis berambut blonde dan berhidung pesek tengah mengamati sebuah bingkai foto. Di sana tertera dua anak kecil berbeda jenis kelamin sedang tersenyum ceria.

Gadis itu menyentuh bingkai foto dengan sedih. Butiran air mata jatuh tanpa ia inginkan.

"Loe dimana sekarang? Gw kangen sama loe," ujar gadis itu lirih.

"Udah tiga tahun kita nggak ketemu, apalagi berkomunikasi pun tak pernah," lanjutnya.

Ia segera menghapus air matanya, lalu beranjak ke tempat tidur. Ia berdoa semoga malam ini bisa bertemu sang pemuda yang ada di dalam foto, walau hanya dalam mimpi.

"Selamat malam, Alif," ucapnya. Ia pun terlelap dalam dunia mimpi.

_________________________________________

Selamat pagi!

Sebelumnya saya ingin curhat. Saya baru pulang dinas malam dan masih menyempatkan diri untuk upload lanjutan cerita ini.

So?

Selamat membaca yaa, hehe....

(26/06/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro