Chapter 07 Konflik Milky

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Game Center Shibuya~

Milky selalu menghabiskan waktunya setelah pulang sekolah dengan bermain game di Shibuya. Ia tak peduli ongkos yang harus dikeluarkan.

Game sudah menjadi darah daging dalam hidupnya. Milky mengenal game sejak kecil, kira-kira usia 7 tahun. Milky tak sengaja melihat game pada saatnya zaman sangatlah terkenal.

Mario Bross. Itulah permain pertama yang di mainkan oleh Milky. Ia sangat bersemangat sekali setiap berhasil menyelesaikan misi. Dan kegiatan itu berlangsung sampai sekarang.

"Selesai juga," ucap Milky. Ia menyeruput teh kotik penuh nikmat. Teh kotik semakin berkerut tanda isinya telah habis.

"Ahh... Segar sekali,"

Milky membuang teh kotik ke tempat sampah. Namun, teh kotik itu tidak masuk tepat ke sana. Sebuah tangan raksasa muncul dari belakang tubuh Milky.

"Merepotkan,"

Kekuatan 'bakat khusus' Milky jarang di gunakan. Ia tidak terlalu membutuhkan untuk saat ini.

Milky berjalan santai menuju permainan lain. Ia tidak sabar untuk memenangkan setiap permainan di game center.

"Kaukah murid kelas X-3?"

Tiba-tiba seorang remaja mendekati Milky. Ia bertanya langsung tentang identitas Milky.

Milky mengerutkan kening bingung. Ia melihat remaja di depannya begitu asing. Ia pun mengabaikan remaja itu.

"Sombong sekali murid X-3 baru mempunyai kekuatan saja sudah seperti itu," cibir seorang remaja putri. Ia mengibaskan rambut pirang ke belakang.

Kini Milky di kerumunan orang-orang yang memakai seragam mirip sekolahnya. Khusus untuk kelas X-3, mereka bebas memakai seragam asal memiliki nametage.

Milky tak bergeming. Ia menatap lurus sepasang sepatu hitam miliknya.

Tiba-tiba remaja putri itu menarik jaket Milky, namun sebuah tangan raksasa menghentikan aksinya. Satu tangan raksasa lainnya muncul mencekik leher remaja putri.

"Le-lepaskan," ucap Remaja putri terkecik. Ia berusaha melepaskan diri tetapi tangan satunya di cengkram erat oleh tangan raksasa.

"Cih! Belagu sekali!" cibir Milky. Ia menjentikan kedua jari. Kedua tangan raksasa menghilang. Sebenarnya Milky tak segan untuk membunuhnya, tetapi ia masih memiliki hati walau hanya sedikit sekali.

Remaja putri itu terjatuh. Dadanya naik turun dengan cepat. Pasokan oksigen dalam tubuh berkurang selama ia tercekik.

"Berani mengangguku lagi, aku takkan segan untuk membunuhmu!" ucap Milky datar. Ia pergi meninggalkan kerumunan. Ia sudah tak memiliki mood untuk bermain game.

@@@@@

Kembali ke hari di mana murid baru ke-22 memperkenalkan diri. Nanase Rizani. Riza akan menjawab pertanyaan tentang 'bakat khusus' miliknya, namun suara ledakan keras terdengar dari luar kelas.

Duar!!

"Itu!" seru Milky menghentikan bermain game. Ia berlari cepat menuju ke arah lapangan sekolah. Tepatnya lokasi kejadian itu berasal.

~Lapangan Sekolah~

Kepulan asap memenuhi area lapangan sekolah. Pandangan murid-murid terhalau jadi ya.

"Apa yang terjadi?" tanya salah satu remaja kelas X-1.

"Ini pasti ulah kelas x-3!" seru Gadis berkacamata bundar.

Milky pun tiba. Ia sempat mendengar ucapan dari kelas X-1. Ia tersenyum sangat tipis.

Sebuah boneka beruang muncul di belakang Gadis itu. Boneka beruang memeluk erat tubuh sang Gadis hingga pasokan oksigen dalam dirinya terhambat.

"To-tolong lepaskan dia," mohon Remaja sambil terduduk di kaki Milky.

Millery Milky. Gadis bertubuh tidak tinggi ini memiliki rambut berwarna krem. Terdapat poni yang menutupi kening Milky. Milky memakai seragam kemeja putih di balut blazer hitam. Sebuah dasi pita merah muda menambah kesan imut di wajah Milky. Rok berwarna krem sepanjang lutut, kaos kaki hitam panjang dan sepasang sepatu  krem. Milky membawa sebuah tas merah muda.

Iris mata berwarna merah menatap Remaja itu tajam. Ada rasa kebencian di balik tatapan dan muka datar Milky.

Bugh!!

"Aku benci tatapan itu!"

Milky menendang Remaja itu hingga menabrak boneka beruang. Boneka beruang menghilang, lalu muncul di belakang Milky.

"Dasar sampah!"

Flame!!!

Wind!!!

Api merah menyerang keduanya. Di susul pusaran angin yang besar. Kedua murid kelas X-1 terpana akan serangan gabungan itu.

Shield!!!

Sebuah pelindung berbentuk kubus menghalangi gabungan serangan itu. Kedua murid X-1 langsung pingsan.

"Apa yang kalian lakukan sudah kelewatan dan menyalahgunakan 'bakat khusus'?!" seru Kripik penuh emosi.

Sifat konyol dan ekspresi wajah malas telah berubah total. Kripik benar-benar marah kali ini.

"Aku tidak peduli!"

Raka muncul di balik kepulan asap yang mulai menghilang perlahan. Ia menatap bengis sosok Kripik.

"Kalian mengganggu waktuku saja!"

Yesa terbang dengan pusaran angin kecil yang berputar di bawah kedua kakinya. Wajah mesum masih terpancar jelas di sana.

"Benar dugaanku!" sahut Milky datar. Sosok boneka beruang, tangan-tangan raksasa serta pasukan tujuh kurcaci telah berdiri di sekitarnya.

@@@@@

Kripik memandang wajah ketiganya lekat-lekat. 'Bakat khusus' tidak boleh di gunakan untuk kejahatan, apalagi sampai menimbulkan korban jiwa.

"Kalian!!"

Atmosfer di lapangan sekolah berubah drastis. Tekanan kekuatan 'bakat khusus' Kripik bersinar.

Shield.

Milky tak tinggal diam. Ia memerintahkan tujuh prajurit kurcaci untuk menyerang Kripik.

"Mari kita bertaruh," ucap Raka. Ia memakai sebuah topeng hitam yang menutupi wajah.

"Hmm... Apa?" tanya Yesa bingung. Di seluruh tubuhnya mulai di kelilingi pusaran angin.

"Huh!" sahut Milky.

Kedua tangan raksasa melindungi tubuh Milky. Boneka beruang menjadi tameng belakang Milky.

Ketujuh prajurit kurcaci mengeluarkan senjata mereka berupa pedang. Walau terlihat kecil, pedang-pedang ini samalah tajam seperti pedang berukuran biasa.

Shield!

Shield!

Shield!

Kripik membuat skala besar kubah pelindung. Hal itu membuat tujuh prajurit kurcaci terpental kemana-mana.

"Prajurit kurcaciku,"

Milky merasa sedih, walau ekspresi wajahnya masih terlihat datar. Ia tak pandai memainkan emosi.

"Inikah awakening," gumam Yesa. Tekanan aura kuat milik Kripik mulai mengikis pusaran angin miliknya.

Raka terdiam. Ia sudah pernah melihat awakening 'bakat khusus' milik Milky. Dan Raka berpikir Milky belum menunjukkan kekuatan seutuhnya.

"Aku harus menjadi lebih kuat!" seru Raka semangat membara.

Tiba-tiba sebuah portal muncul di tengah-tengah mereka. Keempat murid kelas X-3 terkejut atas kehadiran seseorang yang mereka kenal. Sang Ketua Kelas Laras!

"Apa yang kalian lakukan?!" tanya Laras penuh tekanan. Tubuh Yesa perlahan mulai terjatuh, pusaran angin miliknya menghilang.

Peluh keringat membanjiri Raka. Ia tak pernah merasakan tekanan yang begitu kuat. Ia terduduk lemas di tanah.

Kripik dan Milky merasakan hal yang sama. Namun, keduanya sedikit berbeda karena sudah mencapai tahap awakening.

Aura Kripik perlahan menghilang. Pasukan Milky juga mengilang tak tersisa.

Laras menatap tajam keempat teman-teman sekelasnya. Ia merasa gagal tak bisa memberikan contoh yang baik untuk mereka.

"Aku... Akan menghentikan kekacauan ini!"

Keempat portal dimensi muncul serempak. Raka, Yesa, Milky dan Kripik tubuh mereka terhisap masuk ke dalam dimensi itu.

Laras tak habis pikir. Untungnya Kripik melakukan sedikit hal benar. Ia mengaktifkan dimensi buatan milik Pak Joe yang di tinggalkan olehnya.

"Aku harus cepat mencari kedepalan pemilik 'bakat khusus' lainnya," Laras mengepalkan kedua tangan erat. Perlahan tubuh Laras menghilang di telan dimensi.

Bagaimanakah dimensi itu muncul?

Apakah Laras bisa mengumpulkan mereka?

Siapakah dalang musuh di balik ini semua?

############@@@@@@#############

~Minggu, 16 Agustus 2020~

MilleyRy

@Rakatrafagar Gruimore kripik_kun Nothingts

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro